HIDUPKATOLIK.com – Yesaya 6:3 seluruh bumi penuh kemuliaanNYA.
Lima tahun lalu, Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) menggagas gerakan BBM (Bawa Botol Minum). Gerakan itu berhasil membawa perubahan untuk anggota dan lingkungannya.
Peserta rapat dan kegiatan WKRI sudah menjadi terbiasa untuk membawa botol minum sendiri. Dalam Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) yang lalu, kembali dicetuskan gerakan menanam sayuran, minimal untuk dikonsumsi sendiri.
“Kegiatan Pelatihan Ketahanan Pangan ini bertujuan untuk membantu kita dalam mewujudkannya. Ini harus menjadi kebiasaan kita juga,” ujar Presidium WKRI DPD Jakarta, Marisstella Miranda saat pembukaan Pelatihan Ketahanan Pangan. Pelatihan diselenggarakan oleh WKRI DPD Jakarta Bidang Kesejahteraan.
Sementara itu Ketua Panitia, Wiwiek menyebutkan bahwa peserta yang hadir berjumlah 109 orang adalah utusan dari cabang. “Sebenarnya peminatnya lebih dari itu, namun dibatasi agar peserta benar-benar bisa menyerap ilmu yang diberikan oleh narasumber,” beber Wiwiek.
Kegiatan yang diadakan di Gedung LDD, Katedral Jakarta pada Sabtu, 14/4, mengundang pemerhati lingkungan, Gunawan Antono dan tim. Narasumber utama adalah DR. Nico Wanandy, ilmuwan jebolan UNSW Australia yang menjelaskan tentang Urban Farming (Tani Kota).
Praktek untuk bertani kota membutuhkan komitmen. Salah satunya komitmen untuk memperbaiki kualitas tanah di sekitar kita. Rasa cinta pada Indonesia terlihat dari keinginannya untuk membagikan ilmunya.
Ilmu yang diharapkan juga akan ditularkan oleh para peserta pelatihan kepada teman-teman di cabang dan sekitarnya. “Bukan ego system tapi eco system yang harus kita perbaiki, pelihara, dan manfaatkan,” imbuh pakar pertanian kota itu.
Petani kota lainnya, Jeanny Budiman mengungkapkan pengalamannya belajar dari narasumber yang menunjukkan bermacam-macam hasil tanamannya, hanya dengan media pot. Para peserta juga terkagum-kagum melihat pemaparan para narasumber ketika memperlihatkan perbedaan antara menanam dengan penggunaan pupuk kimia sintetik dan yang tidak.
Peserta juga diajak untuk berpraktek membuat bokashi subur plus. Ini adalah cairan yang dihasilkan dari kultur mikroba-mikroba positif yang menguntungkan ekosistem tanah (sebagai media tanam) dan pembentuk hara, serta nutrisi bagi tanaman.
Selain teori dan praktek, para peserta juga diberikan bibit beberapa tanaman seperti okra, terung, tomat, dll. Peserta mengatakan puas dengan pelatihan ini. Peserta juga mendapatkan piagam penghargaan yang bermanfaat.
Alam sudah menyediakan semua. Tugas kita untuk menjaga dan memeliharanya. Terima kasih WKRI karena telah membuka jendela pengetahuan anggotanya dengan mengadakan kegiatan ini.
Yuni Wulur