HIDUPKATOLIK.com – Tahun 2018 ini, kita memperingati 160 tahun penampakan Bunda Maria kepada putri kecil Bernadette Soubirous, 14 tahun, di gua Massabielle, Perancis Selatan. Tempat ini lebih kita kenal sebagai Lourdes. Peristiwa penampakan itu berlangsung sebanyak 18 kali. Penampakan terjadi antara tanggal 11 Februari sampai 16 Juli 1858. Konon, ada orang lain yang menemani Bernadette datang ke lokasi penampakan, namun hanya dia yang bisa melihat Bunda Maria.
Hal itu tentu saja mengundang banyak pertanyaan, baik dari keluarga maupun orang-orang sekitar (masyarakat sekitar). Termasuk hierarki Gereja Katolik setempat. Apalagi ketika makin banyak orang yang menyertai perjalanan Bernadette ke gua dari satu penampakan ke penampakan berikutnya.
“Suatu hari, saya dan dua gadis lain, pergi ke pinggir Sungai Gave. Tiba-tiba, saya mendengar bunyi gemerisik. Saya mengarahkan pandangan ke arah padang yang terletak di sisi sungai, tetapi pepohonan di sana tampak tenang, dan suara itu jelas bukan datang dari sana. Kemudian saya mendongak dan memandang ke arah gua, di mana saya melihat seorang perempuan mengenakan gaun putih yang indah, dengan ikat pinggang berwarna terang. Di atas masing-masing kakinya ada bunga mawar berwarna kuning pucat, sama seperti warna biji-biji rosarionya,” tulis Bernadette melukiskan pengalamannya.
Bernadette adalah gadis kecil yang sangat bersahaja dan dari keluarga sederhana. Sebuah sumber menyebutkan ayahnya Francois Soubirous pengusaha gandum yang jatuh miskin, sedangkan ibunya, Louise Casterot, hanya seorang ibu rumah tangga. Pada usianya yang masih sangat muda itu, tentu saja dia tidak mengerti tentang peristiwa adikodrati yang
“menimpa” dirinya. Diceritakan bahwa dari penampakan satu ke penampakan berikutnya, sampai penampakan terakhir, makin bertambah banyak orang yang berbondong mengikuti Bernadette ke gua. Mereka penasaran.
Sekali lagi, hanya Bernadette yang melihat Bunda Maria yang menampakkan diri padanya. Bernadette menulis, “Saya katakan kepada mereka (dua temannya, Red) bahwa saya melihat seorang perempuan mengenakan gaun putih yang indah, namun saya tidak tahu siapa dia.” Baru pada penampakan ke-16, Bunda Maria memberitahu identitas dirinya dengan mengatakan, “Akulah yang dikandung tanpa dosa.”
Dalam suatu penampakan lain, Bunda Maria menyuruh Bernadette menggali tanah untuk membuka mata air. Sementara jemarinya yang lentik mengais tanah. Serta-merta memancarlah air yang sampai sekarang dipakai jutaan peziarah dari seluruh muka bumi, untuk mandi dan minum dengan harapan akan kesembuhan ajaib.
Kisah penampakan Bunda Maria ini tidak berhenti sampai di situ saja. Begitu juga kisah hidup dan panggilan Bernadette. Setelah 160 tahun peristiwa itu berlangsung, mukzijat demi mukzijat terus berlangsung. Sebagian telah diakui oleh Gereja. Sebagian lain masih dalam proses penelitian. Kiranya tak salah, kalau kita menyebut bahwa umat berlomba-lomba datang ke Lourdes. Termasuk sejumlah umat dari Indonesia. Menurut penyelenggara tur, tur rohani ke Lourdes termasuk yang paling diminati.
Allah berkarya melalui aneka peristiwa. Begitupun dengan Bernadette. Seperti Bunda Maria yang menampakkan diri kepadanya, Bernadette merasa dirinya bukan siapa-siapa. Ia tak ingin dipuji. Ia seorang yang rendah hati. “Bunda Maria memilih saya justru karena saya inilah yang paling hina,” ujarnya suatu kali. Bernadette seperti itu. Bagaimana dengan kita?
Redaksi