HIDUPKATOLIK.COM-PESAN Sidang Umum Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) pada November 2017 dimulai dengan hari studi yang mengangkat tema, “Gereja yang Relevan dan Signifikan: Panggilan Gereja Menyucikan Dunia.” Dengan hari studi ini, semua orang sebagai sebagai Umat Allah dapat menyadari peran di tengah masyarakat. Hasil studi KWI ini juga direalisasikan dengan terbentuknya Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (PESPARANI) pertama yang akan digelar pada Oktober 2018 di Provinsi Maluku.
Dalam menyiapkan PESPARANI nanti, seluruh anggota Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (LP3K) nasional maupun daerah berkumpul untuk mengikuti Rapat Koordinasi PESPARANI yang digelar di Hotel Courtyard Marriott, Bali, Sabtu-Rabu, 10-14/03.
Pada hari kedua, Rapat Koordinasi PESPARANI ini Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan mewakili KWI, Pastor Agustinus Ulahayanan diminta memberi pesan terkait PESPARANI nanti. Pastor Agus, demikian sapaan imam Keuskupan Amboina ini dalam pesannya berharap, agar PESPARANI harus menjadi gawai seluruh umat Allah termasuk kaum klerus, biarawan-birawati dan awam. KWI hanya mendampingi setiap anggota LP3KN. “Maka setiap orang yang terlibat dalam PESPARANI harus menyadari diri sebagai umat Allah yang mau mengubah dunia lewat iman.”
Kendati begitu, Pastor Agus mengingatkan agar umat harusnya menjadikan gawai PESPARANI sebagai sarana menyatukan iman bukan untuk bertengkar atau mencari keuntungan semata. Terkait dana, Pastor Agus sangat tegas melarang orang Katolik untuk tidak semena-mena terhadap anggaran dari pemerintah. Baginya, orang Katolik itu selalu bersih dan jujur, maka pengelolaan dana dari pemerintah harusnya sesuai aturan yang ada. “Jangan sampai setelah PESPARANI banyak orang Katolik atau anggota LP3K nasional dan daerah menggunakan baju orange dari KPK,” pesan Pastor Agus.
Di akhir pesannya, Pastor Agus mengatakan PESPARANI adalah Sakramen bagi dunia. Berangkat dari artinya, Sakramen adalah tanda dan sarana keselamatan bagi banyak orang. Maka partisipasi umat Katolik di PESPARANI harus menjadi tanda dan sarana keselamatan yang menyucikan dunia. “Karena itu saya mengingatkan bila PESPARANI nanti kita bertengkar lebih baik berhenti saja. Jangan baru audisi saja sudah bertengkar dan tidak lagi melihat keunikan PESPARANI dari aspek kebersamaan, persatuan, dan kekudusan,” demikian Pastor Agus.
Yusti H.Wuarmanuk (Bali)