HIDUPKATOLIK.com – Paus Fransiskus menunjuk Uskup Tanjung Selor Mgr Yustinus Harjosusanto MSF menjadi Uskup Agung Samarinda. Ia mengisi takhta lowong Mgr Florentinus Sului Hajang Hau MSF yang wafat, Kamis, 18 Juli 2013.
Setelah ditunjuk sebagai Uskup Agung Samarinda, Kalimantan Timur, agenda Mgr Harjosusanto disibukkan dengan terbang bolakbalik Tanjung Selor dan Samarinda. Pada Selasa-Kamis, 10-12/3, misalnya, Mgr Harjo mengadakan kunjungan tidak resmi ke Samarinda. Ia bersilaturahmi ke Kantor Wali Kota Samarinda, Kantor Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Kantor Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kaltim, Kantor Wilayah Kementerian Agama Kaltim, dan Kantor Polda Kaltim.
Selama kunjungan itu, Mgr Harjo memperkenalkan diri kepada Pemda Kaltim, bahwa dirinya ditunjuk Paus Fransiskus sebagai Uskup Agung Samarinda dan akan tinggal, berkarya, serta bertugas di Samarinda. “Saya akan pindah tugas dari Keuskupan Tanjung Selor (KTS) ke Keuskupan Agung Samarinda (KASRI). Untuk itu saya perlu mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke Samarinda,” ungkapnya.
Di Samarinda, Mgr Harjo juga bertemu dengan Dewan Konsultor untuk mendengar masukan, mengenal situasi dan kondisi Keuskupan Agung Samarinda. Selain itu, diadakan pula pertemuan dengan pengurus Unio KASRI untuk mendapat masukan dari wakil para imam diosesan. Pada kesempatan itu juga diadakan pertemuan dengan panitia pengalihan tugas.
Sebelumnya, kabar penunjukan sebagai Uskup Agung Samarinda sama sekali tak diketahui Mgr Harjo. Tiba-tiba, pada Senin, 2/2, saat berada di Jakarta, Mgr Harjo ditelepon Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr Antonio Guido Filipazzi. Melalui telepon, Mgr Filipazzi meminta agar Mgr Harjo segera datang ke Nunsiatura (Kedubes Vatikan) di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat.
Dalam hati, Mgr Harjo terus bertanya apa yang terjadi pada dirinya hingga harus dipanggil Nunsio. Mgr Harjo sempat menawar untuk datang pada hari lain, tetapi ditolak. Tanpa firasat apapun, Mgr Harjo menuju Nunsiatura, bertemu dengan Mgr Filipazzi.
Setelah berbincang singkat, Dubes Vatikan itu menyampaikan berita bahwa Takhta Suci menunjuknya sebagai Uskup Agung Samarinda. Mendengar berita itu, muncul aneka perasaan dalam diri Mgr Harjo, namun yang dominan adalah perasaan terkejut dan tidak siap.
Ada beberapa alasan, mengapa Mgr Harjo merasa tidak siap ditunjuk sebagai Uskup Agung Samarinda. Salah satunya adalah rasa nyaman berkarya di Keuskupan Tanjung Selor. Pengenalan medan karya dan relasi yang cukup lama terjalin baik dengan umat maupun para imam dan biarawan-biarawati merupakan salah satu alasannya tidak siap ditunjuk sebagai Uskup Agung Samarinda. “Jika menerima tugas ini berarti saya meninggalkan semua kenyamanan dan harus melangkah serta masuk ke daerah dengan situasi baru dan rekan kerja yang sebagian besar belum saya kenal,” kata Mgr Harjo saat diwawancarai via surat elektronik, Kamis, 12/3.
Empat belas hari kemudian, datang kabar dari Nunsio bahwa Takhta Suci mengumumkan secara resmi penunjukan Mgr Harjo sebagai Uskup Agung Samarinda pada Senin, 16 Februari 2015. Semenjak itu, takhta di Keuskupan Tanjung Selor pun kosong. Meski demikian, Mgr Harjo tak serta merta bisa angkat kaki dari Tanjung Selor, karena ia masih ditunjuk sebagai Administrator Apostolik di Keuskupan Tanjung Selor.
Selain itu masih ada beberapa tahapan acara yang mesti dilalui sebelum benar-benar menduduki takhta Uskup Agung Samarinda. Acara pengambil alihan Keuskupan Agung Samarinda secara kanonik akan diadakan pada 15 Mei 2015 dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin Mgr Filipazzi. Sejak saat itu, secara resmi Mgr Harjo akan berpindah tempat dan jabatan ke Keuskupan Agung Samarinda. “Secara tidak resmi saya beberapa kali sudah menginap di wisma keuskupan, karena ada beberapa acara di keuskupan, sehingga nantinya tempat ini bukan hal baru bagi saya,” ucap Mgr Harjo.
Bertepatan dengan Hari Raya St Petrus dan Paulus, pada 29 Juni 2015 nanti, rencananya Mgr Harjo akan menerima pallium dari Paus Fransiskus. Pallium (Latin: kain tenun dari bulu domba) adalah selempang berbentuk lingkaran dari wol putih, yang memiliki dua juntai warna hitam di ujung, bersulam ornamen enam salib berwarna hitam. Pallium merupakan lambang kekuasaan sebagai Uskup Agung yang diterimanya dari Bapa Suci. Pada 3 Juli 2015, Mgr Filipazzi akan mengulang penyerahan pallium ini secara simbolis kepada Mgr Harjo di Keuskupan Agung Samarinda.
Sejak masih kanak-kanak, Tarmono, demikian Mgr Harjo biasa dipanggil sudah bercita-cita menjadi imam. Ia senang bermain misa-misaan dengan menggunakan kerupuk atau lempeng sebagai pengganti hosti dan air sebagai pengganti anggur.
Putra sulung pasangan Yohanes Djasmin Witohardjo dan Frisca Natmi waktu itu rajin ke gereja. Ia sering ikut koor, bahkan menjadi dirigen. Kegemaran mengikuti dan memimpin koor terus ia tekuni hingga di Seminari Mertoyudan.
Pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah 5 September 1953 ini kemudian memilih menjadi imam Kongregasi Misionarii a Sacra Familia (MSF) dan ditahbiskan pada 6 Januari 1982. Ia kemudian ditunjuk menjadi Uskup pertama Tanjung Selor pada 22 Desember 2001 dan menerima tahbisan uskup 14 April 2002. Saat ini, selain menjadi Uskup Agung Samarinda, Mgr Harjo juga menjabat Ketua Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) KWI.
Aprianita Ganadi