HIDUPKATOLIK.com – “Kalau kita tidak menyuarakan kebenaran yang kita yakini, kita akan dilindas kata-kata orang yang berpikiran radikal,” ungkap Abdul Azis, Ketua GP Anshor Jakarta. Azis yang juga anggota DPRD DKI ini mengemukakan untuk menyuarakan kebenaran yang kita yakini itu efektif lewat media sosial (medsos). “Keluarga besar NU dan Anshor telah menggelorakan pemanfaatan medsos. Jadi singel majority pun harus ikut memanfaatkannya melawan kelompok kaum radikal,” lanjut Azis dalam serasehan Seksi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan (HAAK) Dekanat Selatan Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) di Paroki Blok Q Jakarta Selatan 28 Oktober 2017 ssekaligus dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda. Upaya lain yang ditempuh NU untuk menangkal radikalisme adalah mengadakan pembersihan setiap mesjid NU dari kaum radikal. Karena menurut Azis sudah semua mesjid NU dimasuki oleh kelompok radikal.
Menurut Azis medsos juga bisa kita manfaatkan untuk mengawal berlangsungnya Pemilihan Kepala daerah (Pilkada), Pemilihan Legislatif (Pileg) maupun pemilihan presiden (Pilpres) tahun mendatang. Pengawalan atas keberlangsungan pilkada dan pilpres dan pileg 2018 dan 2019 sangat penting. ”Karena pilkada 2018 adalah pilkada terbesar sejauh ini di Indoensia yang dilaksanakan di 17 provinsi, 115 kabupaten dan 39 kota. Sedangkan Pilpres dan Pileg akan berlansung serentakk 2019. Ini sebuah pekerjaan rumah yang besar,” ungkap Daniel Jenie, sekretaris Seksi HAAK Paroki Alam Sutera (St. Laurentius).
Kedua pesta besar ini penting karena akan sangat menentukan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Siapa yang akan terpilih jadi legislatif, kepala daerah maupun presiden dan wakilnya akan mempengaruhi kelangsungan hidup bernegara berdasarkkan empat (4) pillar utama negara kita yaitu : Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan keutuhan NKRI. Karena itu perlu dipersiapkan dengan sebaiik mungkin agar ke-4 pilar tadi dapat diujudkan.
Selain itu, kedua perhelatan ini menelan biaya yang begitu besar. “Hanya untuk pelatihan para saksi untukk pilpres dan pileg 2019 saja sudah mencapai Rp11 triliun. Kita perlu belajar dari penglaman pilgub DKI 2017 lalu. Pengawalan dari seluruh komponen bangsa tokoh masyarakat, tokoh agama dan terutama para ketua RT dan RW,” tegas Daniel. Perssiapannya bisa melalui tatap muka tetapi juga akan lebih luas lagi dengan memanfaatkan media sosial.
Menggalang kekuatan mempertahankan ke-4 pilar diatas perlu juga lewat persatuan dan kebersamaan dengan semua golongan agama dan politik maupun suku. “Perjumpaan seperti sarasehan sekarang antar berbagai golongan perlu dikembangkan. Tidak hanya dalam seminar tetapi lebih dituntut lagi perjumpaan personal sehingga komunikasi bisa terjalin dengan baik dan saling mendukung. Seperti dikemukakan oleh Pak Azis bahwa Banser mereka butuh dukungan logistik. Secara kongkrit saya persilahkan teman-teman dari keluarga NU ruangan pertemuan Blok Q ini digunakan secara gratis. Saya minta paroki lain bersedia mendukung dari sisi lain,” ujar Rm. Yohannes Sudriayanta, SJ selaku ketua Dekanat Selatan dan juga Pastor Paroki Blok Q.
Sonar Sihombing