HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang baik, saya menikah secara sah di Gereja Katolik delapan tahun yang lalu. Setelah menikah, kami hidup bersama selama dua tahun tanpa dikaruniai anak. Selama itu, ibu mertua saya terlalu mencampuri urusan rumah tangga kami. Menyedihkan lagi, istri saya lebih mendengarkan ibunya daripada saya. Dengan keadaan itu, saya benar-benar frustrasi. Sesuai kesepakatan dengan istri, saya kemudian tinggal di tempat lain.
Belum lama ini, ibu mertua saya meninggal. Dengan harapan untuk kembali membangun keluarga yang lebih baik lagi, saya kemudian mengajak istri saya untuk tinggal bersama. Namun, istri saya menolak permintaan tersebut. Apa yang harus saya lakukan agar bisa kembali bersatu dengannya?
Mohon saran. Terima kasih.
Marianus, Semarang
Bapak Marianus yang terkasih, permasalahan yang Bapak alami saat ini sungguh pelik. Jika dibilang sulit enggak, tapi dibilang mudah juga tidak, tergantung bagaimana kita menyikapi permasalahan yang sudah terjadi tersebut. Keinginan Bapak untuk kembali bersatu, sangatlah wajar dan mulia. Sesuai hukum Gereja Katolik, apa yang sudah dipersatukan Allah tidak bisa diceraikan oleh manusia. Tentu, Bapak berharap bisa bersatu kembali dalam satu rumah untuk mengarungi bahtera rumah tangga dan menata kembali kehidupan yang pernah terpisahkan oleh situasi.
Memang, kita tidak bisa kembali ke belakang. Tetapi, dengan melihat ke belakang, kita dapat berharap untuk melangkah ke depan dengan lebih baik. Kita juga tidak bisa menyalahkan siapapun dalam permasalahan keluarga Anda dan tidak perlu saling menyalahkan. Itu adalah hal utama yang perlu Bapak lakukan: menahan diri untuk tidak mencari kesalahan dan tidak emosional dalam menanggapi permasalahan ataupun dalam mencari jalan keluarnya.
Apa yang penting untuk Bapak lakukan saat ini adalah: teruslah menjalin komunikasi dengan istri. Seringlah datang kepadanya, bila perlu pergilah berdua sesering mungkin apabila ada kesempatan. Dengan demikian, intensitas hubungan Anda dengannya dapat tumbuh kembali. Bila sudah sering bertemu, biasanya akan muncul rasa saling membutuhkan dan saling melengkapi.
Saat ini, kesabaran Bapak nampaknya sedang diuji dalam usaha membujuk istri agar bisa hidup dalam satu rumah lagi. Maka dari itu, jangan putus asa dan bersabarlah! Nanti, apabila usaha Bapak dalam menjalin hubungan kembali dengan istri sudah membaik, sedikit demi sedikit kemukakanlah keinginan untuk hidup bersama dan menata rumah tangga lagi. Selain mengemukakan keinginan, sebaiknya juga menanyakan apa yang sebenarnya diinginkan oleh istri. Mungkin saja ada suatu jalan tengah yang dirasa baik untuk dilakukan. Selain itu, Anda juga perlu saling mengungkapkan harapan ke depan dalam berumah tangga. Hal apa saja yang sekiranya dapat dicapai berdua, ungkapkanlah! Sebisa mungkin juga, pecahkanlah masalah Anda berdua tanpa campur tangan pihak lain terlebih dulu, agar istri tidak merasa disalahkan. Jika memang tidak dapat terselesaikan, ada baiknya ajak istri untuk konsultasi ke seorang ahli, misalnya psikolog, atau Romo untuk mencari jalan keluar. Namun, hal ini baru perlu dilakukan apabila segala usaha betul-betul tidak ada jalan keluar dan sudah semaksimal mungkin.
Kami melihat, permasalahan Bapak tampaknya masih sangat mungkin untuk dipecahkan berdua dengan istri, asalkan komunikasi tetap lancar, saling terbuka, saling menjaga untuk tidak egois dengan pendapat masing-masing, dan saling mengerti juga memahami situasi yang ada. Perjalanan hidup Anda dan istri masih panjang dan sangat terbuka dengan berbagai kemungkinan. Percayalah, pasti ada jalan keluarnya, asal tetap sabar dan menahan diri untuk tetap tenang. Selain itu, tetaplah berdoa dan bersemangat dalam mencari jalan yang terbaik.
Demikian saran kami, semoga bermanfat dan Tuhan selalu memberkati langkah anda. Berkah Dalem Gusti.
Emiliana Primastuti