HIDUPKATOLIK.com – Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Katolik, Kementerian Agama dan Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik (LP3K) di Bali beberapa waktu lalu berlangsung dalam suasana gembira. Mengapa? Menteri Agama menyetujui penyelenggaraan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Pertama akhir tahun 2018 ini.
Lebih dari itu, Menteri Agama telah mengeluarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) dan Surat Keputusan (SK) pembentukan LP3KN, serta struktur dan susunan pengurus periode 2017-2022. Dengan kata lain, kerinduan terpendam umat Katolik selama puluhan tahun menjadi kenyataan. Lebih dari dua puluh delegasi provinsi dari total tiga puluh empat provinsi menyatakan kesanggupannya berangkat menuju Ambon nanti. Beberapa provinsi pun tengah mengadakan audisi tingkat lokal, kendati belum ada kepastian “hari H” Pesparani saat Rakornas.
Provinsi yang jumlah umat Katoliknya tergolong sangat sedikit seperti Nangroe Aceh Darussalam dengan mantap menyatakan kesiapannya mengirim kontingen ke Ambon. Begitu juga Gorontalo, Banten, dan Nusa Tenggara Barat. Provinsi Maluku juah-jauh hari menyatakan dan menunjukkan kesiapannya, menghelat event pertama dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia ini. Kehadiran Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Maluku Zeth Sahuburua dalam Rakernas mempertegas, betapa “provinsi seribu pulau” ini begitu bersemangat menyambut kehadiran sekitar delapan ribu anggota kontingen dari semua provinsi. Jajaran Pemda dan masyarakat Maluku sudah menyiapkan “karpet merah” bagi tetamu. Venue untuk semua jenis lomba dan acara pun sudah tersedia.
Pesparani juga tidak bisa dilepaskan dari Keuskupan Amboina yang terbentang dari Provinsi Maluku hingga Maluku Utara. Cikal-bakalnya datang dari keuskupan ini. Pesparani tingkat lokal sudah beberapa kali dihelat Keuskupan Amboina, melalui perjuangan panjang dan jalan berliku, sejumlah awam dan imam, bekerjasama erat dengan Konferensi Waligereja Indonesia dan Bimas Katolik, Pesparani tingkat nasional dapat digelar.
Sekali lagi, itulah yang menghembuskan aroma kegembiraan pada Rakornas. Pelbagai masukan disampaikan setiap utusan. Mereka melihat Pesparani yang akan digelar secara berkala ini bukanlah pertama-tama untuk mengejar piala (menjadi juara). Pesparani harus menjadi wadah pembinaan rohani umat. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Di lingkungan/stasi, paroki, dan keuskupan. Pesparani dan LP3K perlu diberi bingkai makna yang lebih luas dan esensial.
Kita pantas berterima kasih kepada negara melalui Kementerian Agama. Selama ini kita sudah mengenal MTQ untuk Muslim dan Pesparawi untuk Kristen Protestan. Harapannya, tiga peristiwa rohani menjadi “jembatan dan perjumpaan” bagi semua pihak.
Tengok misalnya, ketika MTQ digelar di Ambon, Maluku kediaman uskup pun dipakai menampung peserta. Hal yang sama pun diharapkan terjadi pada ajang Pesparani. Rumah-rumah saudara Muslim akan menjadi tempat tinggal yang hangat bagi peserta. Plt Gubernur menjamin hal itu!
Redaksi