HIDUPKATOLIK.com – Berbagai komunitas di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) terlibat dalam pelayanan penjara dengan kegiatan rohani, karitatif, dan aneka acara.
Tahun 2011, Kenny Jo harus menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas 1 Cipinang, Jakarta Timur. Ia menjadi organis dalam kegiatan ibadat dan acara bersama lainnya di LP Cipinang.
Kunjungan komunitas Katolik menyentuh hati Kenny Jo. “Saya merasakan bagaimana kehadiran mereka menyentuh saya. Di LP, tidak semua narapidana (napi) mendapat kunjungan rutin dari keluarga atau orang terdekat. Kedatangan komunitas seperti Kelompok Kasih Tuhan (KKT) memberi dukungan kepada kami. Secara moral, batin saya terobati,” kisah bungsu dari empat bersaudara ini.
Setelah dibebaskan tahun 2014, pengalaman disapa dan diperhatikan itu menggerakkan Kenny Jo untuk memberikan diri bagi para napi. Ia terpanggil bergabung dengan KKT.
“Karena dulu saya merasakan sapaan itu, saya ingin memberikan diri untuk menyapa para napi yang masih di LP,” ungkap laki-laki yang menjadi organis dalam Misa Sabtu pertama yang diselenggarakan KKT di LP Cipinang ini. Ia juga mengiringi lagu saat acara bersama seusai Misa. “Tuhan yang menempatkan saya di sini. Saya ingin melayani dan menjadi berkat bagi orang lain,” imbuh laki-laki yang kini menjadi katekumen di Paroki St Yakobus Kelapa Gading, Jakarta Utara ini.
Setia Mendampingi
KKT adalah salah satu komunitas yang melakukan pastoral penjara. Komunitas ini masuk dalam Forum Pelayanan Penjara Keuskupan Agung Jakarta (FPP KAJ), yang dibentuk tahun 2008. Anggota FPP KAJ lainnya adalah Effata, Perdhaki, BK Pena, Mitra Percikan Hati, Yayasan Pemulihan Insani Indonesia, PDKK, Komunitas Persaudaraan Rosario St Yakobus, dan paroki-paroki.
KKT terbentuk sejak 2009. Prinsip KKT adalah menyelenggarakan Ekaristi dan pastoral penjara, terutama di LP yang belum terlayani. “Di mana ada LP yang belum ada Misa, kita akan masuk. Kita ini “misionaris penjara”. Kami mengajak Gereja lokal, umat dan romo untuk ambil bagian. Setelah berjalan, kami serahkan kepada Gereja lokal. Namun, kami tak meninggalkan begitu saja. Pada waktu tertentu, kami berkunjung dan tetap memantau perkembangan pastoral di sana,” kata Angela Windy Silviana, koordinator dan pendiri KKT.
Kini KKT melayani empat penjara di wilayah Jakarta dan Tangerang yakni LP Kelas 1 Cipinang, LP Narkotika Cipinang, LP Salemba, dan Rutan Jambe Tigaraksa, Tangerang. Pada Sabtu pertama, kedua, dan ketiga, mereka mengunjungi LP Kelas 1 Cipinang. Tiap Selasa kedua dan ketiga, KKT mengunjungi LP Narkotika Cipinang. Sementara tiap Senin keempat, mereka melayani di LP Salemba, dan Sabtu kedua berpastoral di Rutan Jambe Tigaraksa.
Selain Ekaristi sebagai kegiatan utama, KKT menggelar kegiatan lain, seperti pengakuan dosa, konseling, berbagi berkat, fellowship usai Misa, merayakan ulang tahun WB, bermain kuis, baksos, pengobatan gratis setahun sekali, dan lain-lain. KKT juga mengadakan berbagai seminar, seperti narkoba, keluarga, HIV/ AIDS, hukum, motivasi, pengajaran iman Katolik sesuai kalender liturgi tentang pantang, puasa, dll. “Pada bulan Maria, kita mengadakan jalan salib Maria atau nonton film bersama,” ujar Windy. Selain mendampingi WB, KKT menyediakan pendampingan bagi mantan WB.
Dalam pastoral penjara, kehadiran KKT diharapkan menumbuhkan iman. “Saya bersyukur karena boleh terlibat dalam pelayanan ini. Kalau kita mau, Tuhan mencukupkan segala sesuatunya. Roh Kudus bekerja dalam semua karya ini. Kita hanya sebagai sarana Tuhan,” tandas perempuan yang tengah mengikuti Kursus Pendalaman Kitab Suci (KPKS) di Paroki Kelapa Gading ini.
Komunitas lain yang berpastoral penjara adalah Komunitas Mitra Percikan Hati. Sejak 2004, komunitas di bawah Komisi Karya Tarekat MSC, JPIC melakukan pastoral penjara di LP Dewasa Tangerang dan Salemba.
Pelayanan di LP Tangerang dilakukan tiap Jumat ketiga bersama umat St Matias Rasul Kosambi, Jakarta Barat. Pastor Kepala Paroki Bunda Hati Kudus Kemakmuran, Jakarta, Romo Yohanes Purwanto MSC membantu untuk melayani Misa. “Jika Romo berhalangan karena ada pelayanan lain, kami akan meminta bantuan romo dari Paroki Kosambi,” ujar Koordinator Mitra Percikan Hati, Santi W. Hadiprodjo.
Sementara di LP Salemba, pelayanan penjara dilakukan tiap Rabu minggu per tama, bekerjasama dengan para suster Putri Bunda Hati Kudus (PBHK). Bia sanya Romo Cornelius Jamlean MSC, Pastor Kepala Paroki Cideng yang memimpin Misa.
Selain Misa, komunitas ini mengadakan pengakuan dosa, berbagi berkat, dan Doa Rosario. Biasanya, ada sharing dari WB, puji-pujian, dan Doa Koronka. Menurut Santi, pelayanan penjara bisa menyapa para WB. “Mereka pantas dilayani. Jangan tinggalkan mereka! Mereka membutuhkan dan haus dari sisi rohani. Pelayanan ini bisa membangkitkan rasa percaya diri mereka,” katanya.
Berpastoral
Selain KKT dan Komunitas Mitra Percikan Hati, paroki-paroki di sekitar LP dan Rutan pun berpastoral penjara. Paroki Keluarga Kudus Rawamangun, Jakarta Timur, misalnya. Paroki ini mengkoordinasikan pelayanan di LP Kelas 1 Cipinang dan Rutan Cipinang. Mereka bekerjasama dengan paroki-paroki lain di Dekanat Timur. Jumlah rata-rata WB Katolik yang dilayani sekitar 10 persen dari 10 persen jumlah napi Kristiani.
“Paroki Rawamangun memulai pelayanan penjara sejak 1980-an. Waktu itu, pelayanan dilakukan sebulan sekali. Tahun 2010, pelayan mulai terjadwal dan melibatkan paroki lain di Dekanat Timur. Paroki Rawamangun mengkoordinasi kan dan membuat jadwalnya,” ujar Yusuf Mawar Joko, Koordinator Bagian Pelayanan LP dan Rutan Paroki Rawamangun (2011 -sekarang). Joko sebelumnya adalah Pembina Rohani LP Kelas 1 Cipinang (1975-2011).
Joko mengatakan, pendampingan WB di butuhkan ketekunan dan kesabaran. Ia berharap bisa terus terlibat dalam pastoral penjara. “Ini menjadi salah satu ungkapan syukur saya atas anugerah Tuhan dalam hidup saya, termasuk pekerjaan yang saya peroleh setelah pensiun. Saya masih ingin “masuk-keluar” penjara. Selama saya masih bisa melayani, saya akan melakukannya. Ini sudah jadi komitmen kami,” kata Joko yang diamini Josaphat Langgeng, Ketua Kelompok Kategorial Paroki Rawamangun. “Mereka haus akan sapaan dan penyegaran rohani. Saya berharap bisa terus ambil bagian dalam pelayanan ini. Ini menjadi panggilan kami,” tutur Yos.
Kegiatan rutin yang dilakukan adalah Misa, pengakuan dosa, konseling, dan berbagi berkat. Pengobatan gratis di laku kan bersama paroki atau komunitas lain. Pun kegiatan Misa Paskah dan Natal, seminar kesehatan dan HIV/AIDS, serta Misa Natal LP dan Rutan se-DKI.
Hal serupa juga dilakukan Paroki St Anna Duren Sawit. Paroki ini melayani LP Pondok Bambu. Koordinator Seksi Reksa Penjara Paroki Duren Sawit (2014-sekarang), Aloysia Indrastuti mengatakan, pelayanan penjara di Paroki Duren Sawit berada di bawah bidang Pewartaan. “Kami melayani penjara perempuan LP Pondok Bambu tiap Selasa pada minggu keempat. Biasanya ada sekitar 15-18 orang dalam tim. Sementara tiap tiga bulan sekali, PDKK Paroki Duren Sawit membantu pelayanan ini,” kata Iin.
Selain Misa, mereka membagikan makanan dan menguatkan para WB. “Awalnya saya membayangkan itu menjadi hal yang menyeramkan. Tapi setelah ikut pelayanan dan berkunjung kesana, ternyata tidak seperti bayangan saya. Saya senang bisa ikut pelayanan ini,” ujar Iin.
Pelayanan penjara diharapkan bisa terus dilakukan. Harapannya, makin banyak umat, kelompok, dan paroki yang tergerak untuk terlibat, menyapa mereka yang menderita, tersingkir, dan dianggap sebagai kelas “bawah”, seperti sabda Tuhan dalam Mat 25:36, “… ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku”.
Maria Pertiwi