HIDUPKATOLIK.com – Devosi kepada Bunda Maria diharapkan bisa membawa umat untuk meneladani hidup Maria. Keteladanan itu yakni bagaimana menjadi murid Kristus yang sejati dan taat kepada Yesus.
Devosi kepada Bunda Maria menjadi salah satu devosi yang banyak diminati umat. Melalui hidup devosional ini, umat mengungkapkan rasa cinta dan penghormatan kepada Bunda Maria.
Romo Stefanus Buyung Florianus OCarm mengungkapkan bahwa dalam mencintai Bunda Maria, umat berupaya untuk mengenal sosoknya. Pengenalan ini berujung pada tahap mengagumi Bunda Maria. Namun, apakah cukup sampai batas mengenal dan mengagumi sosok Bunda Maria? Direktur Marian Center Indonesia (MCI) ini menegaskan, bahwa devosi kepada Bunda Maria, semestinya membawa kita kepada upaya untuk meneladan Bunda Maria, bagaimana menjadi murid Kristus yang sejati. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana pendapat Romo soal devosi kepada Bunda Maria yang dihidupi umat saat ini, dikaitkan dengan Surat Apostolik tentang Rosario Perawan Maria yang dikeluarkan Paus Yohanes Paulus II?
Hidup devosional, khususnya kepada Bunda Maria, sungguh diminati banyak umat. Novena-novena yang bertemakan Maria dan ziarah-ziarah ke gua atau tempat ziarah Maria lainnya, tidak pernah kekurangan peserta. Hal ini patut kita syukuri.
Namun, umat perlu juga diberi pemahaman atau katekese mengenai devosi yang benar dan sehat. Devosi yang benar, bukan hanya sekadar segi afektif, luapan perasaan, emosi semata, tetapi juga segi efektif, membawa kepada sebuah penghayatan iman yang semakin bermutu dan berbuah.
Devosi yang sehat membawa umat kepada iman akan Yesus Kristus yang semakin berakar kuat dan mendalam. Melalui devosi tersebut, umat ditolong meneladan Bunda Maria, untuk menjatuhkan pilihan bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat mereka satu-satunya. Paus Yohanes Paulus II mengatakan, “Sepanjang hidupnya, tatapan Maria tertuju pada Yesus…. Ingatan akan Yesus yang terpatri dalam hati selalu menyertai dia, menuntun dia untuk merenungkan aneka peristiwa hidup di samping Putranya” (RVM 11). Semangat yang dimiliki Bunda Maria inilah juga mestinya dimiliki umat dalam melakukan devosi kepada Bunda Maria. Devosi kepada Maria, secara khusus Doa Rosario, yang adalah ringkasan dari pesan Injil dan doa yang berpusatkan pada Kristus, harus menjadi kesempatan bagi kita untuk meneladan Bunda Maria yang taat kepada Yesus Kristus.
Seperti apa pengaruh devosi kepada Bunda Maria terhadap dinamika dan perkembangan iman umat?
Sebagaimana kita ketahui, bahwa devosi kepada Bunda Maria adalah bagian dari ungkapan cinta dan penghormatan kita kepada Ibunda Sang Juruselamat. Sebetulnya, ada tiga tahap dalam mencintai Bunda Maria. Pertama, mengenal atau mengetahui Maria. Tahap ini lebih pada pengetahuan intelektual. Kita ingin mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang Maria. Hal ini dapat kita peroleh dari sumber-sumber iman kita: Kitab Suci, Tradisi Gereja, dan Magisterium Gereja. Kita dapat melakukannya melalui studi pribadi atau mengikuti sebuah kursus atau studi atau seminar. Kedua, mengagumi Maria. Dari pengetahuan atau pembelajaran mengenai Maria, kita tentu melihat aspek-aspek atau cara hidup Maria yang membuat kita tersentuh. Kita mulai mengaguminya, yang melibatkan hati dan perasaan kita.
Ketiga, meneladan Maria. Cinta kita akan Maria tidak berhenti dengan rasa kagum. Kita ditarik untuk meneladan keutamaan keutamaannya dalam kehidupan kita. Dengan demikian, melalui devosi kepada Bunda Maria, kita dapat melihat dinamika perkembangan hidup iman. Melalui antusiasme umat dalam melakukan devosi, para pastor dapat menggunakan kesempatan yang sebaik-baiknya untuk melakukan ketekese pendalaman iman umat.
Umat diajak untuk tidak hanya mengenal atau mengagumi Maria, tetapi lebih jauh dan dalam dari itu, meneladan dia. Sekali lagi, devosi yang benar dan sehat harus membawa umat kepada iman yang semakin mendalam. Dan bila iman akan Yesus Kristus memang mendalam, tidak dapat diragukan lagi, umat akan semakin berpartisipasi aktif dalam hidup liturgi dan semakin melibatkan diri dalam hidup menggereja dan bermasyarakat. Maria pantas kita kenal. Maria juga patut kita kagumi. Tetapi juga, Maria semestinya kita teladani.
Bagaimana semestinya umat menghidupi dan memaknai devosi kepada Bunda Maria tersebut serta mewujudnyatakan nilai-nilai dalam doa Rosario dalam kehidupan sehari-hari?
Paus Yohanes Paulus II menegaskan, bahwa doa Rosario yang sederhana itu mengungkapkan juga irama hidup insani kita. Dengan demikian, melalui dan dalam doa rosario, kita bukan hanya melibatkan diri dalam hidup Yesus dan Maria, tetapi juga pada saat yang sama kita melihat betapa Yesus dan Maria sungguh mencintai kita dan terlibat dalam kehidupan kita.
Sehubungan dengan itu, kita bisa kembali kepada asal-usul doa Rosario itu sendiri. Rosario itu sebetulnya jawaban atas kerinduan umat untuk berdoa. Sebagaimana halnya para rahib mendoakan mazmur-mazmur, umat beriman ingin juga berdoa. Itulah sebab, mereka mencari sebuah rumusan doa yang bisa dihafalkan dan diulang-ulang. Dengan doa itulah, mereka mau mempersembahkan seluruh hari dan hidup mereka kepada Tuhan. Kita juga diundang saat ini untuk memiliki kerinduan yang sama.
Selain itu, kita bisa kembali ke sejarah Rosario itu sendiri. Sebagaimana St Dominikus dan kawan-kawannya mampu menghadapi bidaah-bidaah; atau juga keberhasilan pasukan Kristen dalam perang melawan Pasukan Turki, atas anjuran Paus Paulus V karena doa Rosario. Demikian kita juga bersama Bunda Maria dengan kekuatan doa Rosario menghadapi kesulitan dan memerangi kekuatan-kekuatan dunia yang kita hadapi saat ini.
Dalam melakukan devosi kepada Bunda Maria, adakah hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan oleh umat?
Devosi kepada Bunda Maria menolong kita untuk berliturgi dengan baik. Devosi membantu kita mempersiapkan diri untuk merayakan sakramen-sakramen Gereja, antara lain Ekaristi. Karena dengan merenungkan misteri-misteri dalam doa Rosario, kita lebih dipersiapkan juga untuk masuk dalam misteri-misteri yang akan kita rayakan dalam liturgi. Sehubungan dengan itu, mungkin kecil, tetapi baiklah umat, misalnya tidak berdoa Rosario saat perayaan liturgi (antara lain Ekaristi) yang sedang berlangsung.
Apa harapan Romo terkait bagaimana umat berdevosi kepada Bunda Maria dan memaknainya?
Devosi kita kepada Bunda Maria semestinya membawa kita kepada upaya untuk meneladan Bunda Maria, bagaimana menjadi murid Kristus yang sejati. Oleh karena itu, kita perlu menahan diri atau menjauhkan diri dari ungkapan-ungkapan rasa yang berlebih-lebihan. Jangan sampai kita menjadi “batu sandungan” bagi saudara-saudari kita yang lain untuk mencintai dan menghormati Bunda Maria.
Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis tentang Gereja mengatakan, “… bakti yang sejati tidak terdiri dari perasaan yang mandul dan bersifat sementara, tidak pula dalam sikap mudah percaya tanpa dasar. Bakti itu bersumber pada iman yang sejati, yang mengajak kita untuk mengakui keunggulan Bunda Allah, dan mendorong kita untuk sebagai putera-puteranya mencintai Bunda kita dan meneladan keutamaan-keutamaannya” (LG 67).
Maria Pertiwi