web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Sambut Uskup Nyentrik

2.7/5 - (8 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Uskupnya masih muda, nyentrik, berewokan, bersahabat, dan rendah hati menjadi kesan utama umat Tanjung Selor kepada Mgr Paulinus Yan Olla MSF.

Bagi masyarakat Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), topi Ti’iLangga melambangkan jiwa kepemimpinan, kewibaan, dan percaya diri. Biasanya topi dari anyaman daun lontar ini hanya digunakan oleh para pemimpin yang ada di Pulau Rote dalam acara-acara adat. Di atasnya ada anyaman “antena” yang menjulang tinggi yang makin lama “antena” itu cenderung miring dan sulit ditegakkan kembali. Memakai topi itu berarti pemimpin itu harus rendah hati.

Simbol kepemimpinan dan kerendahan hati dengan menggunakan Ti’iLangga ditunjukkan umat Keuskupan Tanjung Selor saat menyambut uskup mereka, Mgr Paulinus Yan Olla MSF, Minggu, 15/4. Mgr Paulinus disambut dengan tarian adat NTT sekaligus disuguhi sirih-pinang dan beras kuning serta prosesi adat Suku Dayak. Tak lupa mereka menancapkan Ti’i Langga sebagai tanda pemimpin yang rendah hati. “Ada harapan agar Uskup Paulinus bisa melayani umat Tanjung Selor dengan kepemimpinan yang tegas tetapi selalu rendah hati dan dekat dengan umat,” harap Petrus Wai, umat dari NTT di Paroki Maria Assumpta, Tanjung Selor.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Bangun Persahabatan
Vikaris Jenderal Keuskupan Tanjung Selor Pastor Alexander Palino mengatakan kehadiran Mgr Paulinus sangat dinanti-nantikan umat. Selama tiga tahun Gereja Tanjung Selor berjalan tanpa kepala meski itu tetap berjalan berkat para imam dan dukungan semua umat. Kekosongan pimpinan pasca uskup sebelumnya Mgr Yustinus Harjosusanto MSF ditunjuk sebagai Uskup Agung Samarinda membuat umat menaruh harapan besar pada Mgr Paulinus.. “Umat Katolik di Kalimantan Utara gembira dan bersuka cita menyambut kedatangan Mgr Paulinus. Apalagi kehadirannya sudah lama ditunggu umat Keuskupan Tanjung Selor. Kami semua senang dengan uskup yang masih muda, selain itu Beliau orang yang tenang, sabar, pintar, low profile dan rendah hati,” ujar Pastor Alexander.

Penyambutan Mgr Paulinus menjadi wadah terjadinya percampuran dua budaya besar di Indonesia: NTT dan Dayak. Dalam penyambutan ini Mgr Paulinus mengenakan topi Ti’i Langga dan dipandu dengan replika perahu dari bambu disertai tari-tarian NTT. Uskup kelahiran Seoam, Eban, 22 Juni 1963, terlihat menikmati tarian penjemputan ini dengan tangan kanannya membawa parang dan tangan kiri membawa busur sesuai adat tempat kelahirannya.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Umat menyemut di Jalan Jelerai, Tanjung Selor, menyaksikan secara langsung uskup baru mereka. Dengan gayanya yang khas mantan Rektor Rumah Pendidikan Kongregasi Keluarga Kudus (Congregatio Missionariorum a Sacra Familia/ MSF) Malang, Jawa Timur ini sesekali menyapa dan melambaikan tangan kepada umat. Ia tidak menggunakan celana panjang kain layaknya acara-acara formal tetapi model celana tactikal berwarna abu-abu dengan sepatu kets santai.“Uskup Paulinus masih muda, nyentrik dan berewokan. Terlihat sangat bersahabat dengan siapa saja, murah senyum lagi,” kesan Maria Petalo.

Sementara itu Mgr Paulinus mengungkapkan cukup terkejut atas penjemputan yang meriah dari Bandara Tanjung Harapan hingga rumah keuskupan. Saat ditanya soal program khusus, Mgr Paulinus mengatakan akan melihat situasi karena harus membuka dialog dengan semua tokoh masyarakat, para imam, untuk menyusun program nanti. “Tidak ada program khusus karena saya perlu membuka dialog dengan sejumlah tokoh di Tanjung Selor,” paparnya.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Tahun ini, fokus pastoran Gereja Tanjung Selor adalah membangun persahabatan dengan tema, “Gereja yang Ramah, Gereja yang Menyapa, dan Gereja yang Memasyarakat”. Ada banyak harapan di mana fokus pastoral tahun ini kiranya bisa membuka pintu dialog dengan sejumlah tokoh dalam mewarnai tahun pertama penggembalaan Mgr Paulinus.

Rencananya Misa Penahbisannya akan dilaksanakan pada Jumat-Sabtu, 4-5/5. Ibadah Salve menjelang penahbisan akan dilaksanakan di Gereja St Maria Asumpta sementara pentahbisannya akan dilaksanakan di Lapangan Agatis, Tanjung Selor dengan penahbis utama Mgr Yustinus Harjosusanto MSF.

Yusti H. Wuarmanuk
Laporan : Victor Ratu (Tanjung Selor)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles