HIDUPKATOLIK.com – Ibu Ocha terkasih, kebetulan suami saya baru bekerja di sebuah kantor baru. Sebagai karyawan baru, kantor beberapa kali mengirimnya tugas ke luar kota. Bulan depan, kantor bakal mengirimnya lagi dinas ke luar kota. Tapi, kepergiannya nanti membuat saya sangat takut. Dia akan ditugaskan bersama rekan kerjanya, perempuan. Menurut cerita suami, lantaran dana kantor terbatas, kantor menyewa satu kamar untuk mereka –dia dan rekan kerjanya. Suami minta agar saya percaya kepadanya, bahwa takkan terjadi apa-apa di antara mereka. Bukan saya tak percaya kepada suami, tapi kesempatan atau kondisi itu justru rentan memancing sesuatu yang tak diinginkan di antara mereka. Sebagai istri, apa yang harus saya lakukan?
Anastasia Marchella, Bekasi
Salam kenal, Bu Anastasia Marchella. Terima kasih sudah memberi kepercayaan kepada kami, dan mau berbagi kisah Ibu serta kebingungan yang dirasakan saat ini. Ada beberapa hal yang sekiranya bisa Ibu lakukan. Pertama, silakan Ibu mencoba untuk memilih tempat dan menentukan waktu yang tepat untuk membicarakan situasi dan kondisi yang Ibu pikirkan dan rasakan saat ini.
Sebisa mungkin, pilihlah waktu saat suami sedang tidak terlalu sibuk karena pekerjaan kantor dan hatinya tenang. Pilihlah tempat yang private, sehingga Ibu dan suami dapat berbicara secara terbuka dengan nyaman. Kalaupun di rumah pastikan bahwa ruangan tersebut hanya ada Ibu dan suami.
Kedua, cobalah untuk bertanya dengan tenang mengenai rencana dinas suami. Sebisa mungkin hindari prasangka buruk berlebihan. Cobalah untuk berdiskusi mengenai alternatif penyelesaian masalah dinas dari kantor suami dengan mempertimbangkan etika dan norma sosial, terkait suami yang akan sekamar dengan perempuan bukan istrinya.
Alternatif yang bisa didiskusikan adalah menyewa dua kamar dengan mengajukan dana tambahan dari kantor, atau mengeluarkan dana pribadi sebagai tambahan dana untuk menyewa satu kamar lain. Silakan berkomunikasi dengan tenang, sehingga bisa menghasilkan alternatif penyelesaian masalahnya, bukan justru menambah persoalan baru. Saling memperhatikan dan menghargai setiap respon suami tiap kali topik ini dibahas, termasuk saat membicarakan alternatif penyelesaian masalah yang Ibu utarakan.
Ketiga, saling menyadari bahwa komunikasi yang jujur terkait pikiran, perasaan, pengalaman, dan juga pendapat pribadi adalah hal penting menjaga keharmonisan perkawinan. Selain itu, hal-hal tersebut merupakan aspek penting dalam mengembangkan kedekatan emosional antara pasangan.
Silakan Ibu mengungkapkan perasaan secara jujur, tenang, dan jelas, termasuk takut, bingung, serta ketidaknyamanan dan keberatan Ibu. Namun, Ibu juga harus menghargai kejujuran suami Ibu yang sudah berterusterang mendapat tugas kantor bersama rekan kerjanya. Kita berharap kejujuran seperti ini terus terjadi di antara ibu dengan suami.
Keempat, sangat manusiawi jika Ibu memiliki harapan tertentu kepada suami. Terlebih demi menjaga keharmonisan perkawinan Ibu bersama suami. Namun, bisa saja pesan yang kita sampaikan kepada lawan bicara tidak ditangkap dengan baik. Komitmen dan kepercayaan merupakan aspek sangat penting bagi keutuhan perkawinan. Mari tetap bersama-sama mengusahakan yang terbaik untuk kebahagiaan perkawinan dan keluarga Ibu bersama suami. Count your blessings!
Fransisca Rosa Mira Lentari