HIDUPKATOLIK.com – Pak George, sering kali istri saya ketakutan usai bermimpi. Dia semakin ketakutan begitu browsing di internet dan mendapati hasil atau arti mimpinya yang tak baik. Sebenarnya mimpi itu apa? Mengapa bisa muncul? Ada yang mengatakan, setiap mimpi itu memiliki arti?
Andreas Martins, Ambon
Pertanyaan Saudara Andreas cukup menarik untuk dibahas, karena pertanyaan ini mempunyai banyak dimensi. Ada dimensi psikologis, tapi ada juga dimensi lain, misal kultural, religi, dan supranatural. Saya akan membahas dari dimensi psikologis. Salah seorang teoretikus psikologi yang membicarakan tentang mimpi adalah Sigmund Freud, yang dikenal sebagai bapak dari salah satu aliran besar dalam psikologi yaitu psikoanalisis.
Freud membagi kepribadian dalam dua bagian, yaitu kesadaran dan ketidaksadaran. Dalam kondisi normal, kesadaranlah yang berkuasa dan mengontrol ketidaksadaran, sehingga ketidaksadaran tak muncul dan mengganggu fungsi kesadaran. Kalau ketidaksadaran sampai muncul di kesadaran, maka fungsi kesadaran akan kacau dan orang tak bisa menyesuaikan diri dengan realita.
Dalam konteks ini, mimpi adalah kompleks ketidaksadaran yang muncul ke kesadaran ketika orang tidur, karena pada saat itu, kontrol kesadaran terhadap ketidaksadaran sedang melemah dan munculnya ketidaksadaran itu tidak sampai mengganggu fungsi kesadaran, sehingga orang yang bermimpi tadi masih bisa menyesuaikan diri dengan realita saat bangun. Dengan demikian, mimpi akan berfungsi seperti katup pengaman pada ketel uap. Mimpi akan mengurangi (menggembosi) tekanan ketidaksadaran terhadap kesadaran, supaya kesadaran bisa berfungsi dengan baik ketika orang terbangun.
Gambaran yang muncul ketika orang bermimpi adalah pengalaman, emosi negatif, atau hal-hal tak menyenangkan yang ingin dilupakan, yang sudah ditekan ke bawah sadar oleh kesadaran. Gambaran itu memang tak muncul seperti apa adanya, tapi sudah mengalami simbolisasi. Misal, seorang pria bermimpi naik kuda. Mimpi ini merupakan pelepasan frustrasi (kekecewaan) yang dialami orang itu, karena dorongan seksualnya tak terpenuhi ketika bangun. Gerakan orang naik kuda mirip dengan gerakan orang yang sedang melakukan hubungan seksual. Dengan mimpi seperti itu, dorongan seksual orang itu akan melemah, karena dorongan seksualnya seolah-olah terpenuhi.
Hampir setiap hari kita pasti mengalami hal tak menyenangkan, bahkan menyakitkan, maka sebenarnya hampir setiap malam kita bermimpi. Hanya saja, ada mimpi yang masih bisa kita sadari, tapi ada mimpi yang tak disadari ketika kita bangun. Disadari atau tidak tergantung pada kekuatan ketidaksadaran yang mendorong munculnya mimpi ketika kita tidur. Makin kuat kekuatan ketidaksadaran yang mendorong munculnya mimpi, maka mimpi akan makin mungkin kita sadari ketika terbangun.
Dari gambaran itu bisa dikatakan, mimpi adalah mekanisme wajar, bahkan dapat dikatakan sebagai “katup pengaman” yang menjaga kepribadian seseorang agar tetap berfungsi normal. Karena tanpa penggembosan mimpi, ketidaksadaran akan mungkin menerobos kesadaran dan menyebabkan orang sulit menyesuaikan diri dengan realita, sehingga perilakunya menjadi tak realistis.
Berdasarkan teori itu, gambaran yang muncul dalam mimpi pasti berasal dari pengalaman, keinginan, atau emosi tak menyenangkan, sehingga sudah ditekan ke alam bawah sadar. Maka, analisis mimpi bisa digunakan untuk mendapat gambaran tentang masalah hidup yang dialami seseorang yang tak bisa ia ceritakan ketika sadar. Tidak mungkin gambaran mimpi berasal dari peristiwa yang belum kita alami. Dengan demikian, gambaran mimpi tak bisa kita pakai sebagai dasar untuk meramal masa depan. Mimpi bukanlah sesuatu untuk ditakuti, tapi kita mesti gembira karena masih bisa menggembosi tekanan ketidaksadaran, supaya kesadaran kita bisa berfungsi dengan baik saat terbangun.
Drs George Hardjanta MSi