web page hit counter
Selasa, 5 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

BURUNG DAN TUPAI PUN IKUT PESPARANI

3.2/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.COM –PELATARAN itu luasnya 18 x 18 meter. Gedung setinggi dua lantai mengitari ruang terbuka itu. Di tengah-tengahnya tumbuh 11 pohon rindang. Dedaunan rimbun menghambat sinar pagi yang merekah sehingga membuat suasana menjadi teduh.

Sebanyak100 orang memenuhi ruang terbuka itu. Sisanya berdiri di sekitar selasar yang ada.Mereka setengah jam lalu baru usai mengikuti Rakornas Rapat Kordinasi – Rakernas Persiapan Pelaksanaan Pesparani Katolik Nasional Tahun 2018.

Kegiatan yang berlangsung di Nusa Dua, Bali ini berlangsung pada 10 Maret hingga 14 Maret. Sidang bergulir dengan padat ini merupakan rapat koordinasi untuk persiapan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik pertama yang akan diadakan di Maluku pada Oktober mendatang.

Para peserta Pesparani/Yusti H. Wuarmanuk

Sejak hari pertama, saat istirahat,seluruh peserta selalu memenuhi pelataran. Sebagian besar berkelompok 6-10 orang. Sebagian lagi memilih kelompok yang lebih kecil. Ada pula yang sibuk atau menikmati lingkungan yang ada.

Dalam kelompok-kelompok, perbincangan seputar topik sidang yang mereka ikuti ternyata masih berlanjut.Obrolan ringan yang tak ada hubungan dengan acara juga muncul. Gelak tawa kerap  membahana saat komentar-komentar lucu bermunculan. Tak ada wajah tegang, layaknya sidang partai atau ormas pada umumnya. Kegembiraan semakin bertambah ketika para peserta berfoto untuk membuat kenangan dari acara ini.“Ini untuk kepentingan kita bersama,” ujar Pastor Wilfridus Samdirga Wijaya, utusan dari Kalimantan Timur.

Baca Juga:  "SOS": Ini Kebutuhan Mendesak Korban Erupsi Gunung Api Lewotobi Laki-laki

 

Para peserta Pesparani/Yusti H.Wuarmanuk

Saling Mengenal

Ketua Umum LP3KN Adrianus Meliala menekankan bahwa rapat ini menjadi ajang perkenalan dari seluruh anggota LP3KN dan LP3KD yang datang dari 35 provinsi di Indonesia. “Pertama-tama kita perlu saling mengenal, setelah mengenal kita saling percaya, dengan percaya kita bisa bekerja sama dengan baik,” ujar pria yang mengaku tidak pandai menyanyi ini.

Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) dibentuk untuk menyelenggarakan Pesparani. Sementara di daerah dibentuk Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Daerah (LP3KD).

Untuk saling mengenal, panitia memberikan kesempatan kepada setiap kontingen memperkenalkan anggota yang hadir dan situasi di daerah masing-masing. Perkenalan dari LP3KD Provinsi Aceh sebagai pembuka. Sebagai penutup dalam sessi perkenalan adalah LP3KD Provinsi Papua Barat. Meski laporan singkat yang disampaikan cukup resmi tetapi lontaran-lontaran kecil kerap mengundang tawa serempak seluruh peserta yang berjumlah 230 orang yang datang dari 35 provinsi. “Kami sudah melakukan audisi. Kami juga sudah siap untuk berangkat ke Maluku walaupun belum ada dananya,” ujar Ketua LP3KD Lampung yang langsung disambut dengan tawa serempak.

Sebanyak 21 provinsi menyatakan kesiapannya untuk berangkat ke Maluku. Memang beberapa hambatan muncul tetapi tidak menjadi halangan mereka untuk menunjukkan kemampuan nantinya.

Selain melaporkan kesiapannya, LP3KD menyatakan sangat senang dengan Pesparani yang menjadi ajang pesta umat Katolik dalam bidang paduan suara. Sebab selama ini beberapa anggota LP3KD sudah terlibat dalam acara sejenis di Pesparawi yang diadakan oleh umat Kristen. “Anggota kami ada yang menjadi pelatih Pesparawi. Dengan kegiatan Pesparani ini kita seperti pulang kandang sendiri,” tambah JB Kleden, utusan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca Juga:  PUKAT Christmas Concert 2024 untuk Relokasi Klinik Santa Monika Tanjung Selor

Hal yang sama disampaikan pula dari utusan Kalimantan tengah “Kami dari Kalimantan Tengah siap ke Ambon dengan pasukan lengkap. Kami juga merasa kembali ke kandang karena biasa terlibat di Pesparawi,” kata FX Manesa, Ketua LP3KD Kalimantan Tengah.

Pesparawi adalah Pesta Paduan Suara Gerejawi yang diadakan oleh umat Kristen. Dalam perhelatan itu umat Katolik di beberapa daerah terlibat sebagai pelatih.

Sebelum memperkenalkan diri dan menyampaikan kesiapannya, Ketua LP3KD PapuaFransikus Motte membuka dengan salam ala Papua. “Wah, wah, wah, wah, wah, wah,” teriaknya lebih dulu. Salam ini pun kemudian diikuti oleh yang lain. Sepanjang rapat selanjutnya, salam ini kerap terlontar dalam perbincangan-perbincangan serius dan santai.

Ketua LP3KD Papua Fransiskus Motte/Yusti H.Wuarmanuk

Pelataran

Dalam sidang yang dilakukan secara marathon, pelataran menjadi tempat istirahat sejenak yang bermanfaat. Selain mendiskusikan tema yang baru saja dibicarakan dalam sidang, pelataran menjadi sarana perjumpaan untuk saling mengenal. Di salah satu kelompok berkumpul beberapa imam bersama beberapa umat. Ternyata mereka pernah tinggal bersama saat pendidikan di seminari menengah atau seminari tinggi. Tempat makan juga menjadi sarana serupa.

Baca Juga:  Donor Darah Alumni Kolese Jesuit Indonesia: Setetes Darah Menyelamatkan Kemanusiaan

Saat lepas malam pada hari kedua, di tengah kolam renang ada penyanyi yang membawakan musik sebagai pelepas lelah. Iringan musik itu mendorong Pastor Redemptus OFMCap., utusan dari Sumatera Utara beranjak ke daratan yang menjorok ke tengah kolam. Gitar yang ada pun beralih ke tangannya.

Anggota LP3KN Sie Dana Julita Tampubolon menyusul kemudian. Tak mau kalah dengan kedua orang yang sudah melantunkan suara, Direktur Urusan Agama Katolik Sihar Petrus Simbolon menyumbangkan suaranya. Mereka bertiga melantunkan lagu-lagu Batak.

Pastor Redemptus OFMCap bersama tim membawakan lagu-lagu Batak/Yusti H.Wuarmanuk

 

Melepas kepenatan malam, Pastor Redemptus (LP3KD Sumatera Utara) bersama Julita Tampubolon (sie dana LP3KN) dan Sihar Petrus Simbolon (Direktur Urusan Agama Katolik).

Kesibukan dan kebahagiaan untuk mempersiapkan Pesparani nampaknya bukan hanya melibatkan para peserta sidang. Burung dan tupai ikut berulang kali hadir di pelataran terbuka. Kicauan burung-burung menebarkan suara merdu kepada para peserta yang sedang berada di pelataran. Seolah-olah binatang yang disebut oleh St. Fransikus dengan ‘saudari’ ini merasa gembira menyongsong perhelatan Pesparani pertama ini. Begitu pula tupai-tupai bergerak dengan lincah di ranting-ranting pohon. Seperti pula para sidang mulai sudah bergerak cepat untuk mempersiapkan acara besar ini.

Yusti H. Wuarmanuk (Bali)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles