HIDUPKATOLIK.com – Kehidupan di asrama penuh dengan kegiatan. Asrama menjadi ladang tempat membangun karakter.
Saban pagi, dua jam sebelum matahari membagikan kehangatan, anak-anak Asrama Putri Dharmawati Sintang, Kalimantan Barat, sudah memulai aktivitas. Para Suster Misi Fransiskan St Antonius (SMFA) setia untuk tetap mendampingi asrama ini hingga kini.
Di sini, rutinitas dimulai dari pukul 04.30. Setelah merapikan tempat tidur, para penghuni asrama ini kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sejurus kemudian, mereka berduyun meninggalkan asrama menuju Katedral Kristus Raja Sintang. Setiap hari, mereka wajib mengikuti Misa Harian. Setelah mengikuti Misa, mereka
kembali ke asrama. Mereka pun bergegas berangkat ke sekolah. Suasana asrama pun sepi.
Sr Ana Rosnani SMFA menceritakan, biasanya anak-anak penghuni asrama ini pulang sekolah pukul 13:00. Nah, kehidupan Asrama Dharmawati pun kembali riuh dengan aneka celoteh para penghuninya. Setelah itu, ada sebagian penghuni asrama yang memilih beristirahat, tapi ada pula yang memilih mengerjakan rupa-rupa tugas dari sekolah. “Ada yang belajar di ruang komputer dengan fasilitas internet. Ada pula yang kerja kelompok dengan temanteman sekolahnya,” tutur Sr Ana.
Pada pukul 16.00, anak-anak asrama kembali dengan kegiatan rutin, yakni mengerjakan piket sore. Mereka berbagi tugas menyapu dan mengepel selasar bagian dalam dan luar asrama. Sebagian juga ada yang membersihkan parit-parit sekitar asrama. Ada pula yang bertugas menyiapkan segala keperluan untuk makan malam.
Sr Ana mengungkapkan, selain menyiapkan makan malam, mereka yang bertugas juga menyiapkan daftar menu untuk keesokan hari. Beberapa anak mencatatkan menu sayur dan lauk pada papan menu yang sudah disiapkan di asrama.
Saat makan malam, umumnya mereka akan makan bersama di ruang makan. Namun, ada beberapa anak yang lebih suka makan di selasar dalam asrama. “Alasannya agar berganti suasana sambil menikmati pemandangan kebun asrama,” ujar Sr Ana.
Saat malam menjelang, semua penghuni asrama wajib belajar. Mereka belajar bersama sampai pukul 21.00. Setelah itu, mereka berhimpun dalam satu ruang besar untuk berdoa malam bersama. Kegiatan ini biasanya juga diisi dengan saling berbagi pengalaman antara penghuni asrama dan para suster pembina. “Di waktu ini, para suster kadang menyampaikan beberapa evaluasi tetang kegiatan harian di asrama,” ujar Sr Ana.
Modal Awal
Sr Ana bercerita, ada 78 anak yang tinggal di Asrama Dharmawati. Asrama ini hanya menerima siswa putri. Sr Ana menambahkan, semua remaja putri di asrama Dharmawati, merupakan bagian dari Gereja dan masyarakat. Mereka adalah siswa SMU Panca Setya dan SMK Budi Luhur milik Yayasan Sukma Sintang.
Anak-anak ini umumnya datang dari daerah yang berbeda. Beberapa bahkan memiliki bahasa dan tentu latar belakang yang berbeda, meskipun masih dari daerah Kalimantan Barat. “Antara satu dengan yang lain berbeda dalam berbagai hal, seperti minat, bakat, dan sifat-sifat kepribadian. Kebiasaan hidup dalam keluarga masing-masing masih mereka bawa ke asrama.”
Keragaman anak asrama ini, bagi Sr Ana, tentu mampu memperkaya persaudaraan satu dengan yang lain. Namun, perjuangan untuk dapat memahami dan menerima perbedaan, tetap menjadi tantangan. “Program di asrama ingin membantu mereka untuk menemukan identitas dan jati dirinya,” tambah Sr Ana.
Bagi Sr Ana, masa remaja merupakan periode dari masa anak menuju masa dewasa. Anak mengalami pertumbuhan yang cepat di segala bidang. Membina serta mendidik anak-anak, jelas Sr Ana, tidak luput dari tantangan dan kendala untuk menjadikan anak-anak ini menjadi pribadi yang berkarakter.
Sr Ana menyampaikan tantangan terbesar justru berasal dari para orangtua. Sebagai contoh, jika ada libur satu atau dua hari, mereka minta izin untuk menjemput anaknya pulang. Alasannya kadang hanya karena ada gawai yang dilaksanakan di rumah, seperti doa bersama, pesta ulang tahun, dan acara lain. “Mereka masih sulit melepaskan anaknya. Sebenarnya sudah ada kesepakatan antara asrama dan orangtua, bahwa anak-anak hanya bisa pulang saat libur panjang sekolah.”
Sr Ana menceritakan, pada mulanya orangtua memang sering datang mengunjungi anak-anak. Kecenderungan ini dikarenakan mereka belum bisa melepas secara penuh anaknya. Namun, lambat laun setelah beberapa kali diberi masukan, mereka pelan-pelan bisa memercayakan anaknya.
Sr Ana dan para Suster SMFA yang menjadi pendamping Asrama Dharmawati berharap, setelah lulus dari asrama, mereka menjadi seorang yang memiliki karakter positif. Kedisiplinan, pengetahuan, kepintaran intelektual, dan iman menjadi buah dari kehidupan bersama yang di jalani di asrama. “Segala yang diajarkan dan di lakukan di asrama ini merupakan salah satu modal awal yang baik untuk kehidupan mereka. Pendidikan di sini penting untuk melawan godaan dunia yang sangat kencang di luar sana.”
Christophorus Marimin