HIDUPKATOLIK.com – Bapak/Ibu pengasuh, kenyamanan rumah saya terganggu dengan perilaku ibu mertua. Sudah tiga tahun (sejak ayah mertua meninggal) ibu mertua saya suka sekali membeli barang-barang yang sebenarnya kurang mendesak dan dibutuhkan. Barang-barang, seperti pakaian, peralatan dapur, makanan, dan sebagainya tidak ia gunakan tapi justru menumpuk di kamarnya. Saya sudah meminta istri untuk mendonasikan barang yang memang tidak digunakan. Makanan yang sudah kadaluarsa dibuang. Tapi, berulangkali istri memberitahu, ibu mertua marah. Jika kami memaksa, ibu menangis. Kami kasihan, tapi sikapnya menumpuk barang di kamar, membuat suasana dan aroma rumah kami jadi tidak elok dan sedap. Apa yang dialami oleh ibu mertua saya? Dan bagaimana membuat ibu saya mengerti dan berubah? Mohon bantuannya Bapak/Ibu. Terima kasih.
Agustinus Suparman, Surabaya
Jasa seorang ibu bagi anak adalah tidak tergantikan oleh apapun. Ibu sudah berkorban jiwa dan raga demi anak. Banyak bukti bahwa Ibu meregang nyawa demi buah yang dilahirkannya. Bersama suami, ibu membesarkan-mengasuh anak yang dikaruniakan Allah kepada mereka. Sudah sepantasnyalah seorang anak berbakti dan membalas cinta kasih ibundanya, maupun ibu mertuanya. Ibu mertua memberikan anaknya untuk menjadi pasangan hidup bagi seseorang.
Bapak Suparman, saya memahami persoalan yang Anda sampaikan, namun ada beberapa informasi yang masih sangat dibutuhkan. Berapakah usia Ibu mertua? Rumah siapakah yang Anda tinggali bersama ibu mertua?Dalam rumah itu, siapa saja yang tinggal? Semenjak ayah mertua meninggal, siapakah yang mendampingi dan mengajak bicara ibu ?
Semakin tua usia ibu maka semakin sulit untuk dapat mengubah perilaku. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya orang-orang disekitarnyalah yang harus menyesuaikan atau memodifikasi agar perilaku yang kurang dikehendaki (belanja dan menumpuk barang) tidak muncul.
Status kepemilikan rumah adalah suatu yang amat penting dalam kasus ini. Apabila rumah tersebut adalah rumah mertua Anda, maka rumah tersebut meninggalkan banyak kenangan bagi ibu mertua Anda dalam relasinya dengan bapak mertua atau keluarga. Kemungkinan besar ibu mertua merasa hak pribadi untuk membeli dan mengisi rumah tinggalnya sendiri.
Adalah hal yang menyakitkan apabila ibu mertua diatur, sementara beliau merasa tinggal di rumah sendiri. Oleh karena itu, ibu marah atau menangis, saat diminta menyingkirkan barang yang tidak diperlukan. Menangis adalah indikasi emosi yang mungkin berasal dari terhambatnya ekspresi perasaan.
Apabila ada saudara lain yang juga tinggal di rumah itu, mintalah saudara tersebut (dapat juga bersama dengan istri Anda) untuk mendampingi dan “mengendalikan” saat ibu mertua berbelanja, sehingga barang maupun makanan yang dibeli saat berbelanja dapat terkontrol.
Berpisah dengan pasangan hidup (suami) yang telah berpuluh tahun menjadi teman hidup adalah pukulan berat bagi sebagian orang. Hidup menjadi terasa sepi. Apabila ada orang lain yang tinggal bersama dengan keluarga Anda, mintalah dia (atau mereka) untuk sering berbincang dengan ibu mertua agar ia tidak merasa kesepian dan sekaligus dapat “mengorek” apa yang diinginkan oleh ibu terdeteksi.
Selain beberapa hal itu, ada point terpenting yakni, jasa seorang ibu tidak tergantikan oleh apapun yang dapat Anda berikan. Jasa seorang ibu sangat tinggi nilainya, bahkan lebih dari segala harta benda yang sudah Anda kumpulkan dan beri kepadanya. Segala kerepotan yang Anda rasakan, tak sebanding dengan peran atau tanggung jawab ibu buat anak-anaknya. Karena itu, terimalah ibu apa adanya, bahagiakan dia selagi masih sehat, dan Anda masih sempat membalas budi baiknya. Manfaatkan waktu secara baik saat bersamanya.
Y. Bagus Wismanto