HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang baik, ibu saya aktif di Gereja, sedangkan bapak tidak begitu aktif karena sibuk mengurus bisnis. Bapak sering mengomel karena ibu banyak menghabiskan waktu untuk urusan Gereja. Sebaliknya, ibu juga balik mengomeli bapak karena jarang ke gereja. Situasi ini membuat saya tak betah di rumah, karena sering mendengar omelan bapak dan ibu. Apa yang harus saya lakukan agar orangtua saya saling mendukung dalam setiap aktivitas mereka? Terima kasih.
Putri, Bekasi
Dear Putri, sebagai ganti menjawab pertanyaan Putri secara langsung, saya ingin memberi gambaran tentang beberapa ‘tugas’ kita sebagai anggota suatu komunitas atau masyarakat. Ada beberapa tugas yang perlu kita ketahui dan penuhi agar kita bisa menjadi anggota dan diterima oleh jaringan masyarakat kita. Bila kita bisa menjalankan tugas dan peran kita dalam keluarga dan masyarakat secara seimbang, semuanya akan selaras dan membawa kebahagiaan dalam hidup.
Secara tidak langsung, peran kita dalam keluarga juga memberi tugas dalam kehidupan. Peran sebagai ‘bapak’ yang biasa dianggap sebagai ‘kepala keluarga’ mempunyai konsekuensi tugas sebagai pencari nafkah yang utama. Oleh karena itu, bapak harus bekerja mencari nafkah bagi keluarganya. Jadi seorang bapak akan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk fokus bekerja. Selain itu, tugas penting lain sebagai kepala keluarga adalah memimpin keluarga. Ia yang menentukan akan ‘dibawa ke mana’ atau ‘menjadi seperti apa’ keluarganya. Akibatnya, prioritas utamanya adalah bekerja dan memimpin keluarga.
Peran ibu tentu mempunyai konsekuensi tugas yang berbeda dengan bapak. Tugas utama ibu adalah mendampingi dan membantu bapak mengelola keluarga. Ia yang mengatur segala urusan dalam menjalankan rumah tangga. Ibu yang mengatur pengeluaran/ keuangan (tata buku), menu makan sehari-hari (tata boga), bahkan kadang juga menentukan dress code (tata busana) yang dikenakan anggota keluarganya.
Sedangkan tugas utama anak-anak adalah mempersiapkan diri untuk menjadi penerus keluarga dengan membentuk keluarga baru nantinya. Maka dari itu, seorang anak harus banyak belajar, mempersiapkan diri untuk menjadi ayah atau ibu.
Selain tugas-tugas domestik itu, para anggota keluarga juga mempunyai tugas publik, yaitu terlibat dalam kegiatan komunitas di sekitarnya. Sebagai warga negara Republik Indonesia yang ber-Pancasila, kita tentu harus hidup berlandaskan pada sila-silanya. Salah satu sila yang utama adalah Ketuhanan yang Maha Esa. Konsekuensinya, kita juga harus memelihara hidup berketuhanan kita dengan tidak hanya beribadat, tetapi juga mengikuti kegiatan keagamaan yang lain, seperti pendalaman Kitab Suci, berdevosi, dll. Tugas publik yang lain adalah terlibat di lingkungan tempat tinggal seperti RT atau RW, misalnya mengikuti kerja bakti, dsb.
Untuk bisa hidup secara harmonis, tugas domestik dan publik tersebut harus dilaksanakan seimbang. Idealnya semua anggota keluarga bisa memenuhi semua tugas itu, tetapi tidak semua keluarga bisa memenuhi yang ideal tersebut. Bila waktu bapak sebagian besar habis untuk menjalankan tugas domestiknya dan ibu atau anak-anak mempunyai lebih banyak waktu luang, maka ibu atau anak-anak bisa menjadi ‘duta’ bagi keluarga tersebut dalam kegiatan publik di gereja atau di lingkungan tetangga untuk menggantikan tugas bapak. Bila ibu sedang disibukkan oleh tugas publiknya, maka anak bisa menjalankan tugas domestik ibu, supaya ‘urusan dalam negeri’ tidak terbengkalai.
Yang penting, pembagian tugas domestik dan publik itu harus sepengetahuan dan kesepakatan seluruh anggota keluarga. Hal ini juga untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga itu sendiri maupun keluarga sebagai bagian dari masyarakat. Jangan sampai semua anggota keluarga terfokus pada tugas domestik sampai tugas publik terabaikan pun sebaliknya. Oleh karena itu, komunikasi dalam keluarga menjadi kunci penting dalam pembagian dan pelaksanaan tugas-tugas tersebut.
Drs George Hardjanta MSi