HIDUPKATOLIK.com – Uskup Keuskupan Banjarmasin Mgr. Petrus Boddeng Timang memimpin Perayaan Minggu Palma di Paroki Katedral “Keluarga Kudus” Banjarmasin, didampingi oleh Pastor Simon Edy Kabul Teguh Santoso. Perayaan yang dimulai pada pukul 08.00 WITA ini dipusatkan di Gedung Sasana Sehati dan dihadiri oleh sekitar 1000-an umat Katolik dari kota Banjarmasin dan sekitarnya, 25/3.
Mgr Timang menegaskan, daun palma yang sudah diberkati bermakna kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya. Untuk itu, daun palma itu tidak dibuang, tetapi dibawa ke rumah, dan diletakkan di dekat salib, atau digantung di tempat yang baik. “Daun palma yang sudah diberkati ini menjadi lambang kehadiran Tuhan, sebagai pemenang dan penguasa atas dosa bagi kita sebagai orang-orang yang percaya.”
Kisah sengsara Yesus berdasarkan Injil Markus, ingin mengungkapkan cinta Tuhan kepada manusia. Mgr Timang menambahkan, pesan ini menguatkan setiap orang untuk setia kepada Yesus. “Pesan yang kita terima melalui peristiwa ini memberikan kekuatan kepada kita semua bahwa, “Sungguh, Dia ini Anak Allah!”
Uskup Banjarmasin ini mengemukakan, bercermin dari penderitaan yang dialami Yesus, umat diajak untuk hidup sebagai orang-orang beriman. Dengan ini, umat diminta untuk memasrahkan hidupnya kepada kehendak Allah. “Ketika kita mengalami salib dalam kehidupan kita masing-masing, kita diajak untuk mengalami bahwa Allah begitu baik dan Dia tahu apa yang terbaik baik kita.”
Di akhir homilinya Mgr Petrus Timang menegaskan bahwa di dunia ini ada begitu banyak orang yang memerlukan teman atau sahabat seperti Yesus, “Kisah sengsara tadi memberikan pelajaran bagi kita: tidak mudah menderita dalam kesendirian, tidak mudah untuk setia seperti yang ditampilkan oleh para tokoh dalam kisah sengsara itu. Yesus menjadi manusia untuk meringankan beban penderitaan hidup kita,” pungkasnya.
Pembebasan Cinta
Sementara itu, Perayaan Ekaristi Minggu Palma di Gereja St Antonius Padua Kotabaru, Yogyakarta, dipimpin Pastor Makarius Maharsono Probho SJ, 25/3. Dengan tema “Dipimpin Kristus Mewujudkan Kebaikan Bersama”, Romo Maharsono mengajak umat untuk melihat peristiwa Yesus disambut di Yerusalem sebagai pembebasan Cinta Kasih Yesus.
Romo Maharsono terkesan saat mengamati pasangan suami istri bersama kedua anaknya yang masih kecil mengikuti Misa. Ketika di dalam gereja sudah penuh, mereka duduk di bawah pohon dekat Pastoran Kotabaru. Hujan belum reda dan mereka tidak berpayung. “Meski kehujanan di bawah pohon, orangtuanya tetap mengajak anaknya tekun dan khusyuk berdoa. Ini meneguhkan peziarahan saya sebagai imam,” katanya.
Yustinus H. Wuarmanuk
Laporan: H. Bambang S, Dionisius Agus Puguh Santosa