HIDUPKATOLIK.com – Beltrame menawarkan dirinya ditukar dengan sandera wanita, keberaniannya dipuji, termasuk oleh Paus Fransiskus.
Usianya baru menginjak 44 tahun. Tinggi, gagah, dan tampan. Arnaud Beltrame adalah seorang polisi berpangkat Letnan Kolonel. Ia dan Marielle, sang istri yang telah dinikahinya secara sipil pada Agustus 2016 ini tengah merencanakan pemberkatan pernikahan dalam waktu dekat. Bahkan menurut Pastor Jean Babtist, yang berkarya di sebuah biara di Carcassone, Perancis Selatan, mengungkapkan bahwa Arnaud Beltrame dan Marielle berencana menikah secara Katolik di Basilika St Nazarius dan Celsus pada Juni 2018.
Sebagai mantan penerjun payung selama Perang Teluk, Beltrame bertugas sebagai inteligen di Kementrian Lingkungan Hidup Perancis yang bermarkas di Istana Elysée sebelum bertugas sebagai gendarmerie (polisi) di kota kecil Trébes, Perancis bagian Selatan. Saat bertugas, di sanalah lehernya disayat dan ditembak dari jarak dekat oleh Radouane Lakdim, yang mengaku pengikut ISIS.
Beltrame bukanlah target pembunuhan Radouane. Tetapi dialah yang meminta untuk menukar dirinya dengan seorang sandera wanita, kasir di supermarket di Kota Trébes. Kejadian itu terjadi pada hari Sabtu, 24/4, ketika Radouane merampok sebuah mobil dan menembak mati supirnya. Penjahat itu melanjutkan aksi terornya di supermarket Trébes dan menembak mati dua korban lain. Ia juga menyandera pengunjung supermarket.
Aksi berani dan kepahlawanan Beltrame menuai banyak pujian. Ia dipandang sebagai pahlawan Perancis. Presiden Perancis Emmanuel Macron memimpin upacara pemakanan di kompleks historis di Les Invalides Paris. Macron memuji dan mengakui Beltrame sebagai simbol heroisme dan semangat perlawanan bagi Perancis. “Sementara nama pembunuh mungkin sudah dilupakan, namun Arnaud Beltrame akan selalu menghadirkan kepahlawanan Perancis,” kata Macron.
“Suatu hidup yang dipersembahkan tidak pernah akan hilang,” demikian kata Mgr Alain Planet, Uskup Carcassone dan Narbone dalam Misa Minggu di Kota Trebes, 25/4. “Kematiannya mengubah kemalangan agar mendorong kita ke arah persatuan. Hal itu mengingatkan kita untuk percaya bahwa hidup lebih kuat dari kematian,” lanjut nya.
Kendati dalam konteks yang berbeda, Mgr Alain bahkan mensejajarkan sikap kepahlawanan Beltrame dengan Santo Maximilian Maria Kolbe, seorang imam Conventual asal Polandia yang menyerahkan dirinya dihukum mati demi mengganti bapa keluarga yang segera akan dihukum mati di Auschwitz.
Kepada Majalah Katolik La Vie, Marielle, memuji Beltrame sebagai seorang suami yang patut dicontoh. “Menjadi seorang polisi itu amat alamiah baginya, menjadi seorang polisi berarti melindungi. Namun tak seorangpun dapat memahami pengorbanannya bila orang memisahkan pengorbanannya dari iman yang dihayatinya. Inilah bukti seorang polisi dan seorang Kristen. Bagi dia, keduanya tak bisa dipisahkan.”
Ketika Beltrame dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan tak sadar diri, Pastor Jean Babtiste bergegas ke rumah sakit untuk menerimakan Sakramen Minyak Suci dan berkat apostolik. Menurut Pastor Jean hanya berkat iman Kristiani yang disemangati oleh cintalah yang mendorong Beltrame melakukan tindak persembahan diri yang adi-manusiawi.
Sejak akhir tahun 2015 sekitar 250 jiwa melayang di Perancis sebagai korban serangan teror kaum jihad. Dari Vatikan pada Senin dalam masa Pekan Suci, Paus Fransiskus memberikan penghormatan khusus kepada Beltrame dan korban teroris.
Paus berkata, “Saya angkat topi secara khusus atas tindakan kepahlawanan dan murah hati dari Letnan Kolonel Arnaud Beltrame yang telah menyerahkan hidupnya demi melindungi hidup warga. Sekali lagi saya mengutuk keras berbagai tindak kekerasan yang menyebabkan banyak penderitaan.”
Pastor John Mitakda MSC (Roma)