HIDUPKATOLIK.com – Ramot Sianipar, Memperkenalkan Liturgi di Tengah Umat Kampung Suatu hari kala hendak bertugas sebagai lektor, bapak Ramot Sianipar sedang mencari alba. Akan tetapi alba itu tidak ditemukan di lemari gereja. Maka beliau bertanya kepada beberapa orang pengurus gereja yang berada di situ di mana alba itu diletakkan. Pengurus gereja balik bertanya apa itu alba. Kejadian ini menjadi salah satu hal yang menggerakkan hati bapak Ramot untuk mengenalkan liturgi kepada umat di stasinya.
Bapak Ramot Sianipar sebelumnya hanyalah umat baru di stasi St. Fransiskus Xaverius Kampung Baru, Paroki St. Yosef Jalan Bali, Pematangsiantar, Sumatera Utara. Ketidak teraturan tata ibadat di stasi itu membuat hati bapak Ramot yang pernah menjadi ketua OMK paroki Dolok Sanggul ini tak tenang. Ia memberi pengajaran dan bimbingan kepada umat dan pengurus gereja bagaimana sebenarnya liturgi yang baik seturut dengan yang ia pahami.
Walaupun sebagai anggota umat baru di stasi itu, bapak Ramot Sianipar tidak menolak ketika ia diminta untuk bertugas. Ia aktif dalam tugas-tugas peribadatan misalnya menjadi lektor, dirigen, dll. Akhirnya keaktifan dan keuletan bapak Ramot membuat ketua dewan stasi saat itu, bapak Sinaga berniat mengangkatnya menjadi seksi liturgi. Awalnya dia menolak karena ia belum pernah menjadi pengurus gereja. Akan tetapi diam-diam bapak KDS melaporkan namanya sebagai pengurus baru ke paroki. Hingga suatu hari ketika pastor berkunjung ke stasi itu seusai misa, tiba-tiba nama pak Ramot dipanggil untuk dilantik menjadi seksi liturgi stasi. Dengan terkejut beliau maju saja dan taat dengan keputusan Ketua Dewan Stasi.
Sebagai pengurus, bapak Luhut Sinaipar hanya memiliki modal pengalaman pernah menjadi misdinar selama satu tahun kala masih OMK pada tahun 1999 silam. Ia juga belajar secara otodidak dari pengalaman mengikuti misa ketika masih tinggal di paroki. Saat pertama menjabat sebagai pengurus, stasi ia berperan membentuk perkumpulan bapak Katolik (PAK). Awalnya kaum bapak sangat jarang ke gereja. Namun para pengurus gereja melakukan pendekatan melalui kunjungan dari pintu ke pintu. Sejak saat itu semakin banyak kaum bapak yang datang ke gereja. Mereka mulai latihan koor dan ikut festival serayon dan separoki. Hingga saat ini hasilnya selalu memuaskan. Mereka selalu masuk tiga besar untuk kategori stasi itu.
Revolusi mental
Kebiasaan lama yang tidak baik sudah menjadi habitus bagi umat. Hal itu dikarenakan ketiadaan pembimbing yang mau mengajari mereka.Karena keuletan dan kerja kerasnya, ia akhirnya dipilih menjadi ketua dewan stasi. Banyak perubahan nyata sejak ia menjadi ketua dewan stasi. Tak hanya dari sektor tata ibadat, beliau juga membenahi bangunan fisik gereja. Gereja lama yang sempit mulai direhab. Beliau rajin mencari dana untuk pembangunan gereja. Donatur pertama adalah seorang umat Muslim dari Banda Aceh yang menyumbang 10 juta Rupiah. Gereja pun diberkati dan diresmikan pada tahun 2010 yang lalu.
Hingga saat ini gereja Katolik Kampung Baru berdiri kokoh dengan arsitektur indah untuk ukuran di daerah itu. Semua perlengkapan ibadat mulai dilengkapi sebagaimana yang ada di paroki. Bahkan beliau juga berencana menyediakan jubah untuk para imam di stasi. Alat-alat liturgi itu sesuai dengan standar. Menurutnya alat-alat tersebut sangat vital fungsinya. Alat-alat liturgi dianalogikan seperti cangkul yang digunkan untuk berladang, atau buku untuk menulis. Tidak sebatas menyediakan, bapak Ramot Sianipar juga menjelaskan arti dari liturgi itu melalui katekese, misalnya menerangkan bahwa devosi itu berbeda dengan liturgi.
Selain membangun fisik, bapak Sianipar juga mulai memantapkan program-program baru, yakni mengaktifkan OMK dan ASMIKA. Banyak kegiatan lain yang diadakan untuk menunjang perkembangan iman umat yakni melalui rekoleki atau retret lingkungan, juga retret untuk ASMIKA dan OMK. Beliau berpartisipasi aktif mendampingi OMK. Menurutnya gereja akan semakin hidup jika semua unsur berpartisipasi aktif dalam menggereja. Ia mendampingi OMK dengan cara membuat doa lingkungan OMK setiap minggunya.
Beliau selalu berusaha hadir untuk memberikan arahan dan motivasi di tengah-tengah kesibukannya sebagai pengajar di SMP Cinta Rakyat 2 Pematangsiantar dan pengurus CU Cinta Mulia, Tanah Jawa, Simalungun. Ia membantu orang muda untuk membuat renungan, melatih paduan suara dan melatih bermain musik sejauh yang ia tahu. Beliau juga menggalakkan doa lingkungan. Saat ini keaktifan lingkungan terus berkembang. Mereka selalu mengusahakan adanya misa pada saat pesta pelindung lingkungan.
Stasi ini juga menghidupkan anggota misdinar untuk melayani altar. Akhir-akhir ini pastor semakin rajin memimpin ekaristi di stasi ini. Mereka dilatih untuk mengetahui liturgi yang benar. Kini mereka sudah tahu cara melengkapi perlengkapan untuk perayaan ekaristi. Kehadiran mereka sangat berguna membantu perayaan dan penyediaan alat-alatnya.
Cuek untuk hak yang tidak baik
Awal kepemimpinannya diwarnai dengan kontra dari pengurus lain, bahkan ada pengurus yang memilih mundur dari tugasnya dan tidak aktif lagi sebagai petugas karena ketegasannya. Ia juga sering dihantui oleh hujatan dari umat. Banyak umat yang kurang mengerti dengan gagasannya memberikan pernyataan pedas. Mereka mengatakan bahwa sang KDS baru itu hanya mengeluarkan program sesuka hati saja. Akan tetapi bapak Sianipar berusaha tegar dan tetap tekun mengadakan sosialisasi dengan mereka. Beliau menerangkan melalui katekese bagaimana liturgi Katolik yang baik dan benar.
Berkat ketekunan bapak Sianipar, umat mulai merasakan dampaknya. Mereka mulai merasakan liturgi yang sesungguhnya. Banyak umat yang awalnya menentang kini mendukung usaha-usahanya. Mereka mulai ikut ambil bagian dan mau belajar. Akhirnya stasi ini sering mendapat pujian dari umat paroki, bahkan menjadi rujukan untuk stasi-stasi lain di paroki Jalan Bali. Umat yang dulu mengejek kini menaruh decak kagum pada perubahan yang sangat signifikan itu. Gereja ini seolah-olah tidak pernah mengalami masa suram jiak melihat kondisinya saat ini. “Sebagai umat Katolik, kami hanya ingin merayakan iman seturut iman kita yakni berdasarkan ajaran para rasul dan tradisi yang amat kaya, melalui liturgi agung sebab yang kita rayakan adalah Yang Maha Agung dan kudus. Semua perkembangan ini diperoleh berkat kesadaran umat dan kerjasama yang baik antara pengurus gereja dan umat, juga atas dukungan pastor paroki sebagai pengajar iman kami” imbuh bapak Sianipar.
Naik Kelas
Umumnya kontingen dari stasi Kampung baru selalu mendapatkan juara dalam pertandingan paduan suarabaik se-rayon, maupun se-paroki. Sejak aktif berkegiatan, mereka selalu mendapat juara satu untuk kategori B, menurut besarnya stasi. Namun tahun 2016 lalu mereka dimasukkan ke dalam kategori A, setingkat dengan stasi-stasi raksasa di Kota Pematangsiantar. Memang mereka hanya masuk tujuh besar. Tetapi mereka bangga bisa naik ke jenjang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa stasi yang dulu “layu” itu kini mulai “mengembang” dan mengeluarkan bau harum.
Indra Alexius Tamba