HIDUPKATOLIK.com – Dalam sharing di Seminar sesi kedua “Misi: Dialog dan Perdamaian” di Islamic Center, Ambon, Maluku, Kamis, 2/10, Uskup Amboina Mgr P.C. Mandagi MSC mengungkapkan rasa beratnya menghadapi kerusuhan di Ambon yang terjadi pada tahun 1999-2004. Menurutnya, waktu itu suasananya sama-sama menyedihkan antara kelompok Muslim dan Kristen. Sebagai orang yang tinggal di Maluku, Mgr Mandagi malu dengan peristiwa itu. Setiap keluar kota, ia selalu ditanya tentang situasi keamanan Ambon terkini. “Tapi sekarang lain, Ambon sudah damai. Para pastor yang mengadakan Munas Unindo XI pun sudah tidak takut datang ke Ambon, bahkan berani mengadakan acara di Islamic Center ini,” katanya.
Konflik di Ambon menurut Mgr Mandagi diperparah oleh provokasi. Begitu banyak korban yang jatuh. Karena itu Mgr Mandagi tak henti-hentinya meneriakkan sikap hormat kepada manusia. Ketika banyak orang bertanya tentang sikap Uskup, dengan lantang Mgr Mandagi menjawab, “Saya membela kemanusiaan, bukan ke-Kristenan atau ke-Katolikan.”
Seusai konflik, menurut Mgr Mandagi, sikap yang harus dilanjutkan adalah sikap pengampunan. “Oke kita sudah berkelahi, kita sudah bertengkar, tetapi marilah kita saling mengampuni,” ungkapnya disambut tepuk tangan 700 hadirin yang datang dari berbagai agama. Bagi Mgr Mandagi, pengampunan merupakan sumber persaudaraan sejati. Ia teringat kata-kata Martin Luther King: “Lawan bisa diubah menjadi kawan hanya dengan kasih dan pengampunan.”
Menurutnya, dialog jangan hanya sebatas kata-kata, tetapi juga harus lewat tindakan. Maka, ketika ada acara Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional tahun 2012 di Ambon, panitia meminta bantuan Mgr Mandagi untuk mendapatkan penginapan bagi kontingen dari Provinsi Banten. Apa jawaban Uskup Amboina itu? “Secara spontan saya katakan, selamat datang di Keuskupan Amboina,” katanya. Tentu saja Mgr Mandagi paham, jika pada hari pertama kontingen Banten masih canggung. Namun lama kelamaan mereka mulai berani berlatih membaca Alquran dan shalat di Wisma Keuskupan. Ketika mendengar mereka berlatih, Uskup Mandagi dan para pastor senang sekali. “Sebaliknya kontingen Banten juga senang ketika mendengar kami, para pastor sedang brevir di pagi hari,” tuturnya. Setelah acara MTQ selesai, delegasi Banten berharap agar Mgr Mandagi dapat berbalas kunjung ke Banten. Peristiwa ini, menurut Mgr Mandagi merupakan dialog yang sejati, dialog yang konkret antar sesama manusia.
A. Nendro Saputro