HIDUPKATOLIK.com – Direktur Eksekutif Center of Intelligence and Strategic Studies (CISS) Ngasiman Djoyonegoro, mengadakan peluncuran sekaligus bedah buku yang ditulisnya, berjudul “Intelijen di Era Digital: Prospek dan Tantangan Membangun Ketahanan Nasional”, bekerjasama dengan LKN (Lembaga Kajian Nusantara) dan media “The President Post”.
Simon menyampaikan, “kehadiran buku ini diharapkan dapat memberikan gambaran jelas kepada insan intelijen Indonesia tentang bagaimana prospek dan tantangan membangun ketahanan nasional di era digital”.
Acara yang diadakan di President Lounge Menara Batavia, Jakarta, Rabu (10/1) lalu, sedianya dimulai pada pukul 1 siang, namun baru dibuka secara resmi 45 menit kemudian oleh moderator Drs. Alex Tangyong dari LKN.
Alex menjelaskan, Intelijen masa kini dengan konsep smart intel, akurat, tidak memberi kesan menakutkan dan kreatif, sangat diperlukan, mengingat adanya ancaman, gangguan dan hambatan yang datang dari negara dan menyangkut semua bidang, baik geografi, sumber daya alam, demografi, ideologi politik, sosial budaya dan keamanan, dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Hadir sebagai panelis:
- Perwakilan dari Irjen Pol. Dr. Drs. Abdul Ghofur, S.H., M.H., Deputi Inhuker Bakamla RI
- Perwakilan dari Brigjen TNI Karmin Suharna S.IP, MA, Dansatinteltek Bais TNI
- Komjen Pol. Drs. LutfiLubihanto, Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri
- Dr. Wawan H.Purwanto, Pengamat Intelijen
- Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, IPU, Rektor Institut Perbanas, Tenaga Ahli Pertahanan Siber Kemhan RI
- Drs. Eko Sulistyo, Deputi IV Kantor Staf Presiden RI
Perwakilan dari BAIS (Badan Intelijen Strategis) menyampaikan bahwa di era digital akan menjadi permasalahan untuk perangkat yang dimiliki, alutisista (alat utama sistem persenjataan) dan SDM (sumber daya manusia) yang dimiliki saat ini yang mengarah ke cyber war dan bagaimana mengantisipasi cyber crime (kejahatan di dunia maya/internet).
Sementara dari perspektif Badan Keamanan Laut (Bakamla) yang menyangkut keamanan Republik Indonesia (RI) yang melibatkan kepolisian, Angkatan Darat dan Angkatan Laut.
Wilayah Indonesia yang sangat luas dan kaya, dimana setiap hari lalu lintas kapal sangat tinggi, maka betapa sulitnya dengan hanya mengandalkan patroli konvensional berupa kapal.
Peran IT diperlukan untuk Badan Keamanan Laut, dengan penegakan hukum yang tidak hanya sektoral tetapi sinergi antara badan intel dan bidang keamanan terkait kelautan, sehingga kapal asing dapat segera teridentifikasi, diantaranya dengan penggunaan drone (pesawat tanpa awak) yang lebih murah apabila dibandingan dengan kapal patroli.
Sementara itu Komjen Pol. Drs. LutfiLubihanto, Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri, menyampaikan tentang buku ini sebagai buku yang komprehensif, yang masih minim di Indonesia, tidak hanya berkaitan dengan aspek keamanan tetapi hukum.
Dari perspektif Polri, dalam rangka menjamin kehidupan bermasyarakat yang dinamis, selain di dunia nyata, juga ada aspek dunia maya yang sedang dikomunikasikan. Dalam buku ini menyajikan informasi bagaimana melakukan langkah proaktif dan berhati-hati terhadap kemungkinan adanya ancaman dari pihak lain. Antara lain perihal fluktuasi harga pangan, setiap hari disajikan berupa analisa dan prediksi, termasuk rekomendasinya.
Dalam hal kemampuan digital, Polri menempatkan persoalan media menjadi hal yang amat penting di beberapa fungsi pengawasan kepolisian (seperti baresktrim, humas), tidak hanya mendeteksi tetapi juga mengantisipasi dalam bentuk penyampaian narasi. Misalnya informasi palsu (hoax) yang beredar, maka kemudian bagaimana memberikan narasi yang tepat kepada publik.
Dr. Wawan H.Purwanto, pengamat Intelijen dalam kesempatan tersebut memaparkan sebuah gambaran pentingnya intel, tentang banyaknya kabel dibawah laut Indonesia yang lintas negara dan alutsista yang ketinggalan sehingga memerlukan peralatan sistem pertahanan keamanan dengan alokasi anggaran yang sesuai komponen TNI dan Polri.
Sementara panelis Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, IPU, Rektor Institut Perbanas menyampaikan beberapa fakta perkembangan IT digital nasional, tentang kesiapan yang harus dilakukan.
Dr.Marsudi yang juga adalah Tenaga Ahli Pertahanan Siber Kemhan RI juga bertekad untuk mengakomodasi tenaga IT Indonesia yang hebat kedalam sebuah lembaga yang secara resmi menjalankan tugas-tugas pertahanan dan keamanan, sebagai cyber army.
“Buku ini memberikan wawasan baru, tidak pada positioning saja”, ungkap Marsudi. Permasalahan dunia maya memiliki banyak persepsi, diantaranya cyber psychology, ketika kita tidak membaca kedalaman/ kebenaran isinya, tetapi dengan judul yang menarik, lantas dengan mudah membagikannya kepada orang lain.
Selain dihadiri oleh insan pers dan undangan, acara peluncuran buku ini sayangnya tidak dihadiri beberapa panelis diantaranya Dr. J. Kristiadi (Pengamat Politik dan Keamanan CSIS), keynote speaker, Jend. TNI (Purn) AM Hendropriyono, Laksamana Madya TNI Ari Soedewo, Marsekal Muda TNI Kisenda Wiranata Kusuma dan Hery Haryanto Azumi (Sekjend. PE MD. Hubbul Wathon).
FXAB