web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Logu Senhor, Tradisi Kebersamaan

4.5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Tradisi Logu Senhor menjadi sebuah devosi yang bisa menyatukan umat, manakala perayaan gerejani kehilangan makna.

Devosi terhadap Salib Tuhan menjadi salah satu devosi yang dihayati umat di Kampung Sikka, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Keuskupan Maumere. Devosi itu di kenal dengan istilah Logu Senhor. Umat menghayati misteri sengsara dan kebangkitan Yesus. Berikut petikan wawancara HIDUP dengan dosen Antropologi Seminari Tinggi Filsafat Ledarelo, Romo Albertus Novena SVD mengenai makna dan refleksi atas tradisi Logu Senhor :

Bagaimana tanggapan Romo atas tradisi Logu Senhor di Kampung Sikka?
Tradisi Logu Senhor adalah tradisi memperingati kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus yang biasa dilakukan menjelang Hari Raya Paskah, yakni pada Jumat Agung. Logu Senhor  berarti merunduk di bawah salib. Dengan tunduk berarti orang percaya Kristus sumber kehidupan manusia. Dia adalah jalan yang paling benar untuk kembali ketika kita jatuh dalam berbagai permasalahan hidup. Saat manusia tak berdaya dan dilanda masalah, manusia harus sadar bahwa Tuhan lebih dahulu mencintai manusia. Pribadi yang tergantung di kayu salib yang diprosesikan dalam tradisi Logu Senhor adalah pribadi yang akan menyelamatkan manusia.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Harus diakui bahwa tradisi dan perkembangan gereja di Kabupaten Sikka tidak lepas dari orang-orang Portugis. Prosesi Logu Senhor merupakan tradisi peninggalan bangsa Portugis yang dibawa masuk oleh Raja Sikka pertama, Don Alexius Alessu Ximenes da Silva pada 1600-an. Sejak 1607 hingga kini, tradisi ini masih hidup dan berkembang di Kampung Sikka. Perkembangan Gereja di Keuskupan Maumere tidak lepas dari peran bangsa Portugis.

Bagaimana umat Sikka memaknai tradisi ini dalam kehidupan mereka?
Masyarakat Kampung Sikka meyakini bahwa tradisi Logu Senhor adalah sebuah penghayatan yang wajib dilakukan dengan sungguh-sungguh bukan sekadar hura-hura. Dengan tunduk di bawah Logu Senhor, maka segala perhatian, keluh kesah dan semua permasalahan akan dilebur dalam Salib Kristus. Beban hati karena tidak mendapat keturunan, keluarga broken home dan belum mendapatkan jodoh adalah beberapa contoh dari intensi khusus umat ketika merunduk di bawah salib. Umat meyakini bahwa segala in tensi yang mereka bawa kebawah Senhor akan terkabul.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Bagi umat Kampung Sikka, menjadi Katolik bukan hanya sekadar mengikuti Misa Kudus, tetapi iman itu harus mengejawantah dalam mengikuti prosesi Logu Senhor. Dalam Logu Senhor, sense of religius kian terasa. Dengan mengikuti Logu Senhor berarti mereka melibatkan diri untuk masuk dalam misteri Paskah Kristus.

Apa yang membedakan tradisi ini dengan perayaan gerejani lainnya?
Tradisi Logu Senhor adalah tradisi bersama. Disadari bahwa dalam Perayaan Ekaristi terkadang hanya milik orang-orang tertentu. Perayaan Ekaristi hanya milik orang yang bisa bernyanyi, yang bisa membaca Kitab Suci, yang bisa berbicara di atas mimbar. Sehingga terkadang peran orang-orang yang lemah, kecil dan tak berpendidikan seakan tak dihiraukan. Berbeda dalam Logu Senhor. Semua umat di Kampung Sikka turut ambil bagian dalam prosesi itu. Meski hanya sekedar memikul peti Senhor, tapi bagi mereka itulah kebersamaan dalam iman. Kampung Sikka akan dibenahi dengan membersihkan setiap jalan yang akan dilewati Senhor. Orang merasa Kristus yang lewat tidak hanya menyelamatkan dirinya tapi juga seluruh umat yang tunduk di bawah-Nya.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Yustinus H. Wuarmanuk

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles