HIDUPKATOLIK.com – Ada beragam kisah tentang St Valentinus. Tetapi, hanya Mgr Valentinus, yang tercatat sebagai martir. Ia adalah uskup Terni, sang pendamai. Ia dihukum mati karena menolak perintah kaisar, antara lain menikahkan pasangan muda.
Suatu hari, Mgr Valentinus digelandang ke pengadilan di bawah Hakim Asterius. “Jika Yesus yang engkau sembah sungguh Mahakuasa, buktikan kepada saya! Sembuhkan anak perempuan angkat saya yang buta. Bila engkau berhasil, saya akan menuruti segala permintaanmu. Tapi bila gagal, saya akan memerintahkan para pengawal menyiksa dan membunuhmu,” teriak sang hakim kepada Mgr Valentinus.
Segera Asterius memerintahkan seorang penjaga membawa anak perempuan angkatnya. Lalu, ia menyuruh Mgr Valentinus melakukan yang diperintahkannya. Dengan tenang, Mgr Valentinus menjulurkan kedua tangannya ke mata gadis cilik itu. Ia menengadah dan berdoa. Tak lama kemudian, kedua kelopak mata gadis itu terbuka. Putri angkat Asterius pun melihat!
Asterius tercengang menyaksikan mukjizat itu. Ia tak menyangka Mgr Valentinus mampu melakukannya. Padahal, ia merasa sudah di atas angin. Sang uskup pasti gagal memenuhi permintaannya. Tapi usai kejadian itu, Asterius dengan berat hati berkata, “Katakan apa yang kaukehendaki untuk kuperbuat?”
Dengan santun, Uskup Terni, Italia (kini: Keuskupan Terni-Narni-Amelia) itu meminta agar sang hakim menghancurkan seluruh patung dewa-dewi di rumahnya. Ia juga menyuruh Asterius bertobat, berpuasa selama tiga hari, dan menjadi pengikut Kristus. Karena sudah berjanji, Asterius pun mengikuti permintaan Mgr Valentinus.
Mgr Valentinus lalu dibebaskan dari penjara. Buah pertobatan Asterius dirasakan orang-orang di sekitarnya. Istri, anak-anak, dan para budak di rumahnya bertobat dan memberikan diri dibaptis. Sedikitnya 44 orang dari keluarga Asterius menerima Sakramen Baptis.
Pejuang Rekonsiliasi
Mgr Valentinus dikenal sebagai uskup pejuang perdamaian. Kepiawaiannya dalam mendamaikan para bangsawan yang saling bertikai terdengar santer di seantero Roma. Pada masa itu, banyak bangsawan yang hanya memikirkan kelompoknya sendiri. Bahkan, tak jarang mereka berperang.
Mgr Valentinus prihatin. Tanpa menghiraukan keselamatan nyawanya, ia berusaha mendekati tiap faksi yang bermusuhan. Dengan kemahiran negosiasi dan kebijaksanaannya, ia membangun rekonsiliasi di antara kelompok yang bermusuhan.
Selain itu, Mgr Valentinus lebih sering dikaitkan dengan kisah heroiknya sebagai martir cinta. Konon pada 270, Kaisar Klaudius II (Klaudius Gothicus) mengeluarkan ultimatum, setiap pemuda Roma dilarang menikah.
Larangan kaisar itu disertai sanksi tegas bagi yang melanggarnya. Jika kedapatan melangsungkan pernikahan, prosesi itu akan dibubarkan. Lalu, para pelakunya disiksa dan dibunuh karena melawan titah kaisar. Larangan Klaudius II tersebut lahir karena ambisinya membentuk legium Romawi yang besar dan tangguh demi melindungi tampuk kekaisarannya. Baginya, pernikahan akan membuat kaum lelaki enggan bergabung dalam barisan militer.
Rakyat Roma menganggap titah sang kaisar tak manusiawi. Alih-alih tidak menikah, justru banyak pemuda meminang para gadis dan melanggar perintah kaisar. Mereka menikah secara diam-diam, tanpa undangan dan pesta. Yang utama, pernikahan mereka diresmikan dan diakui Gereja.
Martir Cinta
Dalam selimut pendaran cahaya lilin, prosesi pernikahan sepasang kekasih berlangsung senyap dan khidmat. Tak ada kidung hingar bingar membahana. Tak ada hiasan bunga atau pernak-pernik lain layaknya pesta pernikahan Di bawah teror dan dalam kesederhanaan, Mgr Valentinus memberkati dan melayani muda-mudi yang berikrar setia sehidup-semati.
Banyak pasangan datang kepada Mgr Valentinus. Mereka meminta pelayanan dan berkatnya. Sang uskup senantiasa menyambut tiap pasangan dengan tangan terbuka, meski ia sadar hal itu dapat mengancam keselamatannya.
Mgr Valentinus tak takut jika pelayanan itu menjadi akhir hidupnya. Ia justru lebih takut berdosa jika dirinya tidak melayani umat dan membiarkan mereka hidup bersama tanpa ikatan resmi. Naas, kabar pelayanannya sampai ke telinga Klaudius II. Kaisar sangat geram.
Suatu ketika, kaisar memerintahkan tentara membubarkan acara pernikahan dan menangkap semua yang terlibat. Kedua mempelai luput dari kepungan serdadu Romawi, namun Mgr Valentinus diciduk dan dijebloskan ke dalam penjara. Ia diperlakukan secara keji. Rakyat Terni dan sekitarnya berusaha mendesak kaisar agar membebaskan uskup mereka. Klaudius II bergeming.
Selama mendekam di kurungan, Mgr Valentinus bertemu dengan seorang gadis penjaga penjara yang mengenalnya. Berkat peran ayahnya, si gadis bisa mengunjungi sang uskup hampir tiap hari. Namun, hal ini tak berlangsung lama, karena Klaudius II mengganjar Mgr Valentinus dengan hukuman pacung karena sang uskup menolak mengingkari iman akan Kristus. Mgr Valentinus juga menolak perintah kaisar agar tidak menikahkan para pemuda Roma.
Pada 14 Februari 269, Mgr Valentinus merengkuh mahkota kemartiran. Algojo Romawi memenggal kepalanya di jembatan Milvian, Via Flaminia, Roma Utara. Usai eksekusi, jasadnya dikubur di dekat lokasi pemancungan. Selang beberapa hari, segelintir pemuda yang dekat dan mengenalnya, menggali kuburnya dan memakamkannya kembali secara layak di Terni, Umbria, Italia Tengah.
Ragam Kisah
Kisah hidup dan kemartiran St Valentinus begitu beragam. Setidaknya, ada dua martir dengan Valentinus, yang wafat pada 14 Februari. Versi pertama menjelaskan, Valentinus adalah imam Katolik di Roma. Versi kedua menyebutkan, Valentinus adalah Uskup Terni.
Dalam situs resmi Keuskupan Terni-Narni-Amelia dijelaskan, Valentinus adalah Uskup Terni. Ia lahir dan tumbuh di kampung halamannya. Hingga kini, peringatan martir cinta dan pahlawan rekonsiliasi ini tetap diperingati tiap Februari di Keuskupan Terni-Narni-Amelia.
Dilansir Catholic News Service, pada 12 Februari 2013 usai Misa, 101 pasang lelaki- perempuan menjamah relikui martir yang menjadi patron kota Terni ini. Mgr Valentinus juga dijuluki martir cinta dan pelindung bagi pasangan yang sedang menjalin hubungan asmara. Dengan menyentuh relikui St Valentinus, mereka mohon berkat agar hubungan mereka langgeng, dan menyatukan pasangan muda-mudi yang menuju jenjang perkawinan.
Pada versi lain yang mengisahkan bahwa St Valentinus adalah orang kudus yang menderita dan wafat bersama sekelompok umat Roma di Afrika. Meski beragam kisah tentang St Valentinus beredar, Vatikan hanya mengakui satu nama martir St Valentinus, yakni Uskup Terni yang wafat karena iman akan Kristus di Via Flaminia.
Teladan dan kisah heroik Mgr Valentinus dalam memperjuangkan rekonsiliasi serta kegigihannya melayani umat mendapat apresiasi dari Gereja. Takhta Suci memperingatinya dengan perayaan khusus tiap 14 Februari. Perayaan itu pertama kali diinisiasi oleh Paus Gelasius I (†496). “Namanya dihormati di antara manusia, tapi hanya Tuhanlah yang sangat mengetahui segala tindakannya,” tandas Bapa Suci.
Gereja Katolik memperingati St Valentinus dengan perayaan khusus hingga tahun 1960-an. Dalam kalender liturgi saat ini, nama Mgr Valentinus tidak dimasukkan lagi dalam peringatan wajib santo-santa secara universal.
Yanuari Marwanto