HIDUPKATOLIK.com – Kain Kafan Turin menjadi salah satu ikon untuk mengingatkan kembali tentang kisah sengsara Yesus Kristus, yang menderita dan wafat demi penebusan umat manusia.
Katedral Turin, Italia menjadi tujuan ziarah dunia. Hal ini karena di sini tersimpan Sindone di Torino (Kain Kafan Turin). Replika kain kafan ini dibuat dan dibawa ke seluruh dunia sebagai sarana untuk memahami Kisah Sengsara Yesus. Berikut hasil wawancara dengan Pater Gabriele Luigi Antonelli CP, pencetus dan penyaji peziarahan rohani melalui pameran kain kafan.
Bagaimana Gereja bersikap terhadap adanya Kain Kafan Turin?
Paus Paulus VI mengatakan dalam pidatonya pada kesempatan dipamerkannya kain kafan di tahun 1973, “Melalui ikon/relikwi ini kita diajak bukan hanya melihat garis-garis luar dari gambar ajaib Sang Penyelamat, tetapi sekaligus melihat misterinya yang menakjubkan”. Misteri yang menakjubkan itu adalah saat terjadinya Consummatum est (semuanya sudah selesai), yaitu karya keselamatan selesai dilaksanakan oleh Yesus.
Ini bukti nyata tentang Yesus, bukan hanya legenda atau semacamnya. Hanya banyak orang yang tidak percaya bahwa itu bukan Kain Kafan Yesus. Namun orang yang diceritakan dalam Injil, itu betul sesuai dengan yang digambarkan di kain kafan. Di situ terbukti kebenaran dan iman akan Kristus, karena hanya Kristus yang meninggalkan gambar seperti itu.
Persoalan kain kafan yang sebenarnya belum juga terpecahkan. Kendati pertanyaan yang masih muncul ke permukaan, siapakah manusia kain kafan? Apakah Dia Yesus dari Nazaret? Ini bukan masalah ilmu, ilmu tidak dapat mengatakan siapakah orang itu. Menetapkan atau menentukan siapakah orang adalah masalah sejarah, bukan juga masalah teologis atau religius. Orang bisa yakin bahwa manusia kain kafan adalah Yesus, tetapi belum tentu ia juga percaya bahwa Yesus dari Nazaret adalah Putera Allah yang telah bangkit.
Apakah Kain Kafan yang berada di Turin itu asli?
Kain kafan yang ada di Turin, Italia Utara, bukan suatu lukisan dan juga bukan suatu penipuan. Setelah selama seratus tahun (1898-1998) ribuan ilmuwan mempelajari, menyelidiki kain itu dari semua sudut. Kesimpulan para ilmuwan itu adalah bahwa kain kafan itu asli. Asli artinya bahwa kain itu berasal dari abad pertama Masehi, dan gambarnya yang halus yang tertera di atasnya bukan suatu lukisan dan bukan juga hasil pemanasannya.
Mengapa manusia kain kafan itu adalah Yesus?
Terdapat kecocokan sempurna antara berita-berita Injil Sengsara dan berita-berita yang diperoleh dari kain kafan. Kain kafan membenarkan Injil, dan Injil membenarkan kain kafan. Kain Kafan melengkapi serta menjelaskan apa yang diceritakan oleh para pengarang Injil mengenai sengsara. Tak satupun elemen bertentangan, bahkan menambah keterangan visual yang jauh lebih hidup dari apa yang kita baca dalam Injil. Hal ini melampaui jauh apa yang dapat dikerjakan seorang “penipu” manapun, yang ingin membuat sesuatu seperti kain kafan.
Kain kafan pasti adalah lenan yang membalut tubuh seseorang yang telah mati tersalib. Problem “siapakah manusia itu” lebih-lebih merupakan problem sejarah. Perjalanan kain kafan yang sekarang disimpan di Turin sudah dapat disusun kembali dengan jelas, maka pasti bahwa kain kafan itu adalah yang diambil oleh Petrus dari makam Yesus.
Penemuan dan hasil dari kain kafan merujuk dengan pasti bahwa Manusia itu adalah Yesus dari Nazaret. Seandainya yang dibalut dengan kain kafan itu bukan Yesus dari Nazaret seperti yang kita baca dalam keempat Injil, maka persoalan-persoalan yang harus dihadapi dan dipecahkan para ilmuwan menjadi lebih besar, bahkan tidak akan mungkin dipecahkan.
Mengapa umat Katolik ketika meninggal tidak dikafankan?
Itu tentang adat istiadat. Seperti adat istiadat Tionghoa, Jawa, atau sebagainya. Yesus orang Yahudi. Disemayamkan dikafankan sesuai adat Yahudi.
Mengapa edukasi tentang Kain Kafan ini diperlukan?
Mengedukasi umat Katolik mengenai Kain Kafan berarti mengedukasi umat mengenai iman, karena sengsara wafat dan kebangkitan Yesus merupakan inti dari iman kristiani, iman Katolik. Tanpa inti ini iman Katolik sama dengan agama lain, tidak berbeda. Namun yang ditonjolkan kain kafan justru inti bahwa Yesus benar-benar hidup, benar-benar mengalami sengsara, dan benar-benar bangkit. Itu bukan dongeng, bukan cerita, tapi terbukti dari kain kafan. Kain kafan bukti pertama paling jelas dari sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus. Kebangkitan juga tergambar dari kain kafan. Gambar tersebut terjadi dari kebangkitan.
Bagaimana awal mengadakan pameran dan sudah berapakah?
Saya memulai, saya mengembangkan. Bahan saya dapat dari seorang imam yang selama 50 tahun menyelidiki, memahami, dan mempelajari kain kafan. Dia beri bahan sebagian besar kepada saya, dan saya kembangkan di Jakarta.
Di Indonesia sudah mengadakan pamerandan seminar tentang kain kafan 60-an kali. Biasanya selama satu minggu melakukan pameran ini di satu tempat.
Pertama kali kami adakan di Paroki Theresia Menteng Keuskupan Agung Jakarta, kini sudah kemana-mana. Banyak sekali yang datang. Bisa lebih dari 5000 yang hadir. Paling banyak itu di Solo, Maumere, dan Lampung, sampai puluhan ribu. Kami mengadakan pameran 4-6 kali setahun. Di Katedral Jakarta sudah dua kali kami adakan. Tahun ini rencananya akan kembali mengadakan pameran di sana.
Apa harapan Pater?
Memahami inti iman Katolik. Karena banyak orang Katolik juga tidak memahami sengsara, wafat, maupun kebangkitan. Tahu ya tahu, tetapi kurang mendalami. Dengan adanya ini, bukti ilmiah mendukung Injil, dan Injil sesuai dengan bukti ilmiah. Jadinya pas cocok.
Marchella A. Vieba
Syalom…
saya revisi sedikit y. Peziarahan Rohani melalui Pameran Replika, Foto dan Seminar Kain Kafan Yesus tahun 2018 dimasa Prapaskah ini sudah 73 tempat di pelbagai Paroki di beberapa Provinsi di Indonesia.
Salam
Lea
Koord Pameran & Seminar Kain Kafan Yesus
Dan
Ketua Awam Pasionis Bandung