web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Medali Wasiat Bunda Maria-Memperingati Sta.Katarina Laboure

5/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Santa Katarina Laboure, Perawan
Tanggal Pesta: 28 November

Santa Katarina adalah seorang kudus yang diberkati penampakan Bunda Maria yang Dikandung Tanpa Dosa dan menyebarkan devosi Medali Ajaib atau medali Wasiat. Ia, seorang suster yang amat sederhana namun saleh, sangat rajin dan penuh pengabdian. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah belajar membaca dan menulis, namun Allah berkenan menjadikannya sebagai alatNya.

Katarina dilahirkan dengan nama Zoe Laboure pada tanggal 2 Mei 1806 di Fain-les-Moutiers, Perancis. Ia adalah anak kesembilan dari sebelas orang putra putri keluarga Pierre dan Louise Laboure. Kesebelas anak itu terdiri dari delapan orang putra dan tiga orang putri. Pierre Laboure seorang terpelajar yang menjadi petani yang sukses. Ketika Zoe berusia sembilan tahun, ibunya meninggal dunia. Zoe sangat sedih kehilangan ibunya, ia masuk ke kamarnya, berlutut di bawah patung St. Perawan Maria dan berdoa, “Bunda Maria, sekarang engkaulah ibuku.”

Sejak Zoe menerima komuninya yang pertama pada tahun 1818, setiap hari ia bangun pukul empat pagi, berjalan beberapa mil untuk mengikuti Misa dan berdoa di gereja. Sama seperti kakaknya, Zoe juga mempunyai keinginan yang kuat untuk masuk biara, tetapi keinginannya itu ditahannya karena tenaganya masih dibutuhkan di rumah.

Ketika usianya sembilan belas tahun Zoe mendapat mimpi yang aneh. Dalam mimpinya, ia sedang berdoa di gereja di Fains. Seorang imam tua mempersembahkan Misa. Ketika Misa telah selesai imam tua itu menunjuk kepada Zoe dengan jarinya. “Anakku,” katanya, “Merawat orang-orang sakit adalah perbuatan yang baik. Suatu hari kelak engkau akan datang kepadaku. Tuhan telah memanggilmu untuk itu. Janganlah engkau lupa.”

Pada tahun 1828 Zoe berusia dua puluh dua tahun dan adik perempuannya, Tonine, yang berusia dua puluh tahun sudah bisa menggantikan kedudukannya mengurus rumah tangga.

Tibalah saatnya bagi Zoe untuk berbicara kepada ayahnya mengenai panggilan hidupnya. Ayahnya berusaha mencegah keinginan Zoe, maka ia dikirim ke Paris untuk tinggal bersama kakaknya yang telah menikah. Suatu hari ketika Zoe mengunjungi Biara Suster Puteri-Puteri Kasih, ia melihat lukisan terpampang di dinding.

Lukisan seorang imam tua – imam yang mengunjunginya dalam mimpi di Fains. Zoe bertanya siapakah imam itu. “Pendiri kongregasi kami, Santo Vinsensius de Paul.” (Santo Vinsensius de Paul telah wafat 200 tahun sebelumnya!) Jadi, itulah rencana Tuhan.

Mula-mula ia bekerja sebagai pelayan, kemudian ia masuk biara Suster-suster ‘Puteri Kasih’ dengan nama ‘Katarina’.

Pada tahun 1830 Zoe bergabung dengan Kongregasi Suster Puteri-Puteri Kasih di Rue de Bac, Paris. Zoe memilih nama Suster Katarina. Di Biara inilah Katarina memperoleh penampakan-penampakan luar biasa. Selama tiga hari berturut-turut ia mendapat penampakan hati St. Vinsensius di atas tempat relikui St Vinsensius disimpan.

Di lain waktu ia melihat Tuhan yang Maharahim di depan Sakramen Maha Kudus; penampakan seperti ini terjadi teristimewa pada waktu Misa Kudus di mana Tuhan akan menampakkan diri sesuai dengan bacaan liturgi pada hari itu.

Pada tanggal 18 Juli, menjelang Pesta St. Vinsensius de Paul yang akan dirayakan keesokan harinya, seorang Suster Superior menceritakan kepada para novis keutamaan-keutamaan Pendiri Kongregasi mereka serta membagikan kepada mereka masing-masing sepotong kain dari jubah St. Vinsensius. Dengan sungguh-sungguh Suster Katarina memohon bantuan doa St. Vinsensius agar ia diperkenankan memandang Bunda Allah. Kemudian Suster Katarina pergi tidur.

Pada tengah malam tanggal 18/19 Juli 1830, Ia dibangunkan oleh seorang “anak kecil yang bercahaya”. Dengan jelas ia mendengar suara seseorang memanggil-manggil namanya hingga tiga kali, “Suster Laboure!”  Ia tersentak bangun dan tampaklah di hadapannya seorang anak kecil berusia kira-kira empat atau lima tahun. Anak kecil ini mengajaknya ke kapel.

“Bunda Maria menanti engkau di kapel!“ kata anak kecil itu. Dalam sikap ragu-ragu, penuh tanda tanya dan takut, Suster Katarina bersama anak kecil ajaib itu melangkah ke kapel. Herannya, semua pintu kapel terbuka dengan sendirinya, lilin-lilin dan lampu-lampu di dalam kapel itu menyala.

Dan benarlah pemberitahuan anak kecil itu! Setelah menunggu setengah jam lamanya, tiba-tiba anak kecil itu berbisik, “Inilah Perawan Terberkati.” Di sebelah altar turunlah Santa Maria Bunda Maria muncul dan berlutut menyembah Sakramen Mahakudus, lalu duduk di kursi Pastor. “Dengan satu langkah saja,” kata Suster Katarina, “aku berada di dekatnya. Tanganku bertumpu di atas lutut Bunda Maria. Itulah saat yang paling membahagiakan dalam hidupku.”

Lebih dari dua jam lamanya Bunda Maria berbicara dengan Katarina perihal tugas perutusannya yang dipercayakan Tuhan kepadanya, serta kesulitan-kesulitan yang bakal dialaminya dalam mengerjakan tugas tersebut. Setelah Bunda Maria pergi, anak kecil itu mengantarkan Suster Katarina kembali ke ruang tidur. Terdengarlah lonceng berbunyi dua kali tetapi Suster Katarina tidak dapat tidur lagi.

Dalam suatu penampakan yang lain Suster Katarina melihat Bunda Maria berdiri di atas bulatan seperti bola dengan cahaya memancar dari kedua belah tangannya. Di bawahnya terlihat tulisan: “O Maria, yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.” Bunda Maria meminta agar medali dengan gambar tersebut dibuat dan dogma Yang Dikandung Tanpa Dosa dihormati. Siapa saja yang mengenakan medali tersebut akan menerima rahmat dari Yesus melalui doa-doa ibu-Nya.

Pada tanggal 27 November 1830, jam setengah enam malam, Suster Katarina dan para suster pergi ke Kapel untuk bermeditasi. Sekali lagi Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dalam rupa sebuah gambar. Suster Katarina dan para suster pergi ke Kapel untuk bermeditasi.Bunda Maria tampak sedang berdiri di atas bola bumi dengan berkas-berkas cahaya ajaib memancar dari tangannya.

Bola bumi itu dikelilingi tulisan berikut: “O Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung kepadamu“.

Gambar terkait

Bunda Maria berkata, “Inilah lambang karunia yang kulimpahkan kepada orang-orang yang memintanya kepadaku. Suruhlah membuat sebuah medali menurut bentuk ini. Barangsiapa mengenakannya akan menerima karunia yang besar, terutama jika medali ini dikenakan pada lehernya.” 

Kemudian berbaliklah gambar tersebut dan tampaklah gambar bagian belakang medali. Yaitu huruf “M” dengan sebuah salib di atasnya. Huruf M terletak di atas sebuah palang di mana di bawahnya terdapat dua buah hati. Hati yang pertama dilingkari mahkota duri – hati Yesus. Hati yang kedua tertusuk pedang – hati Maria. Penjelasannya amat sederhana. Kita umat Kristen telah ditebus oleh Tuhan yang telah disalibkan di hadapan ibu-Nya, Maria Ratu Para Martir. Dua belas bintang mengelilingi penampakan tersebut.

Suster Katarina bertanya bagaimana ia dapat mengusahakan medali itu dibuat. Bunda Maria mengatakan bahwa ia harus pergi kepada Bapa Pengakuannya, Romo Jean Marie Aladel karena: “Ia adalah hambaku.” Pada mulanya Romo Aladel tidak dapat percaya akan apa yang dikatakan Sr Katarina, namun demikan, setelah dua tahun berlalu, ia pergi juga kepada Uskup Agung Quelen di Paris. Tanggal 20 Juni 1832 Uskup Agung Quelen memerintahkan agar segera dibuat 2000 Medali.

Ketika Sr Katarina menerima medalinya, ia berkata, “Sekarang medali ini harus disebarluaskan.” Devosi kepada medali yang dianjurkan oleh Suster Katarina secara ajaib menyebar dengan cepat. Pertobatan dan mukjizat-mukjizat yang terjadi melalui Medali Santa Perawan Maria tak terhitung banyaknya. Sehingga, nama resmi yang diberikan kepada medali tersebut “Medali dari Yang Dikandung Tanpa Dosa” segera dilupakan orang. Mereka lebih suka menyebutnya Miraculous Medal (Medali Ajaib) atau di Indonesia disebut Medali Wasiat.

Banyaklah permohonan yang terkabul karena medali tersebut, misalnya penyembuhan, pertobatan dll. Semuanya itu sungguh-sungguh ajaib, karena semula hal-hal itu memang tak dapat diatasi dengan cara biasa. Penampakan itu terus berlanjut beberapa kali lagi sampai bulan September 1881.

Kemudian Suster Katarina menceritakan penampakan-penampakan itu dengan jelas kepada Pastor Aladel, Bapa Pengakuannya. Setelah diselidiki dengan saksama, pastor itu mohon kepada Uskup Agung de Quelen di Paris untuk memberikan restu dan izin bagi pembuatan medali tersebut.

Pada tahun 1836 Komisi Khusus yang ditunjuk oleh Bapa Uskup Agung menyatakan bahwa penampakan Santa Perawan Maria di Kapel Biara Puteri-Puteri Kasih di 140 Rue du Bac, Paris, Perancis adalah benar.

Medali inilah yang sekarang lazim disebut ‘Medali Wasiat’. Kata ‘wasiat’ tidak menunjuk kepada hasil yang diperoleh umat oleh karena memakai medali itu, melainkan menunjuk pada asal dan cara bagaimana medali itu terjadi. Katarina melanjutkan cara hidupnya dalam kesederhanaan dan kerendahan hati dengan melakukan tugasnya sebagai penjaga pintu dan tukang masak di biara Enghien-Reuilly.

Gambar terkait

Rahasia penampakan Bunda Maria yang dialaminya tidak diketahui oleh rekan-rekannya sebiara. Delapan bulan sebelum kematiannya, barulah ia menceritakan beberapa penampakan yang dialaminya kepada Suster Dufes, Superiornya. Katarina Laboure meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1876 pada usia 70 tahun. Ia digelari ‘beata’ pada tahun 1933 dan dinyatakan sebagai ‘santa’ pada tahun 1947 oleh Paus Pius XII (1939-1958).

“O Maria, yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.”

sumber: https://www.imankatolik.or.id/  http://mylovehopeandfaith.blogspot.co.id

(A.Bilandoro)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles