HIDUPKATOLIK.com – Mengapa seringkali ada banyak kemiripan antara Maria dan Yesus, misalnya devosi kepada hati Kudus Yesus dan hati Maria yang tak bercela, Yesus naik ke surga dan Maria diangkat ke surga? Apa dasarnya? Apakah hal ini tidak membingungkan umat?
Daniella Kurniawati, Yogyakarta
Pertama, kemiripan antara Maria dengan Yesus didasarkan pada kedekatan keduanya, yang dimulai dengan pengandungan Yesus oleh Maria (Luk 1:26-38). Kedekatan itu terus berlanjut pada pemuridan Maria kepada Yesus, yaitu untuk melakukan kehendak Allah (bdk. Luk 8:19-21). Kedekatan ini menyebabkan pribadi dan karya Maria “tertular” pada pribadi dan karya Yesus (bdk. HIDUP No 21, 24 Mei 2009).
Kemiripan ini, antara lain diungkapkan dalam kepengantaraan Yesus dan Maria, dan dalam devosi kepada hati Yesus yang Mahakudus yang dilakukan pada Jumat pertama dan kepada Hati Maria yang tak bercela yang dilakukan pada Sabtu pertama. Hati Yesus yang Mahakudus dilukai oleh mahkota duri, sedangkan hati Maria yang tak bercela ditusuk oleh pedang.
Kemiripan ini juga bisa dilihat pada pengandungan Maria (8 Desember) dan pengandungan Yesus (25 Maret), pada Yesus naik ke surga (Hari Raya Kenaikan) dan Maria diangkat ke surga (15 Agustus). Sesudah kenaikan-Nya ke surga, Yesus dimuliakan sebagai Raja Semesta alam dan sejarah, sedangkan Maria dimahkotai di surga sebagai Ratu Surgawi (22 Agustus). Kemiripan juga kental terasa pada Pesta Salib Suci (14 September) dan Peringatan wajib Santa Perawan Maria Berdukacita (15 Sptember).
Kedua, persamaan antara Yesus dengan Maria tidak perlu membuat umat bingung atau mengacaukan peran keduanya jika kita mencermati sungguh-sungguh. Meskipun banyak hal yang dikatakan tentang Yesus juga dikatakan tentang Maria, tetapi kesamaan ini tidak membuat Yesus dan Maria sepenuhnya sama. Ada perbedaan yang mendasar antara Yesus dan Maria. Dikatakan bahwa Yesus naik ke surga karena Yesus sebagai Allah mampu untuk pergi kepada Bapa dengan kekuasaan-Nya sendiri. Tentang Maria, jelas dikatakan bahwa Maria diangkat ke surga, karena sebagai manusia, Maria tidak bisa naik sendiri.
Perbedaan antara Yesus dan Maria ini juga tampak dalam peran kepengantaraan antara Yesus dan Maria. Yesus adalah pengantara satu-satunya antara Allah dan manusia, karena hanya Yesus sajalah yang sungguh Allah dan sungguh manusia. Maria juga disebut sebagai pengantara tetapi kepada Allah melalui Yesus. Kepengantaraan Maria mengambil bagian pada kepengantaraan Yesus (bdk. HIDUP No 20, 17 Mei 2009).
Mengapa Maria disebut sebagai murid pertama Yesus? Bukankah lebih tepat dikatakan Maria sebagai ibu mengajari Yesus, dan bukan sebaliknya?
Herman Trihapsara Aji, Magelang
Pertama, benarlah jika dikatakan bahwa Maria sebagai Ibu mengajari Yesus, anaknya, untuk hidup sebagai manusia. Ini terjadi pada tataran manusiawi. Buahbuah pengajaran Maria bisa kita lihat pada sikap Yesus sebagai manusia, misalnya sikap-Nya yang menyembah dan taat kepada Allah, sikapnya yang mudah mengampuni, mudah bergaul dengan bagi perempuan, dll.
Kedua, pada tataran rohani, juga benar bahwa Maria adalah murid pertama Yesus (bdk. HIDUP No 49, 5 Desember 2010). Maria adalah manusia pertama yang belajar mengenal siapa Yesus, yaitu Anak Allah yang menjelma menjadi manusia (Luk 1:35). Sikap Maria sebagai murid diungkapkan oleh Lukas dalam peristiwa kunjungan para gembala di Betlehem dan dalam peristiwa penemuan kembali Yesus di kenisah, yaitu dengan ungkapan “menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya” (Luk 2:19.51). Maria adalah juga orang pertama yang percaya pada kuasa dan ajaran Yesus (Yoh 2:5), dan kemudian mengajar orang lain untuk melakukan hal yang sama. Hal ini dilakukan Maria sejak peristiwa pewartaan kabar gembira malaikat sampai di bawah kayu salib. Bahkan, juga terus sampai ketika menunggu kedatangan Roh Kudus (Kis 1:14). Penampakan-penampakan Maria menunjukkan bahwa sikap sebagai murid ini terus diajarkan dan ditularkan kepada kita.
RP Petrus Maria Handoko CM