HIDUPKATOLIK.com – Lantunan Sholawat Syubbanul Wathon -Ya La Wathon membakar semangat seluruh peserta diskusi dan peluncuran buku NU Penjaga NKRI, di Gedung Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa, 10/4. Mars Cinta Tanah Air itu merupakan karya Ulama Besar dan salah satu pendiri NU, KH Abdul Wahab Hasbullah.
Dalam sambutan peluncuran buku, Direktur PT Kanisius, Pastor E. Azismardopo Subroto SJ, mengungkapkan, gagasan-gagasan dalam buku ini menjadi jawaban atas gelombang kebangsaan akhir-akhir ini. “Kami menyadari bahwa PBNU selalu hadir dan menjadi garda depan dalam menjaga NKRI. Kami, Penebit Kanisius akan selalu mendukung upaya apapun untuk membela NKRI,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, buku ini juga sebagai kado ulang tahun ke-92 PBNU. “Kami mempersembakan buku ini sebagai bukti tanda cinta kami kepada PBNU yang selalu menjaga keutuhan Indonesia.”
Editor buku, Iip D. Yahya menuturkan, membaca buku ini dapat melihat kembali perjalanan NU, capaian intelektual aktivis NU, dan perkembangan NU secara global. “Buku ini hadir sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan dari orang di luar NU, mengapa NU spartan mempertahankan NKRI.”
Sementara Ketua PBNU, KH Said Agil Siroj mengungkapkan, PBNU sejak awal berkomitmen untuk menjaga NKRI. Meski demikian ada yang perlu ditambahkan bahwa NU juga sebagai penjaga budaya. “Bukan hanya menjaga keselamatan keutuhan geografi. Untuk apa menjaga geografi tapi budaya bangsa dibiarkan hancur. Kebesaran martabat bangsa ada pada budayanya. Apabila budaya suatu bangsa hancur maka bangsa tidak ada artinya,” tegasnya.
Pastor A. Benny Susetyo sebagai salah satu penulis buku itu menjabarkan, NU merupakan model peradaban yang modern. NU telah terbukti dalam sejarah Indonesia. Bagi NU, kata Pastor Benny, kesetiaan kepada bangsa merupakan bagian dari iman. Itu yang membuat NU setia kepada NKRI.
Selain Pastor Benny, ada 21 penulis lain, salah satunya Pastor Franz Magnis-Suseno SJ. Sementara pengantar buku itu diisi oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo.
Willy Matrona