web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Teladan dan Tantangan Pastoral Keluarga

4.8/5 - (5 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Suri teladan pasangan suami istri Cosmas dan Pudy, kiranya menjadi inspirasi bagi biduk keluarga muda, dalam mengarungi lautan kehidupan berumah tangga.

Perjalanan pelayanan di Keuskupan Agung Jakarta sejak 2011 sampai hari ini sangat menantang. Pengalaman menunjukkan, bahwa keluarga adalah jantung seluruh pelayanan dalam Gereja. Jika pelayanan ini berlangsung lebih baik dan terpadu, maka pelayanan dalam hal lain akan lebih hidup dan terbantu. Meskipun demikian, saya menyadari, banyaknya tantangan yang terjadi dalam pelayanan itu. Penemuan masalah-masalah baru seper ti terjadi setiap hari sebanyak keluarga yang dibangun di Keuskupan ini.

Syukurlah bahwa masih banyak pasangan suami istri Katolik yang berani menjawab tantangan perkawinan, dengan menjadi setia seperti Bapak Cosmas Batubara dan Ibu Cypriana Pudyati. Kita sangat bersyukur dan ikut bergembira, bersama pasutri yang merayakan ulang tahun perkawinan ke-50 tahun ini. Sebagai seorang yang dikenal banyak orang, tentu teladan seperti ini akan menjadi hal baik di tengah-tengah situasi yang serba menantang dan menggoda banyak keluarga seperti sekarang ini. Gereja sangat berterima kasih untuk teladan hidup yang nyata, dari kesetiaan Bapak dan Ibu Cosmas Batubara.

Banyak keluarga merasa “jauh” dari Gereja, ketika mereka menemui masalah. Mereka yang bermasalah dengan janji setia, seperti mereka, yang sengaja atau tidak sengaja, berselingkuh, mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), merasa jauh dari kearifan yang diajarkan oleh Gereja. Mereka sulit mengkaitkan dirinya sendiri dengan iman dan akhirnya “jauh” diri dari Gereja. Para pelayan pastoral dalam jejaring Seksi Kerasulan Keluarga (SKK) di KAJ berusaha mendekati mereka yang berada dalam situasi ini, dengan mengajak mereka mendekat pada Gereja, agar mereka dapat ditolong dan keluar dari kesulitan.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Mendekati mereka yang sedang berada dalam kesulitan, saya bayangkan seperti panggilan yang dimaksud oleh Pater J.B. Berthier, Pendiri Kongregasi MSF, yaitu menjangkau orang-orang yang “masih jauh”. Mereka yang berada dalam kesulitan keluarga paling memerlukan bantuan. Mereka merasa jauh dari kasih Allah. Pelayanan Gereja yang paling suci dan liturgis, sekalipun pada suatu saat menjadi kering, karena masalah inti dalam keluarga belum dapat diselesaikan. Pastoral yang nyata akan membawa mereka mendekat pada Gereja dan rahmat kasih Allah.

Kesulitan hidup bersama dapat datang sesudah pasangan menerima Sakramen Perkawinan. Gereja membuat batas dengan peraturan yang jelas: tidak ada perceraian dan perkawinan poligami. Masalah tidak mudah dipecahkan hanya dengan taat aturan. Gereja harus turun tangan melihat dan mengalami sendiri, melalui temu muka, konseling, dan kunjungan terstruktur sampai ke tingkat Lingkungan. Jika tidak dilakukan, wajah Gereja akan tampak kaku dan kejam, karena kurang memahami realitas perjuangan umatnya. Komisi Kerasulan Keluarga melakukan usaha sinergis ini bersama SKK Paroki dan SKK di Lingkungan.

Mendekati sama dengan menyentuh para umat yang bermasalah dengan membuka pelayanan bagi mereka di tingkat Keuskupan. Konseling menjadi satu sarana yang ampuh sekaligus jelas dan nyata, untuk menangani persoalan-persoalan dalam keluarga jemaat Katolik. Kami menyediakan lima tenaga untuk menangani masalah klinis pasutri atau anak. Kami juga memberi tempat untuk curhat bagi para konseli. Kami juga bekerjasama dengan para SKK Lingkungan untuk menjadi mitra di seluruh Lingkungan Gereja se-KAJ. Dengan konseling, kami dapat memetakan masalah-masalah yang sekarang ini sering dan banyak muncul di tengah-tengah keluarga.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Menyatukan pribadi dalam keluarga juga tantangan. Kami sungguh ingin agar seluruh keluarga aktif dan terlibat dalam aktivitas perjalanan rohani dan menggereja. Kerinduan untuk menyatukan keluarga dalam aktivitas gerejani membutuhkan strategi dan rencana terstruktur. Tidak cukup hanya dengan anjuran atau imbauan. Program-program dibuat untuk menjadikan karya kerasulan keluarga menjadi terpadu dan berjenjang. Program Bulan Keluarga-Adven, berusaha menjawab tantangan itu. Meskipun tidak mudah, tetapi kami melihat bahwa ada kemungkinan seluruh keluarga, termasuk anak-anak dapat ikut serta dalam kegiatan rohani di Lingkungan, basis terkecil hidup berjemaat.

Program terpadu dan berjenjang kami usahakan di tingkat Paroki, mulai dari persiapan perkawinan dengan Program Discovery untuk mereka yang sedang berpacaran serius, Membangun Rumah Tangga (MRT) sebagai persiapan perkawinan dalam waktu dekat, dan konseling pranikah. Saya melihat pentingnya masa persiapan ini didampingi. Mereka yang menikah tanpa bekal, lebih banyak menghadapi masalah keluarga pada kemudian hari. Kami menyiapkan mereka dengan program berjenjang ini secara bersama di 66 Paroki di KAJ. Saat ini ada sekitar 1500 tenaga muda yang mau terlibat dalam program ini sebagai fasilitator.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Pendidikan kepada orangtua dalam membesarkan anak-anak juga menjadi tantangan yang tidak kecil. Semua orangtua perlu didampingi agar dapat mengikuti perkembangan pertumbuhan anak, mulai dari masa bayi hingga dewasa. Kami menjawab tantangan dengan Program Menjadi Orangtua Katolik (MOKA). Meskipun tidak mudah, tetapi ada ratusan sukarelawan yang sekarang ini bersama membantu para orangtua, untuk bertumbuh dan membantu sesamanya di banyak Paroki.

Suri teladan pasangan suami istri Cosmas dan Pudy, kiranya menjadi inspirasi bagi biduk keluarga muda, dalam mengarungi lautan kehidupan berumah tangga. Keteladanan semacam ini amat membantu dalam pastoral Gereja untuk keluarga, terutama keluarga muda pada zaman ini. Usia perkawinan 50 tahun tentu tidak mudah dan tentu banyak tantangan yang dilewati.

Pun demikian dalam karya pastoral keluarga. Tantangan tidak akan pernah selesai kami hadapi, tetapi melihat antusiasme kaum muda, terutama pasutri muda yang membantu pelayanan pastoral kerasulan keluarga, saya menjadi besar hati. Tidak ada sesuatu yang akan sulit, jika kerjasama dan sinergi terjadi dalam pelayanan itu. Dengan dukungan Bapak Uskup, Romo Vikjen, dan para rekan imam di seluruh Gereja di Keuskupan Agung Jakarta, kita bisa semakin melayani keluarga untuk dipersembahkan kepada Allah dan dunia sekitar kita.

Alexander Erwin Santoso MSF

ARTIKEL SEBELUMNYA
ARTIKEL SELANJUTNYA

1 KOMENTAR

  1. selamat pagi,. adakah bahan yang mengenai pastoral Diakonia,. beserta bentuk-bentuk tantangannya. atas bantuan saya ucapkan terimakasih. Jesus bless

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles