HIDUPKATOLIK.com – Nama Ignasius Jonan disebut Presiden Joko Widodo alias Jokowi saat pengumuman susunan kabinet, Minggu, 26/10. Jonan yang mengenakan kemeja putih berlari-lari kecil. Mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) ini didapuk menjadi Menteri Perhubungan dalam Kabinet Kerja. Keesokan pagi, Senin, 27/10, ia mengucap janji sebagai menteri dengan meletakkan tangan di atas Kitab Suci yang dipegang Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) RD Yohanes Rasul Edy Purwanto.
Setelah Jokowi dan Jusuf Kalla dinyatakan menang dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI 2014, nama Jonan masuk dalam bursa calon menteri. Namanya terus mencuat dan menguat. Banyak kalangan mencalonkan dia sebagai menteri setelah melihat kinerja dan prestasinya membenahi pelayanan jasa transportasi kereta api.
Sejak ditunjuk sebagai Dirut PT KAI pada Februari 2009, Jonan memang langsung membuat gebrakan. Ia mengawali langkah dengan membenahi pelayanan dasar PT KAI. Ia mengubah orientasi perusahaan, dari orientasi produk ke orientasi pelanggan. Ia melakukan beragam perubahan agar badan usaha milik negara ini bisa bekerja maksimal memenuhi keinginan pelanggan.
Jonan adalah sulung dari lima bersaudara. Ayahnya, Jusuf Jonan, pengusaha asal Surabaya. Sang ibu, putri seorang pejabat di Singapura. Jonan lahir di Singapura, 21 Juni 1963. Ia melewati masa kecil hingga usia 10 tahun di Singapura. Lalu, ia hijrah ke Surabaya hingga menyelesaikan belajar di Universitas Airlangga.
Selepas itu, Jonan melanjutkan sekolah di Amerika Serikat. Finance dan International Law adalah bidang yang digelutinya. Posisi direktur beberapa perusahaan dijabatnya hingga kemudian dipercaya menjadi Dirut PT KAI. Satu terobosan yang dilakukan alumni SMA St Louis Surabaya ini adalah memberlakukan sistem piket bagi semua karyawan, termasuk dirinya dan para direktur PT KAI. Sebulan sekali Jonan semalaman berjaga di stasiun kecil. Saat Lebaran lalu, Jonan pun berjaga setiap malam. Pernah suatu malam, ia masih terjaga pada pukul 02.00 WIB. Padahal, pukul 05.00, ia harus berangkat naik kereta api menuju Yogyakarta. Kadang untuk melepaskan lelah, Jonan harus tidur di bangku kereta api.
Jonan pernah mengaku selalu membawa Rosario dan medali dengan gambar suci di kantong bajunya. “Saya selalu membawa ini. Saya kalau berdoa; Terjadilah kepadaku menurut kehendak-Mu. Tapi, ya praktiknya susah. Saya sebagai manusia tidak bisa pasrah 100 persen,” ujarnya. Jonan mengakui lebih dari sepuluh tahun selalu membawa Rosario dan medali pemberian sang ayah, kemanapun ia pergi. Ketika sedang melakukan perjalanan dengan kereta api, ia selalu menyediakan waktu untuk menggulirkan doa Rosario. Ia juga membawa lembaran doa Novena Tiga Kali Salam Maria dan doa-doa lain di dalam tasnya.
Y. Prayogo