web page hit counter
Sabtu, 2 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Kecewa Setelah Ikut Misa? Yuk Pahami Dahulu Ekaristi

3.2/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Katekismus Gerja Katolik mengajarkan bahwa Ekaristi adalah “sumber dan puncak seluruh kehidupan Kristiani” (KGK 1324) dan “hakikat dan rangkuman iman kita” (KGK 1327). Tentu idealnya semua orang Katolik mengetahui hal ini, tetapi sayangnya, kenyataan berbicara lain.

Di Amerika, menurut polling pendapat yang diadakan oleh Gallup poll pada tahun 1992, pengertian ini tidak dimiliki oleh sebagian besar umat Katolik. ((Father Frank Chacon, Jim Burnham, Beginning Apologetics 3, How to Explain and Defend the Real Presence of Christ in the Eucharist, (San Juan Catholic Seminars, NM), p. 4.)) Hal yang serupa mungkin pula terjadi di Indonesia.

Lantas, apakah tanpa tubuh dan darah manusia bisa hidup? Tidak. Demikian pula Gereja. Tanpa Ekaristi (tubuh dan darah Kristus) Gereja mati. Itulah sebabnya, dalam kesadaran yang amat mendalam, Beato Yohanes Paulus II mengatakan, “Gereja hidup dari Ekaristi” (Ecclesia de Eucharistia, 1).

Lewat sakramen ini Tuhan Yesus memberikan Diri-Nya sebagai makanan-minuman yang menjiwai hidup Kristiani sejati. Dia mengundang semua yang letih-lesu untuk datang kepada-Nya (Mat 11:28). dan untuk makan tubuh-Nya serta minum darah-Nya (Yoh 6:56). Tulisan berikut menjelaskan secara singkat Sakramen Ekaristi, tulisan dari Rm.Albertus Herwanta, O.Carm.

Pemeran Utama

Dalam perayaan Ekaristi Yesus mengundang kita untuk datang dan bersatu dengan-Nya (Yoh 15:9). Inisiatifnya berasal dari Yesus melalui Liturgi Sabda dan menjadi santapan dalam Liturgi Ekaristi (bdk. KGK 1329).

Banyak orang Katolik pulang dari Misa dengan rasa kecewa karena menilai liturginya tidak memuaskan kebutuhannya. Mereka lupa bahwa apa pun yang terjadi dalam Ekaristi, Yesus Kristus tetap yang utama. Bukankah Yesus yang mengadakan Ekaristi (lih. KGK, 1337-1340) ?

Sebelum mereka datang ke Misa, Tuhan Yesus sudah memberikan seluruh Diri-Nya untuk menyelamatkan mereka. Dalam Ekaristi mereka semestinya mempersembahkan dirinya (termasuk kekecewaannya) dan ingat akan karya penyelamatan Yesus ini (bdk. KGK, 1341-1344).

Dengan demikian hidup mereka diubah menjadi persembahan yang layak oleh dan bersama Yesus. Sikap hidup seperti inilah yang akan membahagiakan dan mendatangkan sukacita, buka rasa kecewa karena sikap batin yang salah.

Puncak dan Sumber Hidup Gereja

Konsili Vatikan II menyatakan bahwa Ekaristi merupakan puncak dan sumber kehidupan Gereja (Lumen Gentium, 11; KGK, 1324-1327). Ekaristi sebagai sumber hidup Gereja artinya semua aktivitas Gereja mengalir dari Ekaristi karena disanalah Yesus memberikan Tubuh dan Darah-Nya untuk menghidupi seluruh Gereja.

Dilepaskan dari Ekaristi, pelayanan Gereja bisa menjadi proyek duniawi yang rentan penyalahgunaan dan ambisi manusiawi.

Perayaan Ekaristi juga menjadi puncak Kkehidupan Gereja, artinya bahwa semua aktivitas Gereja disatukan dalam Ekaristi, karena seluruh kekayaan rohani Gereja tersimpan dalam Diri Yesus (KGK, 1324). Disana persembahan sempurna Gereja kepada Allah dipersembahkan oleh Yesus bersama seluruh umat manusia (Ibr. 4:14).

Dua dimensi utama Ekaristi ini berakitan erat dengan tugas dan kehidupan sehari-hari umat Katolik. Mereka diutus untuk membagikan kepada sesama rahmat yang diterimanya dalam Ekaristi.

Seperti ditegaskan oleh Paus Benediktus XVI dalam refleksinya mengenai Sakramen Ekaristi bahwa “Setiap kali merayakan Ekaristi, komunitas-komunitas kita harus menjadi lebih sadar bahwa kurban Kristus adalah untuk semua orang, dan bahwa dengan demikian Ekaristi mendesak semua yang percaya kepada-Nya untuk menjadi ‘roti yang dipecah-pecah’ bagi orang lain, dan untuk bekerja demi pembangunan dunia yang lebih adil dan bersaudara” (Sacramentum Caritatis, 88).

Tugas Pengutusan

Perayaan Ekaristi diakhiri dengan pengutusan (KGK, 1332). “Misa sudah selesai” dan “Marilah pergi. Kita diutus!”. Rahmat diberikan untuk dibagikan. Demikian pula rahmat Sakramen ekaristi. Kasih dan pengorbanan Yesus dimaksudkan untuk menyelamatkan dunia. Tuhan dan darah-Nya diserahkan demi pengampunan dosa seluruh umat manusia (bdk. KGK, 1339).

Semua yang mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi diutus untuk terjun dalam dunia, membagikan Diri Yesus dan keselamatan-Nya kepada sesamanya. Demikian penyelamatan oleh Yesus Kristus dapat meresap di seluruh dunia. Ini berarti bahwa hidup dan karya semua orang Katolik mesti dijiwai oleh semangat Ekaristi dan mengalir kembali ke dalam Ekaristi. Dimensi sosial Ekaristi memang amat tinggi.

Penutup

Ekaristi adalah pemberian Diri Yesus kepada kita, Ekaristi bukan untuk memuaskan sebagian dari rasa sesaat, tetapi sudah memenuhi seluruh kerinduan kita.

Setelah orang menerima diri Yesus melalui Sabda dan tubuh-darah-Nya, mereka diutus untuk hidup sesuai dengan jiaw Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. Pada aat mereka merasa letih dan kehabisan tenaga, meereka kembali menimba kekuatan dari Ekaristi.

Seraya menimba kekuatan, mereka mempersembahkan seluruh hidup yang telah dijalaninya kepada Allah dalam Ekaristi. Maka, Ekaristi merupakan puncak dan sumber kehidupan orang katolik. Tanpa Ekaristi Gereja mati. (Sumber: Katekismus Gereja Katolik, 1324-1327).

 

A.Bilandoro

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles