web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Menjadi Prodiakon Yang Happy, Committed Dan Professional

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Keuskupan Agung Semarang (KAS) mempunyai 6.605 Prodiakon yang melayani 380.000 orang umat. Para Prodiakon berkumpul dalam Temu Raya Prodiakon II KAS 2017 untuk belajar dan menggali inspirasi bagaimana menjadi ‘prodiakon yang happy, committed, dan proffesional’.

“Wah, kok akeh banget ya?” ujar Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubyatmoko Pr di hadapan 2.500 Prodiakon yang memenuhi Auditorium STIE YKPN Yogyakarta dalam Perayaan Ekaristi konselebrasi Temu Raya Prodiakon II Keuskupan Agung Semarang, Kamis (21/9/2017). “Saya sangat salut dengan Anda yang mau mencoba menjawab panggilan Yesus sebagai prodiakon dengan sukacita. Kehadiran prodiakon sungguh-sungguh luar biasa,” kata Mgr Ruby.

Dalam homilinya, Mgr. Ruby menceritakan panggilan menjadi prodiakon seperti halnya ketika Yesus memanggil Matius, seorang Yahudi pemungut cukai. “Ketika bertemu Matius, Yesus berkata ‘Ikutlah Aku’. Tanpa berpikir panjang, Matius langsung jenggirat dan mengikuti Yesus.

Menurut Mgr Ruby, ini menunjukkan bahwa Yesus memanggil orang-orang bukan yang suci, pinter, dan mentereng, namun justru orang-orang yang dianggap pendosa, orang lemah. Namun, justru dengan kondisinya itu mereka bersedia bangkit dan menjawab panggilan Tuhan.”

Kepada para prodiakon Mgr Ruby berpesan mengutip kata-kata Paulus: “Supaya kalian semua hidup sesuai dengan panggilan kita. Untuk sampai ke sana, Paulus menasehati: hidup yang rendah hati, lemah lembut dan sabar. Inilah ciri khas orang yang happy.”

Mgr Ruby menambahkan, hendaknya kita saling membantu sama lain demi kesatuan umat. “Tetap bersyukur dalam panggilan menjadi prodiakon. Semoga dengan cara ini bisa menggapai swargo yang menjadi cita-cita kita.”

Spiritualitas Prodiakon
Romo Agustinus Setyodarmono SJ mengajak para Prodiakon menggali spiritualitas. Untuk menggali spiritualiatas prodiakon, Romo Nano—nama panggilannya—menggunakan kata kunci ‘pohon dan buah’ atau sebab dan akibat.

“Spiritualitas adalah cara berpikir, cara melihat. Kalau Anda tidak punya spiritualitas, Anda tidak menjadi apa-apa. Setiap orang punya spiritualitas dan menjadi sebab atau pohon yang menghasilkan buah atau akibat. “Happry, committed, profesional adalah buah, akibat. Pohon apa yang bisa menghasilkan buah happiness, commitment, dan professionalism? Jawabannya ‘pohon’ Yesus,” kata Romo Nano.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Untuk menjelaskan apa itu spiritualitas, Romo Nano menceritakan tentang kisah ayam kate. Ada seorang petani yang memasukkan telur ayam kate untuk dieramkan oleh induk ayam kampung. Telur itu menetas, kemudian ayam kate itu ikut induk ayam kampung dan belajar menjadi ayam kampung.

“Ayam kate merasa dirinya, dan kemudian bertindak sebagai ayam kampung. Ini berarti ayam kate mempunyai spiritualitas ayam kampung. Dari sini bisa disimpulkan bahwa kalau spiritualitas tidak benar, yang keluar pasti jelek. Sebaliknya, jika spiritualitas baik, yang keluar juga pasti baik,” ujar Romo Nano.

“Sebagai prodiakon, spiritualitas apa yang Anda hayati? Apakah spiritualitas Anda sudah cocok dengan spiritualitas Yesus? Spiritualitasku saat ini apa?” Bagaimana prodiakon bisa memiliki kriteria prodiakon yang happy, committed, dan profesional?” tanya Romo Nano.

Menurut Romo Nano, happy berarti gembira, lebih banyak bersyukur daripada mengeluh. Tidak merasa terpaksa, dan mampu menyadari tugas prodiakon sebagai tugas mulia. Committed berarti memeluk tugas sebagai prodiakon dengan sepenuh hati, tidak setengah-setengah, total. Profesional berarti terampil melaksanakan tugas-tugas sebagia prodiakon (berkotbah, memimpin pertemuan, mendampingi umat), memiliki pengetahuan yanag cukup tentang kekatolikan, mau belajar dan membaca (buku-buku tentang prodiakon, buku-buku komentar Kitab Suci, dan buku Kitab Suci). Untuk menumbuhkan spiritualiatas prodiakon harus membaca.

Menyadari Jatidiri
Bagaimana menumbuhkan motivasi dan passion dalam diri para prodiakon? Menurut Romo Nano, motivasi bisa dibangun dengan menyadari jati diri prodiakon. Jati diri prodiakon meliputi lima hal. Pertama, kolaborator dalam missio Dei; kedua Imam, raja dan nabi; ketiga menjadi murid Yesus Kristus; keempat membangun relasi personal; kelima bersikap magis.

“Prodiakon yang baik adalah seseorang yang sadar bahwa dirinya dipilih, dipanggil dan diajak bekerja sama oleh Allah di dalam proyek-Nya: mendidik, menebus, menyelamatkan umat-Nya. Pimpinan proyek ini adalah Allah. Prodiakon adalah kolaborator, rekan kerja, atau karyawan yang bekerja di proyek ini. Ketika prodiakon menyadari jati dirinya, maka dia akan lebih melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik,” kata Romo Nano.

Menjadi prodiakon pada dasarnya adalah cara, kesempatan untuk ikut terlibat dalam karya Tuhan menyelamatkan manusia. Allah Bapa menugasi Allah Putera untuk menyelamatkan manusia. Untuk melakukan tugas-Nya teresbut Allah Putera berperan sebagai nabi, imam, raja.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

“Prodiakon ikut berkolaborasi dengan tugas itu dengan membangun jati diri. “Aku adalah awam yang dipanggil Tuhan Yesus menjadi kolaborator-Nya sebagai imam, nabi, dan raja. Statusnya beda, tapi pekerjaannya sama. Saya kolaborator atau tukang, laden, yang bekerja Tuhan,” papar Romo Nano.

Sebagai imam bagi umat berarti menguduskan umat. Menjadi nabi berarti mewartakan. “Setiap kali bertemu orang selalu bercerita tentang Injil (kabar gembira). Namun, kalau Anda belum bisa merasakan kabar gembira Injil, sulit menyampaikan kabar gembira.

Menjadi raja bagi umat berarti menggembalakan umat, memimpin, dan melindungi. Menghayati panggilannya sebagai raja misalnya dengan memperhatikan dan menyapa umat di lingkungan.“Siapa yang tidak ingin diperhatikan dan disapa secara personal? Pasti senang. Tugas sebagai raja berarti nyambangi tonggo teparo, visitasi, mengunjungi,” ujarnya.

Prodiakon adalah gambaran paling konkret murid Yesus Kristus seperti pengalaman Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes, dan lain-lain. “Prodiakon akan menjadi happy, committed, dan proffesional kalau dia menyadari bahwa jatidirinya adalah murid Tuhan Yesus Kristus dan Dialah gurunya, kalau dia mengikuti jalan-jalan yang ditunjukkan oleh gurunya dan mengkontekstualisasikannya dalam hidup hariannya, kalau dia selalu belajar dan membaca kisah-kisah hidup gurunya, kalau dia selalu sadar bahwa menjadi prodiakon berarti mengikuti Sang Guru mengajar, menyembuhkan orang sakit, berdoa di bukit, mengunjungi orang-orang yang disingkirkan masyarakat,” tambah Romo Nano.

Relasi pribadi antara Petrus (murid) dengan Tuhan Yesus Kristus (guru) merupakan pola dasar yang harus dicontoh. Dalam proses menjadi prodiakon yang happy, committed, dan profesional, seseorang diberi kesempatan untuk gagal dan jatuh. “Simon Petrus beberapa kali menunjukkan kegagalannya untuk memenuhi tuntutan Tuhan Yesus Kristus menjadi muridnya selama tiga tahun,” ujar Romo Nano.

Menurut Romo Nano, penghianatan Simon Petrus terhadap Tuhan Yesus sebanyak tiga kali ditanggapi oleh Yesus dengan pengampunan dan penugasan kembali sebanyak tiga kali. Meskipun dihianati tetap diampuni. “Kita mempunyai Tuhan yang beda, Gusti Allah yang keren. Meskipun berdosa, kita tetap diterima,” kata Romo Nano.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Ia menambahkan, biasanya orang yang pernah diampuni dan pernah berani mengakui kesalahan, ditresnani, akan bisa mengampuni. Pengalaman diterima, dicintai, dipeluk Tuhan Yesus, perjumpaan atau relasi personal antara kita dan Yesus menjadi penting.

Untuk itu prodiakon harus sering bertemu dan mengalami jatuh cinta dengan Gusti Allah. “Seperti orang yang sedang pacaran, dia akan happy, committed, dan professional. Tanpa relasi personal dengan Tuhan, tak akan happy, committed, profesional.”

Karena relasi personal dengan Tuhan maka seseorang bisa menjadi magis, artinya lebih taat pada apa yang diminta oleh Allah. “Seorang prodiakon bisa menjadi magis kalau dia mempunyai kebiasaan berdoa setiap hari, kalau dia mengalami dijumpai secara personal oleh Tuhan, kalau dia selalu sadar bahwa Allah berkarya dalam hidupnya dan dia diundang untuk terlibat dalam hidup dan karya Allah.”

Romo Nano menambahkan, supaya tetap happy, committed, professional setiap hari Prodiakon bisa melakukan dua hal. Pertama, menyadari diri dan membatinkan bahwa ‘Saya prodiakon yang dipanggil Tuhan menjadi murid Yesus untuk menjadi nabi, raja, dan imam; menjadi murid Yesus.’ Kedua, dengan mencari cara, tempat, and waktu agar saya bisa merasa dekat dengan Tuhan.

Memperkuat Iman
Sesi berikutnya cukup menarik dan ger-geran ketika jenakawan Den Baguse Ngarso dan Gareng Rakasiwi mewancarai FX Hadi Rudyatmo, walikota Solo yang menjadi Prodiakon sejak 1977 dan akhir berakhir 2018. Rudy mengaku pekerjaan sesungguhnya Prodiakon, dan walikota Surakarta sebagai samben.

Lalu apa motivasi Rudy menjadi Prodiakon? “Itu karena komitmen dan konsistensi saya. Di keluarga saya, yang Katolik cuma saya sendiri, terus istri saya ikut Katolik, anak-anak saya semua terselamatkan menjadi Katolik, keluarga istri dan keluarga saya juga ada yang ikut Katolik. Yang saya pegang: dengan menjadi prodiakon akan semakin memperteguh dan memperkuat iman saya. Karena kalau saya mau berbuat selalu ingat akan Fransiskus Xaverius (nama baptis),” ujar Rudy. ***

Yohanes Widodo

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles