HIDUPKATOLIK.com – Mengapa kita pada 18-25 Januari berdoa secara khusus untuk kesatuan Gereja? Apa tujuannya? Dengan Gereja yang mana kita ingin bersatu?
Yohanes Tirtartono Hanjaya, Malang Pertama, doa untuk kesatuan Gereja pada 18-25 Januari itu dinamakan Pekan Doa Sedunia untuk Kesatuan Umat Kristiani (PDS KUK). Hal ini merupakan ibadat ekumenis internasional dari murid-murid Tuhan Yesus Kristus untuk menanggapi kehendak Yesus, agar para murid-Nya saling mencintai (bdk. Yoh 13:34-35) dan karena itu mewujudkan cinta kasih itu dengan kesatuan di antara manusia seperti halnya Yesus Kristus dengan Bapa adalah satu (Yoh 17:23-30).
Menurut Paus Emeritus Benediktus XVI, “kesatuan penuh itu bersifat hakiki untuk hidup dan perutusan Gereja di dunia”. Kesatuan itu bukan hanya keakraban, persahabatan atau kebersamaan, tetapi benar-benar kesatuan sempurna. Cinta kasih di antara para murid menunjukkan sikap kemuridan mereka. Karena itu adanya perpecahan dan perselisihan di antara murid Yesus Kristus merupakan batu sandungan untuk kesaksian para murid Yesus tentang ajaran Sang Guru. Pada 23 Januari 2008, dia mengatakan bahwa “dunia ingin melihat ‘wajah Allah,’ tetapi hanya dalam kesatuan orang-orang kristiani hal ini bisa ditunjukkan”.
Kedua, PDS dimulai 18 Januari, yaitu Pesta St Petrus, dan diakhiri pada 25 Januari, yaitu Pesta Pertobatan St Paulus. Penetapan PDS di antara dua pesta Soko Guru Gereja itu mempunyai arti simbolis untuk kesatuan itu sendiri. Pada saat ini gerakan ekumenis ini sudah diikuti oleh berbagai denominasi Kristiani, misalnya Anglikan, Protestan, Ortodoks, dan Katolik.
Paus Emeritus Benediktus XVI mengingatkan bahwa kesatuan itu “pertama-tama adalah anugerah Tuhan” karena itu semua murid Tuhan harus “tanpa kenal lelah dan dengan setia memohonkan dalam doa, dengan mengesampingkan keprihatinan kita sendiri dan mengutamakan keprihatinan Yesus” dan harus “menanggapinya dengan murah hati”. Dalam audiensi pada 21 Januari 2009, dia mendorong agar semua orang Kristiani bergabung dalam Pekan Doa Sedunia ini untuk mengakhiri perpecahan di antara para pengikut Kristus. Bapa Suci juga memimpin ibadat sore ekumenis di Basilika St Paulus di luar tembok pada upacara penutupan PDS 2009, 25 Januari 2009.
Ketiga, PDS digagas tahun 1908 oleh Romo Paul Wattson, seorang imam Anglikan dari Amerika Utara sebagai “Delapan hari doa untuk Kesatuan Kristiani”. Komisi Faith and Order dari Dewan Gereja-gereja Sedunia mulai mempublikasikan “usulan untuk delapan hari Doa untuk Kesatuan Kristiani” pada 1926. Pada 1966, Komisi ini mulai bekerja sama dengan Sekretariat dari Gereja Katolik (di Vatikan) untuk Memajukan Kesatuan Umat Kristiani. Baru pada 2004, dipublikasikan teks bersama untuk doa dan usulan kegiatan PDS.
Keempat, setiap tahun ditetapkan sebuah tema untuk PDS, misal untuk tahun 2017 “Rekonsiliasi – Cinta Kristus mendorong kita”, 2016 “Panggilan mewartakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang besar” (1 Ptr 2:9). Tema utama ini kemudian diuraikan dalam tema-tema kecil dengan dukungan teks Kitab Suci, doa-doa untuk ibadat dan bahan renungan yang sesuai. Juga disiapkan dan diterbitkan bersama bahan-bahan PDS oleh Dewan Kepausan untuk Memajukan Kesatuan Umat Kristiani dan Komisi Faith and Order Dewan Gereja-gereja Sedunia, berupa renungan ataupun usulan kegiatan yang bisa digunakan untuk ibadat atau kegiatan-kegiatan lain untuk mewujudkan gerakan ekumenis mewujudkan kesatuan Gereja tersebut.
Maka, sebenarnya tidaklah cukup kalau Pekan Doa Sedunia ini hanya diisi dengan doa tanpa kegiatan kongkret lainnya. Gerakan ekumenis ini mengundang kita menemukan kesempatan-kesempatan yang tepat sepanjang tahun untuk mengungkapkan rasa kesatuan yang sudah dihayati oleh Gereja-gereja.
Petrus Maria Handoko CM