HIDUPKATOLIK.com – Jiwa wiraswasta telah bermukim lama dalam dirinya. Saat masih remaja, ia sudah membuka usaha bengkel kecil-kecilan. Kini, ia menjadi pendiri sekaligus presiden direktur perusahaan pertambangan, antara lain batubara.
Paulus, kini merasa lega. Perusahaan yang didirikan bersama sang istri tercinta, tumbuh dan berkembang pesat. Perusahaan ini bisa menjadi tempat bergantung hidup bagi ratusan karyawan.
Pencapaian pria bernama lengkap Paulus Warsono Broto tak mudah. Semua yang ia peroleh saat ini, dimulai dari nol dan melalui jalan-jalan yang tak selalu mulus. “Ketika saya jatuh, saya selalu ingat Jalan Salib yang di lalui Yesus. Itu yang membuat saya kuat. Kini, cita-cita saya menjadi pengusaha telah terwujud,” ujar pria kelahiran Yogyakarta, 6 Oktober 49 tahun silam ini.
Perusahaan yang didirikan Paulus diberi nama Darma Putera Wahana Pratama atau kerap disingkat menjadi Dewata. Nama itu bagaikan doa yang selalu dipanjatkan Paulus. Darma berarti perbuatan baik atau kasih. Putera, karena yang berkarya dalam perusahaan ini adalah putra dan putri negeri ini. Wahana berarti sarana atau kendaraan. Pratama artinya yang utama atau yang terbaik.
“Saya selalu berdoa agar perusahaan ini menjadi kendaraan yang terbaik bagi putra-putri yang berkarya di tempat ini, serta menjadi sarana untuk berbuat kebaikan bagi sesama, agar mencapai ‘dewata’ atau surga,” papar umat Paroki St Yakobus Kelapa Gading, Jakarta Utara ini.
Buka bengkel
Darah wirausaha dalam diri Paulus sepertinya mengalir dari sang bunda yang seorang pedagang dan peternak ayam. Dengan disiplin ibunda Paulus membimbingnya turut terlibat dalam pekerjaan mengurus ayam. Paulus diberi tanggung jawab memberi makan satu barak ayam setiap hari.
Ketika menginjak masa remaja, Paulus ingin mandiri, memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja. Sejak belajar di sekolah menengah atas, Paulus mengutarakan niat membuka usaha sendiri. Namun, orangtuanya tak memberikan lampu hijau. Orangtuanya minta Paulus memberi perhatian kepada pendidikan di sekolah.
Tapi, jiwa wirausaha terus memberontak dalam sanubarinya. Kala kelas II SMA, orangtuanya mengijinkan Paulus membuka usaha. “Orangtua saya memberi uang yang cukup untuk membuka bengkel dan menjual suku cadang sepeda motor,” kenang Paulus.
Sejak saat itu, setiap pagi, Paulus membuka kiosnya. Adiknya juga turut membantu usaha ini. Sepulang sekolah, Paulus menjaga kios hingga tutup pada malam hari. “Saya jaga bengkel sambil belajar. Usaha ini saya jalani sampai tamat SMA,” kisahnya.
Selepas SMA, Paulus melanjutkan kuliah ke Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat. Ia mengambil jurusan pertambangan. Ia pun harus meninggalkan usaha bengkelnya di Yogyakarta untuk dikelola orang lain. Pada awal kuliah, usaha bengkelnya ini masih mampu memberikan suntikan dana. Namun lambat laun, usaha bengkel ini tak berjalan mulus. Paulus pun kemudian menjual kiosnya.
Saya gagal!
Secara akademis, kemampuan Paulus tak buruk. Ia selalu mendapat nilai terbaik dalam mata kuliah kimia, fisika, dan matematika. Lantaran tak lagi mendapat suntikan dana, ia pun memanfaatkan kemampuan akademisnya. Ia menjadi guru les privat. Selain itu, ia juga mengais rejeki dengan menjadi sales mobil. Hasilnya lumayan, bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Paulus seperti terus tertantang untuk mencoba beragam usaha. Ia pun tergiur berbisnis besi tua. Mula-mula, usaha ini menuai hasil yang tak sedikit. Paulus selalu mereguk keuntungan cukup besar dengan usaha ini. Namun, ia terlena. “Saya gagal. Saya juga menanggung kerugian yang besar,” ceritanya.
Tak hanya itu. Paulus harus berurusan dengan pihak kepolisian untuk menyelesai kan persoalan ini. Kuliahnya juga tertunda selama dua tahun karena kasus ini. Akhirnya, kasus ini diselesaikan oleh orangtua Paulus.
Peristiwa keterpurukan ini tak membuat Paulus patah arang. Kejadian ini justru melecutnya menjadi pribadi yang kian matang. Jiwa wirausahanya juga tak padam. Selepas kuliah, ia membuka usaha baru. Kali ini, ia membuka kios di pasar dan berjualan buah-buahan.
Menjadi pengusaha
Suatu ketika, pada medio 1996, ia berangan- angan menjadi pengusaha. “Saya kuliah pertambangan cukup lama dan tidak mudah. Kuliah itu penuh dengan perjuangan,” ujar batinnya. Semangat Paulus tersulut. Ia ingin beralih usaha dalam bidang pertambangan.
Mula-mula, Paulus menghubungi seorang rekan yang berkarya di sebuah perusahaan penyewaan alat-alat berat, yang pernah membantunya membuat skripsi. Bersama rekannya itu, ia kemudian mulai berbisnis alat-alat berat yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan tambang. Usahanya kian berkembang. Paulus pun hijrah ke Jakarta.
Untuk menjaring relasi, Paulus masuk dalam Perhimpunan Ahli Tambang Indonesia. Ilmu-ilmu pertambangan yang ia peroleh dengan berkeringat ia gunakan sebagai sarana membangun relasi dengan mitra bisnisnya. Selain berbisnis alat-alat berat, Paulus juga membuka peluang usaha menjadi kontraktor pertambangan. Melalui PT Kasuari, ia mulai bisnis dalam dunia pertambangan.
Namun, pada 2005, Paulus hengkang dari PT Kasuari. Pria yang kerap membantu upaya penggalang dana untuk kegiatan sosial ini, memilih memberi perhatian lebih kepada perusahaan yang telah ia dirikan bersama sang istri pada 2001. Perusahaan yang juga bergerak dalam bidang pertambangan batubara ini ia rintis dari nol dan kini telah berkembang se bagai sebuah perusahaan pertambangan yang terkemuka.
Sebagai seorang Jawa, Paulus memegang prinsip hidup menjadi Aji Saka. Aji berarti utama atau berharga. Saka berarti tiang atau penyangga. “Artinya, menjadi penyangga utama atau berharga, entah dalam hidup berkeluarga ataupun bermasyarakat.”
Paulus Warsono Broto
TTL : Yogyakarta, 6 Oktober 1966
Istri : Veronica Erna Damayani
Anak : Devi Purgative, Putri Intan Regina Kristi, Dewa Adhyaksa
Pendidikan:
• SMP 8 Yogyakarta
• SMAN 1 Yogyakarta
• Institut Teknologi Bandung
• Magister Manajemen Prasetia Mulya
• Harvard Business School
Pekerjaan:
• Sekretaris Kongres Ahli Tambang Indonesia (1997)
• Kontraktor PT Kasuari (1998-2001)
• Pendiri dan Presiden Direktur PT Darma Putera Wahana Pratama (2001- sekarang)
Odorikus Holang, Laporan: Aprianita Ganadi