HIDUPKATOLIK.com – Kematian Mgr Jaramillo sebagai tanda pesan perdamaian dan rekonsiliasi bagi Kolombia. Ia menjadi gembala yang selalu memperjuangkan hak masyarakat kecil.
Guyuran hujan menyapa hampir seluruh bumi Amerika Latin. Meski begitu, ratusan ribu umat Katolik Bogotá, Kolombia setia sedia di sepanjang jalan yang akan dilalui Paus Fransiskus. Satu setengah jam kemudian, Paus dari Argentina itu pun tiba. Ia mendarat dengan pesawat di Pusat Komando Udara untuk Transportasi Militer (Comando Aéreo de Transporte Militar/CATAM), di sekitar Bandara Internasional El Dorado, di pinggiran kota Bogotá.
Presiden Kolumbia Juan Manuel Santos Calderón menyambut Paus didampingi ibu negara, pejabat negara, para Uskup Kolombia, serta ribuan umat. Tari-tarian dan lagu-lagu khas Kolombia disuguhkan sebagai ungkapan kebahagiaan atas kedatangan Paus.
Demos el Primer Paso, ‘Mari Kita Ambil Langkah Pertama’, begitu langgam visitasi apostolik Paus Fransiskus ke Kolombia. Kunjungan ini merupakan jawaban atas undangan Presiden Juan Santos dan Ketua Konferensi Waligereja Kolombia sekaligus Uskup Agung Villavicencio, Mgr Oscar Urbina Ortega, awal tahun ini. Berkat Paus sangat dinantikan di bumi Kolombia yang sudah berdarah-darah selama lebih dari 50 tahun. Perang saudara telah mencabik-cabik negeri itu.
Lawatan Paus di negara berpenduduk mayoritas Katolik ini juga sekaligus untuk membeatifikasi dua martir, korban perang sipil Kolombia: Mgr Jesús Emilio Jaramillo Monsalve MXY dan Pater Pedro María Ramírez Ramos (1899-1948).
Simbol Perjuangan
Kematian Uskup Jaramillo menjadi simbol perjuangan yang mewakili rakyat jelata yang berusaha keluar dari lumpur kekerasan dan kepahitan hidup. Mgr José Octanio Ruiz Arenas, mantan Wakil Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin yang kini menjabat Sekretaris Dewan Kepausan untuk Pengembangan Evangelisasi Baru mengatakan, salah satu kelompok pemberontak–Tentara Pembebasan Nasional (Ejércitode Liberación Nacional, ELN)–telah mengakui pembunuhan terhadap Mgr Jaramillo pada 1989. Bahkan mereka mengatakan, pembunuhan itu adalah suatu kesalahan. Salah seorang pimpinan ELN dalam siaran radio di Kolombia menyesali tragedi itu dan meminta maaf kepada Vatikan, seperti dilansir cruxnow.com (4/9).
Jaramillo lahir di Santo Domingo Antioquia, Kolombia, 14 Februari 1916. Jaramillo dikenal sebagai anak yang berhati mulia. Ia seorang yang berperasaan halus dan sangat tak tahan melihat penderitaan orang lain. Sejak kecil, Jaramillo ingin sekali membantu meringankan beban masyarakat kecil.
Tapi itu mustahil, sebab ia lahir dari keluarga ekonomi lemah. Supaya bisa mewujudkan harapan itu, ia ingin menjadi imam. Katanya, hanya seorang imam yang bisa melayani dengan tulus.
Maka menjelang usia 13 tahun, ia memutuskan masuk Seminari Misi Yarumal, seminari yang didirikan Mgr Miguel Ángel Builes (1888-1971), Uskup Santa Rosa de Osos. Di sana, ia belajar humaniora dan filsafat. Pada 1935-1936, ia masuk Novisiat Misionaris Xaverian Yarumal (MXY).
Dalam kesetiaan menghidupi kehidupan rohani yang kuat, pada 1 September 1940, Frater Jaramillo ditahbiskan menjadi Imam MXY. Tugas perdananya adalah menjadi kepala Paroki Sabanalarga, Bogotá. Setelah itu, ia ditugaskan untuk melanjutkan studi lisensiat dan doktoral. Ia meraih gelar doktor dalam bidang teologi pada 1944 dan menjadi pengajar Kitab Suci di Seminari Yarumal, Bogotá pada 1959, sekaligus menjadi Superior bagi calon-calon imam MXY.
Pada 11 November 1970, Paus Paulus VI menunjuk dia sebagai Vikaris Apostolik Arauca, Kolombia sekaligus Uskup Titular Strumnitza. Dua bulan kemudian, status Vikariat Apostolik Arauca berubah menjadi Keuskupan Arauca. Pater Jaramillo diangkat sebagai Uskup Arauca pada 10 Januari 1971. Ia ditahbiskan oleh Uskup Agung Tituler Vibiana sekaligus Nunsius Apostolik Emeritus Kanada, Mgr Angelo Palmas (1914-2003).
Perjuangan Terakhir
Mgr Jaramillo dikenang sebagai uskup yang setia. Ia menjadi simbol perlawanan terhadap kekerasan. Di mata umat, sang gembala utama dikenal sebagai pribadi yang berani menentang ketidakadilan yang dialami masyarakat miskin.
Dalam pelayanan itu, ia berhadapan dengan kenyataan bahwa Kolombia darurat kekerasan. Tahun 1964, salah satu kelompok insurgensi terbesar, Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia/ FARC) telah membuka diri menandatangani kesepakatan damai dengan pemerintah. Namun pasca perjanjian damai itu, masalah baru muncul. Banyak kelompok kecil yang kian membabi-buta dalam melancarkan aksinya karena menolak kesepakatan tersebut. Merekalah yang menjadi teror bagi rakyat. Parahnya, kelompok-kelompok pemberontak itu mendapatkan uang untuk membiayai operasi mereka dari hasil jual-beli barang haram yang berupa narkoba. Dalam hal ini, Gereja menjadi korban!
Mgr Jaramillo berusaha mengangkat wajah Gereja. Ia tidak mau Gereja menjadi korban segelintir penguasa. Perjuangan puncaknya adalah kematian para imam dan suster di Kolombia. Atas aksi tersebut, Mgr Jaramillo angkat suara. Ia mengkritik dengan lantang aksi pemberontakan akar rumput tersebut. Ia bahkan berusaha menjadi penghubung antara Tentara Pembebasan Nasional, tentara FARC, dan kelompok pemberontak lainnya. Sayang, mediasi ini gagal. Kelompok pemberontak itu menganggap Gereja terlalu mencampuri urusan pemerintah.
Pada 2 Oktober 1989, Mgr Jaramillo bersama rekan imamnya, Pater Jose Munoz Pareja mengunjungi sebuah paroki terluar di Kolombia. Di tengah jalan, mobil yang mereka tumpangi dihentikan oleh sekelompok bersenjata. Pater Munoz dipaksa pergi dan dilarang menceritakan kejadian tersebut. Awalnya, Pater Munoz menolak, tetapi Mgr Jaramillo memintanya untuk mengikuti kemauan tentara.
Ketika ia seorang diri, para tentara mengikat tangannya. Mereka menembak dua kali di kepala. Setelah dibunuh, jazadnya dibuang di sebuah desa pertanian perbatasan antara Kolombia dan Venezuela. Uskup Agung Bogotá, Kardinal Mario Revollo Bravo mengatakan kepada Radio Vatikan bahwa tidak ada penjelasan atas pembunuhan Mgr Jaramillo.
Sebuah artikel yang berjudul Autocrítica por muerte de Obispo Jaramillo ‘sebuah kritik diri atas kematian Uskup Jaramillo’, jelas menuliskan keterlibatan langsung kelompok ELN. Kematiannya karena dianggap menentang korupsi yang meluas terkait dana sosial lewat pajak revolusioner di Kolombia.
Tahun 2008, pemerintah Kolombia menangkap Carlos Marin Guarin yang dianggap sebagai otak pembunuhan Mgr Jaramillo. Carlos membayar kelompok paramiliter lokal untuk membunuh Mgr Jaramillo agar Presiden Kolombia Virgilio Barco Vargas bisa menerima tuntutan para pemberontak terkait aksi damai dengan FARC.
Proses beatifikasi Mgr Jaramillo dibuka tahun 2000. Paus Yohanes Paulus II (1920-2005) pada 7 Juli 2000 mengeluarkan dekrit kemartiran Mgr Jaramillo. Tahap penyelidikan berlanjut. Keuskupan Arauca menyelesaikan berkas-berkas beatifikasinya pada 29 Juni 2006. Tahun 2015, berkas kemartiran Uskup Arauca ini diterima Kongregasi Penggelaran Kudus Vatikan. Paus Fransiskus menyetujui kemartiran Mgr Jaramillo pada 7 Juli 2017. Ia dibeatifikasi dalam Misa yang dipimpin Paus Fransiskus di Lapangan Villavicencio, Kolombia, 8 September 2017.
Yusti H. Wuarmanuk