HIDUPKATOLIK.com – Hari Biasa Pekan V Paskah: Kis, 14:19-28; Mzm : 145:10-11.12-13b.21; Yoh, 14:27 – 31a
Salah satu karakter dari sabda perpisahan adalah menguatkan dan menenangkan
hati para murid (1 Raj 2:2-4; Kis.20:25-31). Kata-kata akhir Yesus itu merupakan
kenangan akan kehidupan dan kematian-Nya.
Di dalam sabda perpisahan, ada sejumlah perintah untuk hidup para murid selanjutnya. Hal pertama yang disampaikan Yesus kepada para murid-Nya adalah, “Jangan gelisah hatimu” (Yoh 14:1.27).
Mereka mengetahui bahwa saat kematianNya telah dekat (Yoh 16:6), Dia tidak akan ada lagi bersama mereka. Para murid menjadi takut untuk menghadapi situasi baru setelah kepergian Yesus. Dalam sabdaNya ini, Dia mengajak para murid agar “jangan takut”.
Ketakutan itu melumpuhkan dan menggagalkan seseorang untuk menjadi saksi bagi Yesus. Justru di dalam ketakutan, Yesus mengajak mereka untuk percaya kepada Allah dan Dia (Yoh 14:1). Yesus menjanjikan Roh Kudus kepada mereka (Yoh 14:26).
Rasul Paulus dan Bernabas dengan penuh iman menguatkan hati Jemaat di Antiokhia
dan menasehati mereka agar kuat bertekun dalam iman (Kis 14:21-22). Kita sering membiarkan ketakutan menguasai dan melumpuhkan kita.
Di dalam komunitas Kristen, kita bisa saja menjadi takut terhadap sesama, tidak berani berbicara dengan mereka. Mungkin kita takut mengungkapkan iman kita sebagai murid Yesus dan lebih memilih untuk berdiam diri saja.
Ketakutan juga menghalangi kita untuk berpihak kepada setiap orang yang menjadi korban
ketidak-adilan. Perlu diingat bahwa ketakutan dapat melumpuhkan kreativitas komunitas kita.
Jika kita yakin bahwa Allah tinggal bersama kita maka tidak sepantasnya kita takut melainkan kita harus berani berbicara dan bersaksi dengan penuh tegas.
Sr Dr Grasiana PRR (Doktor Teologi Biblis dari Pontificio Universitas St Tomas Aquinas Angelicum Roma)