HIDUPKATOLIK.com – Minggu Paskah VI
Kis 10: 25-26,34-35, 44-48; Mzm 98:1, 2-3ab, 3cd-4; 1Yoh 4:7-10; Yoh 15:9-17
Mengasihi merupakan perintah Yesus kepada murid-murid-Nya untuk dilaksanakan. Ia memberi perintah kepada para murid untuk “mengasihi Tuhan” (Mat 22: 37) dan “mengasihi sesama” (Mat 22:39). Injil Suci pada Minggu Paskah VI ini adalah mengenai salah satu dari dua perintah kasih tersebut yaitu mengasihi sesama.
Sebelum Ia pergi meninggalkan para murid, Ia mengajarkan untuk saling mengasihi seperti Dia telah mengasihi mereka. Yesus mengajak para murid agar cara mengasihi antar-mereka sama seperti cara Ia mengasihi mereka.
Ia berharap agar pengasihan-Nya menjadi model atau cara pengasihan antar-mereka. Ia tidak ingin agar para murid hanya mengasihi orang yang telah mengasihi mereka, sebab “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Dan kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain?” (Mat 5:46).
Yesus pun tidak ingin agar para murid membalas kejahatan dengan kejahatan. Perjanjian Lama mengisahkan tentang hukuman bagi mereka yang melakukan kejahatan: “Apabila seseorang membuat orang sesamanya bercacat, maka seperti yang telah dilakukannya, begitulah harus dilakukan kepadanya: patah ganti patah, mata ganti mata, gigi ganti gigi; seperti dibuatnya orang lain bercacat, begitulah harus dibuat kepadanya” (Im 24:19-20).
Yesus tidak ingin para murid melakukan hukum pembalasan dalam hubungan antarpribadi sebagaimana dikisahkan dalam Perjanjian Lama tersebut. Karena itu Ia berkata: “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (Mat 5:39).
Ia mengajarkan para murid saling mengasihi dengan kasih yang sempurna. Yesus tidak hanya mengajarkan kasih kepada para murid-Nya tetapi Ia juga memberi teladan tentang kasih itu sendiri.
Ia mengasihi para murid-Nya tanpa syarat. Ia tetap mengasihi mereka, meskipun Ia tahu bahwa di antara mereka ada yang akan menghianati-Nya (Yoh 13:11). Dia mendoakan mereka yang menyalibkan-Nya: “Bapa, ampunilah mereka. Mereka tidak tahu apa yang mereka buat” (Luk 23:34).
Ia mengasihi penuh pengorbanan. Ia mengidentifikasikan diri-Nya sebagai gembala yang baik: “Aku menyerahkan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku” (Yoh10:15.18).
Salib Golgota adalah bukti kasih Yesus kepada para murid. Ia sangat mengasihi kita maka memberikan hidup-Nya di atas kayu salib untuk kita. “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh.15:13).
Begitulah kasih yang Ia ajarkan kepada para muri-Nya. Melalui Sakramen Baptis kita menjadi murid-murid Yesus. Melalui Kristus kita telah mengenal dan memahami sifat kasih sejati yang rela berkorban, penuh belas kasih, dan tanpa pamrih.
Hari ini Yesus mengajak kita untuk menghayati kasih sejati itu. Yesus mengajak kita untuk saling mengasihi. Ia ingin agar kita tidak hanya mengasihi saudara-saudara kita atau orang yang telah berbuat baik kepada kita, tetapi mengasihi semua orang.
Memang, mengasihi musuh tidak mudah. Mengampuni orang yang kita dendam adalah hal sulit. Sebagai murid Yesus, hari ini Ia mengetuk hati kita untuk berani keluar dari sifat ingat diri dan rela membalas kejahatan mereka dengan kebaikan, rela memaafkan orang yang telah melukai hati kita dan berdamai kembali dengan mereka.
Hendaknya kita setia mengasihi dan tidak cepat putus asa. Karena dengan demikian kita menjadi sempurna di dalam kasih. Semoga Roh Tuhan memampukan kita.
Pastor Yohanes Rusae (Sekretaris Komisi Liturgi KWI)