web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

ISKA SULUT Menggelar Diskusi Bedah Politik

2.3/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia) Sulawesi Utara pimpinan Adry A. Manengkey menggelar Diskusi Bedah Politik Pilkada 2018 serta Pileg dan Pilpres 2019 di Wisma Montini, Manado, Jumat (27/2/2018).

Sejumlah pembicara ditampilkan pada diskusi yang turut dihadiri Presidium Pemerintahan dan Politik ISKA Pusat Daniel Tonapa, dan di awali misa yang dipimpin Uskup Manado Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC, di dampingi Moderator ISKA Sulut Pastor John Montolalu Pr.

Presentasi pertama diberikan kepada Uskup Manado sekaligus menjadi keynote speaker. Setelah itu, Josef Recky Raco (Dosen Unika De La Dalle Manado) mempresentasikan hasil penelitiannya tentang Ekspektasi Masyarakat terhadap Pemimpin Politik. Sementara Pastor Johanes Yong Ohoitinur MSC, Rektor Unika De La Salle Manado dan Pembina Skolastikat MSC Pineleng pun turut hadir sebagai narasumber.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus
Para peserta Diskusi Bedah Pilkada 2018 dan Misa Bersama DPD ISKA Sulawesi Utara, Jumat, 23/2

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sebut Josef Recky Raco, fair (keadilan), courage (keberanian), competence (kompetensi), dan compassion (empati/kepedulian) merupakan faktor yang menjadi penentu tingkat keterpilihan pemimpin publik.

“Kriteria dominan pemimpin publik di mata pemilih rasional adalah competence (29 persen), fair (27 persen), courage (26 persen), dan compassion (16 persen),” ujar Recky, sapaan Raco.

Berdasarkan penelitian yang dilakukannya bersama Frankie Taroreh, Yulius Raton dan Stevanus Ngenget, direkomendasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam kepemimpinan publik di tahun demokrasi ini untuk sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor yang disebutkan.

Pastor Yong menegaskan, politik identitas, yang didasarkan pada sentimen primordial (suku, agama, ras, antar golongan) harus dihindari karena berimplikasi kepada diskriminasi. Politisi Katolik perlu mengandalkan politik yang rasional yakni bonum commune (apa yang benar, adil, baik bagi semua).

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Bagi politisi Katolik, Pastor Yong mengingatkan tentang perlunya memiliki rasa percaya diri, yakin dengan hati nuraninya, yang meskipun berbasis Katolik panggilan politiknya lintas-batas.

“Politisi Katolik perlu secara bertahap menciptakan budaya politik yang baru dan sehat, membiasakan masyarakat untuk tidak mengharapkan uang/ barang dari calon,” harap Pastor Yong seraya menambahkan, mentalitas politik masyarakat yang sehat turut menjadi modal bagi demokrasi yang matang.

Mgr. Rolly (sapaan akrab Uskup Manado) dalam presentasinya sebagai keynote speaker memberikan pedoman bagi umat Katolik yang ingin terjun di bidang politik.

Ada sejumlah dokumen gereja yang bisa dipakai, menjadi pedoman seperti yang tercantum dalam Gaudium et Spes, Apostolicam Aquositate, dan Lumen Gentium. Yang paling penting mengacu kepada kepentingan umum, kepentingan banyak orang.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Lexie Kalesaran

ARTIKEL SEBELUMNYA
ARTIKEL SELANJUTNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles