HIDUPKATOLIK.com – Romo Erwin, saya siswa kelas I SMP. Saya tahu menulis surat ini karena papa saya langganan Majalah HIDUP di rumah. Saya sesekali membaca majalah ini. Romo, Mama saya sudah lama tidak tinggal bersama kami lagi. Mama tinggal di rumah tante, adik kandung mama. Jadi di rumah, hanya ada Papa, adik, dan saya. Memang, Mama hampir setiap hari yang menjemput saya dan adik di sekolah, tapi begitu mengantar kami sampai di rumah, Mama kembali lagi ke rumah tante. Jadi, yang selalu di dekat kami adalah Papa. Papa adalah segalanya, Papa yang membuatkan kami sarapan, menyiapkan bekal, mengantar ke sekolah, menemani kami belajar, dan mengejarkan PR setiap pulang kerja. Saya tidak mau Papa sakit, nanti siapa yang mengurus saya dan adik? Romo, bagaimana agar Mama mau pulang ke rumah?
Kevin, Bogor
Kevin yang baik, senang sekali Romo membaca suratmu. Surat ini buat saya adalah sebuah surat cinta. Seorang anak yang memberi tempat di hatinya, untuk ikut memperbaiki situasi rumah atau keluarga yang sedang dilanda masalah. Sebagai anak, kamu membanggakan dan saya bangga, bahwa kamu ingin agar mama kembali pulang ke rumah.
Sebenarnya, saya ingin tahu apa kira-kira penyebab perginya Mama dari rumah, tetapi saya akan mencoba menjawab pertanyaanmu. Setiap pasangan yang menikah mempunyai persoalan yang kadang tidak diketahui penyebabnya oleh orang lain, bahkan anak-anaknya. Pengalaman pertengkaran, perbedaan pendapat, perbedaan gaya hidup, perbedaan keyakinan, dan perbedaan harapan-harapan, misalnya, dapat menjadi penyebab kesulitan relasi di antara mereka.
Harus saya katakan, kesulitan ini salah satunya karena kurang dewasa salah satu atau kedua belah pihak, karena dengan mudah menganggap perbedaan menjadi alasan untuk berpisah. Setiap keluarga mempunyai persoalan, tetapi persatuan adalah persoalan ketangguhan dan kedewasaan mereka yang menikah. Jadi, seandainya mamamu mau memikirkan kesulitan jika kalian berpisah, tentu ia tidak akan pergi dari rumah dengan mudah, apalagi kalian masih sangat membutuhkannya.
Apa yang dapat kalian lakukan sebagai anak? Menurut saya hal ini sekarang lebih penting dilakukan jika itu dapat membantu persatuan kembali papa dan mamamu. Ajaklah Papa dan Mama memikirkan kamu dan saudaramu. Caranya, bukan dengan mengajari mama, melainkan menyampaikan perasaanmu ketika mama tidak di rumah. Sampaikan bahwa kamu dan adikmu sedih dan sepi sendiri karena tidak ada mama.
Tidak jarang hati orangtua berpaling dari kesempitan cinta diri atau harga dirinya demi anak-anak. Mereka bisa saling memaafkan jika kita bagikan perasaan kita tanpa orangtua yang lengkap mendampingi setiap hari. Memang, keputusan ada di tangan mama, tetapi Tuhan pasti punya cara untuk meluluhkan hati mama, jika mama mau membuka diri pada situasi anak-anak yang ditinggalkannya.
Jika mama mau setiap hari antar jemput kalian ke sekolah, itu artinya mama memberi perhatian besar kepadamu. Masalah mama adalah papa, karena ada ketidakcocokan di antara mereka. Kita tidak punya kemampuan menasihati, tetapi punya kekuatan kasih melalui kepolosan dan kejujuran pada perasaan ditinggal mama.
Jangan lupa berdoa kepada Tuhan mengenai situasimu. Jangan marah kepada Tuhan karena telah membuat situasi di rumah kurang nyaman tanpa mama. Tuhan perlu diundang untuk memberi kemampuan bagi mama dan papa saling memaafkan dan memahami. Ajak papamu juga untuk meminta mama pulang ke rumah lagi. Persoalan ini jangan dilimpahkan kepada mama, karena pasti papamu juga punya andil dalam munculnya masalah.
Coba kamu simak Surat St Yakobus ini, “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yak.5:16). Mari belajar percaya bahwa Allah sanggup mengubah hidupmu dengan keyakinan yang besar dan kasih yang tulus. Menjadi orang benar tidak sulit, hanya membutuhkan kepercayaan yang utuh. Tuhan memberkati.
Alexander Erwin Santoso MSF
Terharu banget baca suratnya Kevin..
Semoga saat ini Mama kamu udah pulang ke rumah ya Nak..GBU n fam..