HIDUPKATOLIK.com – Eskatologi (dari bahasa Yunani, Eschatos yang berarti “terakhir” dan -logi yang berarti “studi tentang”) adalah bagian dari teologi dan filsafat yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa pada masa depan dalam sejarah dunia, atau nasib akhir dari seluruh umat manusia, yang biasanya dirujuk sebagai kiamat (akhir zaman).
Bagaimanakah pandangan gereja secara eskatologi mengenai kehidupan setelah kematian? Berikut ini penjelasan yang disampaikan oleh Dr. Yohanes Berchmans Prasetyantha, MSF. dalam salah satu tulisan pengabdiannya (2015) di Universitas Sanata Dharma dalam “Kursus Teologi: Pendangan Gereja Tentang Hidup Setelah Kematian” Gereja St Ignatius Magelang.
- PANDANGAN GEREJA TENTANG HIDUP SETELAH KEMATIAN* Y.B. Prasetyantha, MSF * ESCHATOLOGY: The Last Things, © 1985 – 2005, Robert Schihl and Paul Flanagan, http://www.catholicapologetics.org
- Pertanyaan reflektif: • Apa reaksi Anda ketika mendengar ada orang meninggal? • Apa yang Anda rasakan ketika orang- orang tercinta Anda meninggal? • Apa yang Anda lakukan berhadapan dengan kematian? • Apa yang Anda bayangkan dan pahami tentang hidup setelah kematian?
- Eskatologi Kristiani: Realistis – Optimistis terhadap “Rahasia Maut” • “Di hadapan mautlah teka-teki kenyataan manusia mencapai puncaknya. Manusia sungguh menderita bukan hanya karena rasa sakit dan semakin rusaknya badan, melainkan juga, bahkan lebih lagi, karena rasa takut akan kehancuran yang definitif. Memang wajarlah perasaan berdasarkan naluri hatinya, bila ia mengelakkan dan menolak kehancuran total dan tamatnya riwayat pribadinya untuk selamanya. Tetapi benih keabadian yang dibawanya serta tidak dapat dikembalikan kepada kejasmanian belaka, maka memberontak melawan maut. Segala upaya keahlian tehnis, kendati sangat berguna, tidak mampu meredakan kegelisahan manusia. Sebab lanjutnya usia yang diperpanjang secara biologis pun tidak dapat memuaskan kerinduannya akan hidup di akhirat, yang berurat akar dalam hatinya dan pantang hancur.
- • Sementara kenyataan maut sama sekali tidak terbayangkan, Gereja yang diterangi oleh perwahyuan ilahi menyatakan, bahwa manusia diciptakan oleh Allah untuk tujuan penuh kebahagiaan, melampaui batas-batas kemalangan di dunia. Kecuali itu kematian badan, yang dapat di hindari seandainya manusia tidak berdosa, menurut iman kristiani akan dika-lahkan, karena manusia akan dipulihkan oleh Sang Penyelamat yang mahakuasa dan penuh belas kasihan kepada keselamatan, yang telah hilang karena kesalahannya. Sebab Allah telah dan tetap memanggil manusia, untuk dengan seutuh kodratnya bersatu dengan Allah dalam persekutuan kekal-abadi kehidupan ilahi yang tak kenal binasa. Kejaya-annya itu direbut oleh Kristus, yang dengan wafat-Nya membebaskan manusia dari maut, dan telah bangkit untuk kehidupan. Konsili Vatikan II, Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini (Gaudium et Spes) Art. 18.
- Gereja Musafir yang ber-Pengharapan Eskatologis • Dalam Yesus Kristus kita semua dipanggil kepada Gereja, dan di situ kita memperoleh kesucian berkat rahmat Allah. Gereja itu baru mencapai kepenuhannya dalam kemuliaan di sorga, bila akan tiba saatnya segala-sesuatu diperbaharui (Kis 3:21), dan bila bersama dengan umat manusia dunia semesta pun, yang berhubungan erat secara dengan manusia dan bergerak ke arah tujuannya melalui manusia, akan diperbaharui secara sempurna dalam Kristus (lih. Ef 1:10; Kol 1:20; 2Ptr 3:10-13).
- • Adapun Kristus, yang ditinggikan dari bumi, menarik semua orang kepada diri-Nya (lih. Yoh. 12:32 yun). Sesudah bangkit dari kematian (lih. Rom 6:9) Ia mengutus Roh-Nya yang menghidupkan ke dalam hati para murid- Nya, dan melalui Roh itu Ia menjadikan Tubuh-Nya, yakni Gereja, sakramen keselamatan bagi semua orang. Ia duduk di sisi kanan Bapa, namun tiada hentinya berkarya di dunia, untuk mengantar orang-orang kepada Gereja, dan melalui Gereja menyatukan mereka lebih erat dengan diri-Nya; lagipula untuk memberi mereka santapan Tubuh dan Darah-Nya sendiri, serta dengan demikian mengikut-sertakan mereka dalam kehidupan-Nya yang mulia. Jadi pembaharuan, janji yang kita dambakan, telah mulai dalam kristus, digerakkan dengan perutusan Roh Kudus, dan karena Roh itu berlangsung terus dalam Gereja. Berkat iman kita di situ menerima pengertian tentang makna hidup kita yang fana, sementara karya yang oleh Bapa dipercayakan kepada kita di dunia kita selesaikan dengan baik dalam harapan akan kebahagiaan di masa mendatang, dan kita mengerjakan keselamatan kita (lih. Flp 2:12). Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja (Lumen Gentium) Art. 48.
- Hidup Setelah Kematian: Menuju Kepenuhan KEKEKALAN PENGADILAN TERAKHIR KEBANGKITAN BADAN PARUSIA NERAKA SURGA PENGADILAN KHUSUS KEMATIAN Http://www.catholicapologetics.org
- Kematian (Terpisahnya jiwa dan badan) • Kitab Suci berbicara tentang kematian dalam banyak cara, seperti: • Kembali menjadi debu (Kej 3:19); • Suatu keberangkatan (2Tim 4:6; Flp 1:23); • Tinggal dalam Tuhan (2Kor 5:8-9); • Menanggalkan kemah (2Ptr 1: 13-14); • Tidur (Mat 9:24, Yoh 11:11-13); • Istirahat (Why 14:13); • Kembali kepada Allah (Pkh 12:7); • Ada bersama Kristus (Flp 1:23); and • Hidup bersama Kristus (2Tim 2:11).
- Syahadat: “Aku percaya akan Kehidupan Kekal” • “Kehidupan kekal adalah kehi- dupan yang mulai langsung se- telah kematian. Kehidupan ini tidak mempunyai akhir, akan didahului dengan pengadilan khusus bagi setiap orang […]. Pengadilan khusus ini akan di- pastikan pada pengadilan ter- akhir.” (Kompendium KGK No. 207)
- Pengadilan Khusus • Dalam Lukas 23:43, Yesus berkata kepada penjahat yang di salib bersama- Nya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.“ • Magisterium Gereja, secara konsisten dalam sejarah, menyatakan bahwa setiap jiwa akan diputuskan untuk masuk Surga, Api Penyucian atau Neraka pada saat kematian. • Paus Benediktus XII, dalam Dokumen Benedictus Deus (29 Januari 1336) menulis: “Kami menyatakan bahwa jiwa dari semua orang kudus yang telah meninggalkan kehidupan ini segera setelah kematian individu ada atau akan berada di surga dan memiliki hidup yang kekal; di samping itu kami menyatakan bahwa jiwa orang-orang mati dalam dosa berat aktual segera setelah kematian individu turun ke neraka.” (Denzinger 530)
- • “Pengadilan khusus adalah pe- ngadilan yang berakibat lang- sung, terjadi setelah kematian. Melalui jiwanya yang abadi, se- tiap orang akan menerima pem- balasan sesuai dengan iman dan perbuatannya. Pembalasan ini bisa berarti masuk ke dalam ke- bahagiaan Surga, secara lang- sung atau setelah proses pe- murnian, atau masuk ke dalam kutukan abadi Neraka.” (Kompendium KGK No. 208)
- Surga • Kitab Suci bicara tentang Surga dalam banyak gambaran, seperti: • Hidup – Sembuh (Mat 18:8); • Hidup kekal (Mat 25:46); • Mahkota kehidupan (Yak 1:12); • Pohon kehidupan (Why 2:7); • Kemuliaan (Rom 8:18); • Kemuliaan kekal (2Tim 2:10); • Kemuliaan Allah yang kekal (1Ptr 5:10); • Tempat perhentian (Ibr 4:3, 11); • Mahkota kebenaran (2Tim 4:8); • Kerajaan (Mat 25: 34); • Tempat kediaman di Surga (2Kor 5:1); • Firdaus (Luk 23:43).
- Di dalam Surga, orang yang terberkati … • Akan ada bersama Allah (Why 21:3); • Akan ada bersama Kristus (Mrk 16:19); • Akan ada bersama malaikat-malaikat (Mat 22:30); • Akan berada dalam rumah bapa di mana ada banyak tempat tinggal (Yoh 14:2); • Menjadi ahli waris Allah, ahli waris bersam Kristus (Rom 8:17); • Akan melihat Allah muka dengan muka (1or 13:9-12); • Akan melihat Allah dalam keadaan-Nya yang sebenarnya (1 Yoh 3:2).
- • “Surga berarti suatu keadaan ba- hagia yang tertinggi dan definitif. Mereka yang mati dalam keadaan rahmat Allah dan tidak membu- tuhkan pemurnian lebih jauh ber- kumpul bersama Yesus dan Maria, para malaikat, dan para kudus. Mereka merupakan Gereja surga, tempat mereka melihat ‘muka dengan muka’ (1Kor 13:12). Me- reka hidup dalam kesatuan cinta dengan Tritunggal dan menjadi pengantara kita.” (Kompendium KGK No. 209)
- Api Penyucian • Kitab Suci dan iman Gereja menegaskan bahwa Surga dan Neraka, sebagai tempat, sungguh ada. Selain itu, Gereja Katolik juga menyatakan kepercayaan akan suatu keadaan, bukan suatu tempat, yang disebut “Api Penyucian”. • Istilah “Api Penyucian”, sama seperti istilah-istilah penting dalam iman kristiani lainnya tidak terdapat dalam Kitab Suci. • Api Penyucian didefinisikan sebagai suatu keadaan, yakni proses penyucian jiwa setelah kematian badan, yang merupakan tanda belas kasih Allah bagi mereka yang secara jujur berusaha mengenal Allah dan melakukan kehendak-Nya dalam hidup di dunia ini namun yang meninggal dalam keadaan masih terikat dengan dosa (ringan) atau akibat dosa.
- • Gereja hanya mempunyai dua ajaran resmi berkaitan dengan Api Penyucian: (1) Api Penyucian itu ada, dan (2) doa-doa kita membantu jiwa-jiwa di Api Penyucian. • Katekismus Gereja Katolik No. 1031: • “Gereja menamakan penyucian akhir para terpilih, yang sangat berbeda dengan siksa para terkutuk, purgatorium [api penyucian]. Ia telah merumuskan ajaran-ajaran iman yang berhubungan dengan api penyucian terutama dalam Konsili Firence (Bdk. DS 1304) dan Trente (Bdk. DS 1820; 1580). Tradisi Gereja berbicara tentang api penyucian dengan berpedoman pada teks-teks tertentu dari Kitab Suci (Bdk. misalnya 1 Kor 3:15; 1 Ptr 1:7).”
- • “Api penyucian ialah keadaan mereka yang mati dalam persahabat- an dengan Allah, ada kepastian akan kesela- matan kekal mereka, tetapi masih membu- tuhkan pemurnian un- tuk masuk ke dalam kebahagiaan Surga.” (Kompendium KGK No. 210)
- Neraka • Matius 25: 31-46: “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. […] Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”
- • Magisterium Gereja mengafirmasi eksistensi dan sifat dari Neraka: • Konsili Lateran IV, 1215 menyatakan: “Orang fasik (menerima), hukuman abadi dengan setan.” • Paus Innocentius IV (1243-1254) menyatakan: “Tapi kalau ada se- seorang yang meninggal tidak bertobat dalam keadaan dosa berat , ia pasti akan disiksa selamanya dalam api neraka yang kekal” (Surat kepada Uskup Tusculum, Sesi 24) • Konsili Vatikan I, 1869-70 menyatakan: “Oleh karena itu, semua yang senyatanya mati dalam dosa berat dikecualikan dari Kerajaan Allah dan akan selamanya mengalami siksaan neraka, di mana tidak ada penebusan. Jika ada yang mengatakan bahwa seorang dapat dibe- narkan bahkan setelah kematian; atau jika dia mengatakan bahwa hukuman siksaan di neraka tidak akan berlangsung selamanya; ter- kutuklah dia.”
- Parousia: Kedatangan Kristus yang Kedua • Gereja Katolik meyakini bah- wa Yesus Kristus akan datang kembali pada akhir sejarah manusia di bumi ini. • Ada sejumlah sebutan untuk peristiwa kedatangan Kristus di akhir zaman itu: “Hari Tuhan”, “Parousia”, “Akhir Za- man” dan “Kedatangan Kristus yang Kedua”.
- • 1Tes 4:16-18: “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.” • Gereja Katolik mengajarkan bahwa kita mesti menghindari spekulasi yang sia-sia tentang “saatnya, tanda-tanda detailnya, sifat dari kesulitan-kesulitannya, dll. Sebaliknya, Gereja menfokuskan diri pada perlunya menghidupi Injil sebagai persiapan untuk menyongsong Parousia kapanpun itu terjadi.
- Kebangkitan Badan • Semua orang Kristen memegang teguh keyakinan akan kebangkitan badan, sebagaimana diajarkan dalam Kitab Suci dan dicerminkan dalam kebangkitan Yesus. • Yang dimaksud dengan “kebangkitan” tidak terbatas dalam arti hidupnya kembali badan manusia yang sudah meninggal; kebangkitan berarti mengambil suatu eksistensi yang sama sekali baru. • Gereja percaya bahwa kita akan bangkit dengan badan yang sama, seperti yang kita punyai di bumi ini. Akan tetapi kebangkitan akan mengubah badan ini dalam bentuknya yang mulia.
- • Para teolog Katolik membedakan dengan rinci beberapa kualitas badan kita yang dibangkitkan ini: (1) bebas dari penyakit-penyakit fisik dan sejenisnya, (2) sepenuhnya didominasi oleh jiwa (Spiritualisasi badan), (3) dengan mudah dan cepat digerakkan oleh jiwa, (4) bebas dari cacat dan mempunyai keindahan dan cahaya yang agung. • Konsili Lateran IV, 1215 menyatakan: “Ia (Kristus) akan datang kembali pada akhir dunia; Ia akan menghakimi orang hidup dan orang mati; dan Ia akan menganjar semua, baik mereka yang hilang maupun orang-orang pilihan, sesuai dengan perbuatan mereka. Dan semua ini akan bangkit dengan badan mereka masing-masing yang sekarang mereka punyai supaya mereka menerima sepadan dengan perbuatan mereka, baik ataupun tidak baik; orang jahat: hukuman abadi bersama setan, orang baik: kemuliaan kekal bersama Kristus” (Denzinger 429)
- Pengadilan Terakhir • Dalam eskatologi kristiani, selain dibicarakan tentang pengadilan khusus yang dialami setiap individu segera setelah kematiannya, dibicarakan juga tentang pengadilan umum. • Kitab Suci dengan jelas menyatakan bahwa ada pengadilan umum untuk semua orang pada akhir zaman, yakni pengadilan yang akan dialami oleh semua orang sebagai anggota masyarakat dunia. Saat itulah, setelah kebangkitan, badan ambil bagian dalam pengadilan yang dialami oleh jiwa. • Pengadilan terakhir dialamatkan untuk setiap orang, setiap badan yang dibangkitkan dan disatukan dengan jiwa mereka, dan untuk seluruh masyarakat manusia.
- Gereja Katolik berdoa dan mengafirmasi iman mereka akan pengadilan terakhir dalam Syahadat Para Rasul dan Syahadat Nisea: “Yesus Kristus … duduk di sebelah kanan Bapa yang Mahakuasa, dari situ Ia akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati.”
- • “Pengadilan akhir merupakan ke- putusan untuk masuk ke dalam kebahagiaan atau hukuman abadi yang dijatuhkan Yesus terhadap ‘orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar’ (Kis 24:15) pada saat Dia kembali se- bagai Hakim yang mengadili orang yang hidup dan yang mati. Sesu- dah pengadilan terakhir badan yang dibangkitkan akan meng- ambil bagian dalam ganjaran yang diterima oleh jiwa pada peng- adilan khusus.” (Kompendium KGK No. 214)
- Ciptaan Baru • Kitab Suci mengisahkan bahwa kehidupan yang akan berlangsung setelah pengadilan terakhir akan seperti yang Santo Yohanes tulis dalam vision-nya tentang ciptaan baru dalam Kitab Wahyu 5:13: • “Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!””
- Harapan akan Langit dan Bumi yang baru “Setelah pengadilan terakhir, seluruh dunia akan dibebaskan dari belenggu kehancuran. Dengan terbitnya ‘langit yang baru’ dan ‘bumi yang baru’ (2Ptr 3:13), dunia mengambil bagian dalam kemuliaan Kristus. Kepenuhan Kerajaan Allah akan terjadi, yang berarti rencana keselamatan Allah ‘untuk mempersatukan segala sesuatu dalam Kristus sebagai Kepala, baik yang di Surga maupun yang di Bumi’ (Ef 1:10) akan diwujudkan secara definitive. Maka dalam kehidupan abadi itu, Allah akan menjadi ‘semua di dalam semua’ (1Kor 15:28).” (Kompendium KGK No. 216)
(Sumber: https://www.slideshare.net/giovannipromesso/pandangan-gereja-tentang-hidup-setelah-kematian)
(ab)