web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Berjuang demi Gereja Baru

3.8/5 - (5 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Perjuangan membangun gereja tidak saja di kota-kota besar tetapi juga di daerah-daerah yang masih kental dengan adat istiadat.

Tangis suka cita menyelimuti mama-mama Paroki Santa Maria Merapi, Fakfak, Papua. Sembilan tahun bersabar menghadapi tekanan pembangunan gereja, akhirnya terjawab dengan perjuangan mendapatkan lahan seluas 19.870 meter.

Kepala Paroki Merapi Pastor Matheus Sukma mengatakan panitia pembangunan sudah terbentuk sejak 2010 lalu. Tetapi selalu mengalami pasang surut setiap kali mau membersihkan lokasi gereja baru. Pihak yang menolak selalu memberi kekerasan fisik jika umat bahkan pastor memasuki area yang sudah jelas bersertifikat atas nama paroki. Tak segan-segan kekerasan dan pembunuhan kerap dilakukan oleh mereka. “Sejak ditugaskan pada 2016 lalu, saya selalu mendampingi perwakilan Suku Mbahan Matta (Suku asli Fakfak) mendapatkan tanah itu. Akhirnya pada 17 Maret lalu dilaksanakan pembersihan lokasi dan siap dibangun gereja baru,” kisah Pastor Matheus.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Pastor Matheus melanjutkan pembersihan lokasi ini tidak mudah karena lagi-lagi harus melalui kontak fisik dengan pihak yang menolak. Bahkan seorang umat dipukuli hingga berdarah. Tetapi kejadian ini hanya berjalan beberapa saat karena ada petugas keamanan yang menjaga lokasi. “Diakui bahwa umat sudah tidak bisa memberi ruang lagi dikarenakan sembilan tahun bersabar dan lunak terhadap pihak yang menolak pembangunan dan selalu diterima adalah kekerasan.”

Sebagai ungkapan syukur dengan pembebasan tanah ini dilaksanakan perayaan Ekaristi pada Sabtu, 2/4 di lokasi. “Perayaan ini dilangsungkan untuk memohon doa pada Tuhan dan leluhur yang lama mendiami tanah tersebut untuk mempermudah proses pembangunan gereja baru,” ujar Ketua Panitia Pembangunan Hermanus.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Usai Misa, pastor bersama umat dan tokoh adat mengadakan “Gereja Mage” pemberian sumbangan sukarela dari umat untuk keperluan pembangunan. Ada beberapa jenis emas asli Fakfak berupa cincin juga disumbangkan umat. Selain itu juga dilelang durian seharga lima ratus ribuan untuk dana awal pembangunan. “Dalam kesederhanaan umat menyumbang dana semampu mereka. Dari kekurangan ini kami akan memulai pembangunan,” ujar Pastor Matheus.

Bila di Fakfak masih bergejolak soal tanah, di Keuskupan Manokwari- Sorong, Mgr Hilarion Datus Lega memberkati Gereja Stasi Santo Petrus Kramomongga Paroki Santa Bernadeta Mamur, Minggu, 15/4. Pemberkatan ini dihadiri perwakilan Gubernur Papua Barat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan umat Katolik.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Dalam khotbahnya Mgr Datus Lega berpesan agar gereja tidak dilihat semata-mata sebagai sarana bertemu Tuhan. Dalam budaya Papua, kata Mgr Datus Lega, bertemu Tuhan bisa lewat berbagai cara tetapi paling penting adalah mendamaikan hati sebagai “gereja mini”. Artinya ketika hati itu bersih, tidak dipenuhi dengan berbagai kotoran seperti dosa, bertengkar, membunuh, minum-minuman keras maka hati kita tetap bersih.

Di pengujung khotbahnya, Mgr Datus Lega meminta agar umat merawat gereja baru ini seperti merawat hati masing-masing. “Gereja hanya sarana meningkatkan iman. Hati adalah penunjuk jalan menguatkan iman. Bila hati Gereja ini bersih tetapi hati kotor, percuma kita menjadi orang beriman,” pesan Mgr Datus Lega.

Martina Fifin da Lopez (Fakfak), Thomas Renwarin (Sorong)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles