Kursi ini terbuat dari kayu. Meski demikian, tampilannya cukup mewah. Berselubung kain sutra, bersepuh emas. Paus Yohanes Paulus II menolak memakai sarana ini.
YOHANES Paulus I (1912-1978) dikenal sebagai sebagai Paus serba pertama. Ia adalah penerus Takhta St Petrus yang lahir pada abad XX. Selain itu, Patriakh Venenzia dan Kardinal-Imam San Marco ini adalah Paus pertama dalam sejarah kepausan yang menggabungkan dua nama orang kudus atau dua nama Paus pendahulunya.
Pemilihan itu juga membukukan dirinya sebagai Paus pertama yang memakai nama tersebut selama masa pontifikalnya. Jejaknya baru diikuti setelah dua kali pergantian paus atau sekira 35 tahun ketika Kardinal Jorge Mario Bergoglio SJ terpilih sebagai Paus ke-266. Ia memilih nama Fransiskus (meski demikian tak menyebut “pertama” di belakang namanya) sebagai pelindung, keutamaan hidup, dan teladan imannya.
Kembali kepada Paus Yohanes Paulus I. Saat memimpin doa Angelus, seperti dikutip dari buku karya Wlliam Smith Catholic Church Milestones: People and Events that Shaped the Institutional Church, Paus bernama asli Albino Luciani itu menjelaskan, pemilihan nama tersebut sebagai bentuk penghargaan dan penghormatannya kepada Paus Yohanes XXIII (1881-1963) dan Paus Paulus VI (1897-1978). [Tiga Orang Kudus]
Yohanes XXIII adalah Paus yang memilihnya sebagai Uskup Vittorio Veneto, Italia. Sementara Paulus VI adalah Paus yang menunjuknya sebagai Patriakh dan Kardinal. Paus yang masa pontifikalnya paling cepat berakhir (hanya 33 hari, karena meninggal) adalah pemimpin umat Katolik sedunia pertama yang menolak untuk mengenakan mahkota kepausan di kepalanya.
Menolak Kursi
Yohanes Paulus I juga nyaris membukukan namanya sebagai Paus pertama yang menolak sedia gestatoria. Bapa Suci semula memang keberatan menggunakan kursi itu pasca konklaf (pemilihan Paus). Namun, Vatikan meminta agar Paus mengurungkan niat itu. Alasan mereka agar umat yang menyemut di sekitar Basilika St Petrus bisa melihat Uskup baru Roma. Paus Yohanes Paulus I pun luluh.
Sedia gestatoria benar-benar ditingalkan ketika Yohanes Paulus II (1920-2005) terpilih sebagai Paus. Ia menggantikan Paus Yohanes Paulus I. Selain tak mau ditandu di atas sedia gestatoria, Paus berdarah Polandia itu juga mengikuti teladan pendahulunya, menolak pentakhtaan mahkota di kepalanya.
Sedia gestatoria merupakan takhta “bergerak” Paus. Kursi ini terbuat dari kayu. Meski demikian, lantaran simbol kewibawaan, tampilan tempat duduk itu sangat mewah. Menurut situs www.catholic.org, sedia gestatoria berselubung kain sutra, tempat sandaran tangan bersepuh emas, memiliki pijakan kaki (suppedaneum) sehingga Paus bisa berdiri.
Di belakang sedia gestatoria terdapat dua lembar kipas (flabellum) berukuran raksasa berkelir putih. Konon, kipas tersebut terbuat dari bulu burung unta (Struthio camelus). Dalam Liturgi flabellum berfungsi sebagai pengusir serangga agar tak mengerubuti roti dan anggur. Flabellum juga digunakan sebagai payung, simbol penghormatan kepada uskup.
Di bagian bawah suppedaneum terdapat dua kayu panjang. Kayu itulah yang diletakan di atas bahu kedua belas orang yang mengangkat dan membawa Paus bersama kursi kebesarannya. Para penandu itu disebut palafrenieri. Mereka semua adalah laki-laki dan mengenakan seragam berwarna merah.
Sakral, Penting
Sedia gestatoria digunakan pada moment sakral dan penting, misal penobatan Paus. Tradisi ini dimulai sekitar abad XVI. Namun pada abad sebelumnya, menurut situs www.newadvent.org, kursi itu digunakan Paus saat menerima kedatangan perwakilan Kerajaan Napoli yang memberikan upeti tahunan kepadanya. Atau dipakai ketika Paus mengangkat dan menunjukkan Sakramen Maha Kudus ke tengah umat
Seiring waktu, ketika Paus Pius X (1835-1914) bertakhta, sedia gestatoria dipakainya kala Kongres Ekaristi di Roma pada 1905.
Bila berkunjung ke Museum Katedral Lisbon, Anda bisa melihat sebuah sedia gestatoria antik lengkap dengan sepasang flabella. Kursi itu merupakan cenderamata dari Paus kepada Patriakh Lisbon atas dukungan finansial mereka yang didapat dari Raja John V Portugal.
Sekitar 1800, Pangeran Alessandro Torlonia membawa keluar sedia gestatoria pemberian Paus Leo XIII itu. Ia memakai kursi tersebut untuk meletakkan dan membawa Kanak-Kanak Yesus dari Aracoeli kepada orang-orang sakit. Dengan demikian mereka tak harus berziarah dan berdoa di Basilika St Maria Aracoeli,.
Sejak masa pontifikal Paus Yohanes Paulus II, sedia gestatoria masuk museum. Mulai saat itu, transportasi atau kendaraan Paus pun bertransformasi. Kelak orang mulai mendengar istilah mobil Paus, Popemobile atau Papalmobile. Meski istilah tersebut sebenarnya tak sreg di hati pemimpin umat Katolik sedunia ini. [Paus Pertama Pengendara Mobil]
Yanuari Marwanto