HIDUPKATOLIK.com – Melihat kondisi saat ini di mana semakin banyak konten negatif tersebar di media sosial, Sie Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan (HAAK) Paroki St. Anna Duren Sawit bekerja sama dengan Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) Keuskupan Agung Jakarta mengadakan pelatihan yg berjudul “Netizen Muda Cerdas Berbhinneka, OMK Merajut Kebhinnekaan di Era Digital” (21/10).
Acara yang diselenggarakan di Aula Yos Sudarso, Paroki St. Anna ini bertujuan untuk mengajak anak-anak muda Katolik di Paroki St. Anna untuk menghasilkan konten-konten positif di media sosial yang mereka miliki. Sedikitnya, terdapat 70 orang muda Katolik Paroki Santa Anna yang antusias mengikuti acara ini.
Workshop ini menghadirkan 3 pembicara, yaitu Erick K. G. (Peneliti ICT Watch dan pengamat media sosial), Hamzah Sahal (aktivis keberagaman, founder alif.id, kolumnis NU online), Dimas Saputro (praktisi pembuat konten digital, admin akun @OMK.dudes). Erick K. G. yang sudah 5 tahun mendalami dunia digital memberikan data-data mengenai pengguna media sosial serta fenomena-fenomenayang kini marak di dunia media sosial. Menurutnya, media sosial yang sebagian besar digunakan oleh generasi muda ini banyak dicemari oleh informasi palsu atau hoax, ujaran-ujaran kebencian, serta bibit-bibit radikalisme.
Para peserta kemudian diingatkan oleh Hamzah Sahal, yang menjelaskan bahwa Katolikmemiliki banyak contoh tokoh kebangsaan dan kebhinnekaan yang memberi teladan, seperti Mgr. Soegijapranata dan Rm. Mangunwijaya. Teladan serta warisan yang didapat ini dapat dijadikan inspirasi untuk terus berkarya untuk bangsa. Beliau mendorong peserta untuk mengambil peran, karena inilah saatnya orang muda bergerak untuk memelihara dan mengembangkan warisan keteladanan tersebut untuk kepentingan bersama, salah satunya adalah dengan bersikap bijak dalam menggunakan media sosial.
Suasana menjadi semakin seru ketika Dimas Saputro memberikan penjelasan dan tips untuk membuat konten positif di media sosial. Peserta kemudian diminta untuk berkumpul dalam kelompok, praktek langsung membuat konten positif, hingga akhirnya diunggah melalui media sosial masing-masing. Hasil karya ini kemudian dievaluasi, sehingga peserta menjadi lebih mengerti dan paham tentang pembuatan konten media sosial.
Yosephine Anastasia, ketua panitia pelatihan ini berharap agar generasi muda semakin kritis dan selektif dalam menyikapi setiap informasi yang ada di media sosial.
“Harapannya, peserta bisa menyerap materi dengan baik sehingga mengerti pentingnya isu-isu yang muncul di media sosial dan mau untuk bergerak bersama menyebarkan konten positif serta lebih kritis dalam menanggapi infotmasi-informasi yg beredar,” tambahnya.
Diakhir pelatihan, para peserta sepakat untuk membuat sebuah komunitas yang nantinya akan bersama-sama membuat konten-konten positif serta menyebarkannya di media sosial yang mereka miliki.
Paulina Gandhes