HIDUPKATOLIK.com – Benih-benih iman Katolik disemai seabad yang lalu di Tanimbar. Benih itu terus bertumbuh dalam iman dan jalinan persaudaraan yang kian erat.
Umat Keuskupan Amboina, khususnya di daerah Awear dan Sofyanin, Kepulauan Fordata mensyukuri 100 tahun pembaptisan pertama di daerah itu. Dalam perayaan syukur ini, umat diharapkan tidak hanya menandai dengan kemeriahan perayaan. Uskup Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC mengungkapkan, perayaan syukur seabad pembaptisan di Awear dan Sofyanin, bisa menjadi kesempatan berefleksi dan memperbaiki, menjadi Gereja sejati. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana dinamika iman umat Katolik di Kepulauan Fordata, khususnya daerah Awear dan Sofyanin?
Gereja Katolik masuk ke Tanimbar Utara berasal dari misionaris yang melayani di Kepulauan Kei. Pada 1914, misi Katolik masuk ke Pulau Fordata, yakni di Awear. Pada 28 Oktober 1917, permandian pertama dilakukan di Awear.
Yang sangat berjasa untuk pengembangan umat Katolik di Pulau Fordata pada awal ialah para misionaris MSC dan para guru agama awam atau katekis. Kita bersyukur, Gereja Katolik masuk ke sana. Umat Katolik di Fordata, juga Larat, semakin berkembang dan semakin bertambah banyak.
Tahun ini, Awear menjadi pusat Kuasi Paroki Fordata, melepaskan diri dari pusat Paroki Larat. Saat ini, di Tanimbar Utara ada beberapa paroki dan dua Kuasi Paroki, yakni Awear dan Wabar. Di Awear, ada seorang pastor yang melayani. Sebelumnya pastor datang dari Larat, bisa sebulan sekali. Sekarang umat bisa terlayani lebih baik.
Kapan terakhir kali Bapak Uskup mengunjungi daerah tersebut?
Saya berkunjung ke sana tahun 2014. Dulu untuk mencapai daerah itu susah, sekarang transportasi mudah. Sambutan umat begitu luar biasa. Dari laut, saya sudah disambut. Saya dipikul masuk Awear pakai tandu. Mereka berpikir jangan coba-coba Uskup sampai jatuh.
Umat sangat gembira saat saya datang. Saya senang bisa berada di antara mereka. Saya datang sebagai gembala yang mendidik, mewarta, bahkan menegur umat. Saya tak bosan-bosan juga mengingatkan umat, khususnya para tokoh masyarakat, pejabat Katolik agar bisa menjadi garam dan terang.
Bagaimana panggilan sebagai imam, biarawan-biarawati di sana?
Daerah itu merupakan daerah yang subur panggilan. Banyak imam, suster, frater lahir dari Pulau Fordata, khususnya Awear dan Sofyanin, salah satunya Pastor Lambertus Somar MSC.
Mengapa begitu banyak panggilan tumbuh di sana? Ini disebabkan oleh kehidupan umat di sana yang penuh semangat, ada keluarga-keluarga Katolik yang baik, beriman, rajin ke gereja, dan penuh persaudaraan. Juga karena ada sekolah Katolik di Awear dan Sofyanin.
Kehidupan di antara para pastor yang penuh rasa persaudaraan menjadi daya tarik. Selain itu, teladan, contoh kehidupan para pastor yang sudah lebih dulu terpanggil, ini menggerakkan dan mendorong tumbuhnya panggilan.
Apa harapan Bapak Uskup?
Umat mesti bersyukur. Iman yang diwartakan di sana mesti disyukuri, karena ini adalah anugerah Tuhan. Dia menganugerahkan 100 tahun misi Katolik masuk ke sana dan pembaptisan pertama.
Perayaan syukur ini juga diharapkan menjadi kesempatan untuk memperbaiki diri. Saat ini jumlah umat cukup banyak, semoga bisa menjadi Gereja yang sejati, memperhatikan perayaan liturgi, katekese, saling membantu, tidak saling menghancurkan dan saling mengampuni. Karena pengampunan menjadi jalan persaudaraan.
Selain dalam iman dan persaudaraan, umat juga diharapkan bisa bertumbuh dalam hal kesejahteraan; tidak hanya bertumbuh secara rohani tetapi jasmani. Salah satunya melalui Credit Union (CU) yang dikembangkan untuk membantu umat berkembang dari sisi ekonomi.
Dalam bidang pendidikan, Gereja juga terus memberi perhatian, turut menyadarkan agar umat meningkatkan pendidikan. Pendidikan yang maju bisa untuk memajukan daerah. Mereka harus menjadi orang yang ahli, jangan hanya menjadi penonton. Gereja ikut mempersiapkan orang Tanimbar dengan keterampilan agar menjadi orang yang ahli.
Maria Pertiwi