HIDUPKATOLIK.com – Steve ditunjuk Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) pada Maret 2014. Melalui media sosial, ia mulai membenahi transportasi ibukota yang kian carut-marut.
Hampir setiap hari, Steve yang bernama lengkap Antonius Nicholas Stephanus Kosasih, menggunakan moda transportasi Transjakarta. Sebelum menuju ke kantor PT Transjakarta di kawasan Cawang, Jakarta Timur, Steve selalu berkeliling ke beberapa koridor Transjakarta. Ia ikut mengantre membeli tiket, seperti calon penumpang lainnya. Setelah tiket seharga Rp 3.500 diperoleh, ia kembali mengantre bersama calon penumpang lain menanti kedatangan bus.
Sembari mengantre, Steve melihat dan merasakan secara langsung kinerja para awak armada Transjakarta. Ia juga mengamati serta menghitung dengan cermat waktu kedatangan dan keberangkatan bus Transjakarta. “Awalnya, para pegawai tidak tahu kalau saya ini Dirut. Jadi, bisa santai naik Transjakarta. Tapi sekarang beda. Mereka sudah tahu kalau saya ini Dirut Transjakarta,” ujarnya sembari tertawa ketika ditemui di halte Transjakarta, Bendungan Hilir, beberapa waktu lalu.
Media sosial
Ketika turun ke lapangan, Steve tak hanya melihat-lihat. Jika menemukan sesuatu yang tak beres, ia segera bertindak. Seperti yang ia lakukan sore itu di halte Bendungan Hilir. Tapak jalan di halte ini sudah licin. Dalam waktu 15 menit, dua orang terpeleset. Bahkan, salah satunya seorang perempuan yang sedang hamil. Melihat sang perempuan yang sedang hamil terjatuh, dengan sigap Steve membantu. Ia menolong sang ibu berdiri kembali. Kemudian, ia memotret kondisi jalan yang licin itu dan segera mengunggah foto tersebut di akun twitter PT Transjakarta, @BLUTransJakarta. Selain mengunggah foto, Steve menambahi dengan kicauan, “di Bendungan Hilir ramp turunan sudah licin. 15 menit 2 orang terpeleset! Harap betulkan segera!”
Steve mengaku, hal-hal kecil seperti ini terkadang tak sampai di telinganya. “Itulah pentingnya media sosial. Melalui media sosial seperti Twitter, saya jadi tahu kondisi lapangan yang sebenarnya. Apalagi jaman sekarang, hampir semua orang sudah aktif di media sosial,” ungkap pria kelahiran Jakarta, 12 Juli 1970, yang pernah berkarya sebagai Direktur Keuangan dan Pengembangan Bisnis BUMN Perum Perhutani ini.
Melalui media sosial pula, Steve menerima beragam masukan serta kritikan dari warga Jakarta tentang layanan Transjakarta. “Dipotret aja langsung sebagai bukti. Apalagi, informasi dari bawah yang saya terima terkadang juga tidak selalu benar,” tandas dosen Strategic Decision Making Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini.
Sebagai Direktur Utama PT Transjakarta, pria yang sejak kanak-kanak gemar jalan-jalan dan berpetualang ini, berjanji akan meningkatkan pelayanan BUMD milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini. Ia akan membuat warga yang menggunakan jasa layanan transportasi darat ini merasa aman dan nyaman. Trans jakarta, menurut alumni Program Pasca Sarjana IPMI Business School Jakarta, Jurusan Finance dan Investment, ini harus menjadi pilihan utama warga ibukota, terutama saat melihat pertumbuhan jumlah mobil dan motor yang semakin meninggi. “Pilihan menggunakan Transjakarta juga dirasa tepat untuk mengurai kemacetan dan menghemat waktu tempuh perjalanan,” tegas peraih penghargaan Top Five Indonesian Best Chief Financial Officer (CFO) versi majalah “SWA” tiga tahun berturut-turut; 2010, 2011, dan 2012 ini.
Makin relevan
Beberapa waktu lalu, umat Paroki Keluarga Kudus Rawamangun ini bertemu Sekretaris Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) RD V. Adi Prasojo. Ia diminta membantu KAJ menangani bidang public relation. “Saya diminta membantu bidang public relation KAJ. Menurut saya, solusi yang tepat, KAJ harus aktif memiliki akun Facebook dan Twitter. Syukur-syukur, media sosial yang lain, sama seperti Transjakarta,” ujar alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini.
Menurut pria yang gemar menyelam di laut ini, penggunaan media sosial, terutama oleh Gereja Katolik masih sangat kurang. KAJ, lanjut Steve, harus memiliki akun Twitter yang menarik dan mudah dimengerti orang. Jika sudah menarik, secara otomatis umat akan tertarik dan mencari tahu tentang KAJ. “Pada saat ini, biasanya, orang ingin kenal pertama lewat Facebook atau Twitter. Faktor-faktor penggabungan antara public relation dan marketing juga harus dijalankan dalam kehidupan menggereja,” papar Steve.
Kini, ujar Steve, tantangan Gereja Katolik adalah bagaimana menciptakan dan membuat kehidupan menggereja yang semakin relevan, terutama di tengah masya rakat yang kian beragam. Sama seperti media sosial yang terus bertumbuh, Gere ja pun harus makin relevan, jika ingin terus berkembang. “Ini seperti halnya Transjakarta. Saya mencoba relevan dengan kebutuhan penumpang. Saya men cari tahu yang mereka inginkan, kemudian mencari solusinya. Misal halte yang harus di ganti, bus harus datang tepat waktu, atau fasilitas Transjakarta bagi penyandang difabel. Semua persoalan ini yang harus saya datangi, bukan mereka yang datang kepada saya.”
Antonius Nicholas Stephanus Kosasih
TTL: Jakarta, 12 Juli 1970
Pendidikan:
• SMP Kolese Kanisius Jakarta
• SMA Kolese Kanisus Jakarta
• Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
• Jurusan Finance & Investment IPMI Business School Jakarta
Pekerjaan:
• Business Development and Marketing Head PT Bahana TCW Investment Management (2006-2008)
• Direktur Keuangan dan Pengembangan Bisnis Perum Perhutani (2008-2012)
• Dosen Strategic Decision Making Universitas Indonesia (2012-sekarang)
• Integrated Mining Services Company, Joint Venture-Ancora Group dan PT Pupuk Kujang (2013-2014)
• Direktur Utama PT Transjakarta (2014-sekarang)
Penghargaan:
• Top Five Indonesian Best Chief Financial Ocer (CFO) Versi majalah “SWA” (2010, 2011, 2012)
Aprianita Ganadi
HIDUP No.40 2014, 5 Oktober 2014