HIDUPKATOLIK.com – Setelah 18 tahun berstatus sebagai stasi, lahirlah Paroki St Albertus Harapan Indah dari Paroki St Mikael Kranji sebagai “bapak”-nya.
Menjelang peresmian Stasi St Albertus Harapan Indah Bekasi menjadi paroki mandiri, Andreas Tantri sebagai Ketua Dewan Stasi Harapan Indah (SHI) butuh waktu ekstra berkegiatan di gereja. Apalagi setelah Pastor Kepala Paroki Mikael Kranji, Bekasi, Romo Antonius Sarto Mitakda SVD, mengumumkan secara resmi pada Sabtu, 17/1/2015, bahwa Stasi St Albertus akan menjadi paroki baru.
Stasi St Albertus aslinya memang bagian dari Paroki St Mikael Kranji. Peresmian kelahiran paroki baru pun sudah ditetapkan yakni 14 Mei 2015. Menjelang hari lahir itu, Andreas dan segenap anggota Dewan Stasi Harian (DSH) yang biasa rapat seminggu sekali, meningkatkan frekuensinya menjadi tiga kali dalam sepekan. Karena kebanyakan anggota dewan masih aktif bekerja di Jakarta, maka rapat dimulai sekitar pukul delapan dan berakhir rata-rata pukul sebelas atau duabelas malam. “Padahal esok pagi-pagi kami harus berangkat kerja lagi. Untuk itu, saya mengingatkan teman-teman agar menjaga kesehatan,” ujar Andreas saat diwawancara di Sekretariat SHI, Bekasi, Minggu, 28/4.
Proses Kemandirian
Menurut Andreas, peresmian menjadi paroki baru merupakan buah dari keinginan umat SHI sejak lama. Namun, keseriusan stasi yang sudah berusia 18 tahun ini untuk menjadi paroki baru dimulai dua tahun lalu. Waktu itu, setelah menyerap aspirasi umat, pada 19 Februari 2013, DSH bersama dengan Dewan Paroki dan Pastor Kepala Paroki St Mikael Kranji, Bekasi, Romo Yosep Jaga Dawan SVD melakukan audiensi dengan Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo. Dalam audiensi itu, mereka menanyakan syarat sebuah stasi bisa ditingkatkan menjadi paroki. Bapak Uskup pun memberikan arahan. (Lihat: Muara Dinamika Umat Beriman).
Seusai audiensi, Dewan SHI melakukan sosialisasi ke seluruh lingkungan 29 Mei – 16 Juni 2013. Mereka membahas proses peningkatan status, penjelasan perbedaan stasi dan paroki, dan menampung masukan umat. Untuk memudahkan proses itu, Dewan SHI menyebar angket. Hasilnya, sebagian besar umat menyatakan kesiapannya apabila SHI ditingkatkan menjadi paroki. Hasil sosialisasi lalu dirangkum dalam bentuk buku proposal pengajuan SHI menjadi paroki. “Setelah ditandatangani oleh Dewan Paroki St Mikael Kranji, pada 26 September 2013, proposal itu diserahkan kepada Mgr I. Suharyo,” ujar Andreas.
Romo Sarto melihat dinamika SHI sudah bisa dibilang baik. Syarat untuk menjadi paroki, menurutnya, sudah terpenuhi. SHI sudah memiliki gedung gereja, partisipasi umatnya luar biasa, dan pelaksanaan tugas liturgi pun sudah berjalan. Dewan stasi dan seksi-seksinya sudah mandiri. Semua itu ditunjang dengan kelengkapan administrasi dan sekretariat. “Umat SHI kebanyakan masih muda, namun semangat pelayanannya tinggi, sehingga dari segi hidup menggereja sudah bisa dibilang siap,” ungkap Romo Sarto saat diwawancarai di Pastoran Mikael Kranji, Bekasi, Rabu, 29/4.
Setelah proposal diterima Bapak Uskup, tim dari Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) mengadakan kunjungan ke stasi itu, 14/3/2014. Tim memeriksa kelengkapan administrasi, kepegawaian, dan keuangan SHI. Hasilnya semua dinilai baik. Maka, pada 15 November 2014, bertepatan dengan pesta nama St Albertus Agung, SHI diizinkan melakukan pencatatan buku pelayanan pastoral. Dan pada 1 Januari 2015, KAJ juga mengangkat Romo Yustinus Kesaryanto sebagai pastor rekan Paroki Mikael Kranji dengan tugas khusus mempersiapkan SHI menjadi paroki.
Pembekalan Dewan
Sebagai paroki induk dari SHI, Dewan Paroki Kranji mengadakan pelatihan administrasi, dll. “Dalam proses persiapan, Dewan SHI selalu didampingi Dewan Paroki Kranji,” ungkap Romo Sarto.
Selain memberikan pembekalan, Dewan Paroki Kranji juga mendukung persiapan dengan ikut dalam kegiatan peresmian yang mengangkat tema: “Syukurku, Peduliku, untuk Parokiku”. Berbagai acara mewarnai kegiatan itu, seperti: bakti sosial, bazar murah, pembuatan sarana mandi cuci kakus (MCK) di wilayah bagian utara SHI, Doa novena serentak di lingkungan, senam ceria, dan jalan sehat pada Mei 2015.
Secara khusus, pada Jumat-Sabtu, 1-2/5, mereka mengadakan rekoleksi di Wisma Samadi, Klender, Jakarta, untuk Dewan Harian dan Seksi-seksi yang telah dibentuk di SHI. Sedangkan pada Minggu, 3/5, panitia menggelar “napak tilas” yang diikuti sekitar 100 orang perwakilan umat. Mereka mengunjungi enam tempat bersejarah yang pernah dipakai umat untuk Misa Mingguan. Dengan naik sepeda, rombongan akan berdoa dan memberikan cenderamata bagi pemilik tempat itu.
Mendekati acara peresmian, pada Rabu, 13/5, digelar “temu kangen” dengan para pastor yang pernah berkarya di SHI. Puncaknya pada Kamis, 14/5, peresmian kelahiran Paroki St Albertus Harapan Indah digelar dengan Misa yang dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta. Mgr Suharyo. Saat misa, dibacakan secara resmi batas-batas Paroki Harapan Indah dan nama Pastor Paroki yang melayani.
Dewan SHI bersama Dewan Paroki St Mikael Kranji telah mengadakan pertemuan dengan Dewan Paroki dari Paroki-paroki Salib Suci Cilincing, St Gabriel Pulo Gebang, dan St Clara Bekasi Utara, 10/3/2015. Pertemuan dengan paroki tetangga itu dipimpin oleh Vikjen KAJ Romo Samuel Pangestu. Maka diputuskan batas wilayah Paroki Harapan Indah (Lihat Peta Paroki St Albertus, Harapan Indah). Batas sebelah timur adalah Paroki St Clara, ujung selatan Paroki Kranji, sebelah barat Paroki Pulogebang dan Cilincing.
Setelah Resmi
Romo Sarto melihat, SHI memiliki potensi luar biasa. Dari segi sumber daya manusia (SDM), keaktifan, dan kemandirian di bidang finansial paroki baru itu sangat bagus. “Sudah cukup lama Paroki Kranji membina finansial SHI secara mandiri. Mereka mengelola sendiri dan laporannya juga baik,” ujarnya.
Seusai peresmian, menurut Romo Sarto, umat SHI akan memiliki gembala sendiri yang tinggal dekat dengan mereka.
Pembinaannya pun akan lebih instensif dan umat bisa mendapat masukan dari gembala mereka. Romo Sarto yakin, SHI akan berkembang dan tumbuh.
Sebagai pengikut ordo Societas Verbi Divini (SVD), Romo Sarto menekankan bahwa SVD memang memiliki semangat membangun gereja lokal. Jika gereja lokal ini sudah siap, maka tenaga-tenaga keuskupan setempat bisa mengambil alih. “Romo-romo diosesan harus didorong untuk berkarya di wilayahnya. Siapapun pastornya, umat harus terima dengan lapang dada. Imam datang bukan untuk memerintah tapi untuk melayani,” katanya. Sedangkan Andreas melihat, jika SHI telah menjadi paroki, umat harus mandiri. Seperti anak yang sudah berumur 18 tahun, mereka harus siap mandiri dan pamit kepada bapaknya yang telah membimbing. “Paroki Kranji ibaratnya sebagai ‘bapak’, telah memberikan bimbingan kepada SHI sehingga kita siap mandiri,” katanya.
Pelayanan Paroki Harapan Indah pun akan bertambah. Menurut data tahun 2013, SHI melayani 1.686 kepala keluarga (KK). Ke depan akan ditambah 477 KK baru dari wilayah Pondok Ungu Permai, sehingga jumlahnya menjadi 2.163 KK. Umat dari SHI semula 6.230 jiwa dan ditambah 1.739 jiwa dari Pondok Ungu Permai sehingga umat paroki baru itu menjadi 7.969 jiwa. Jumlah lingkunganpun berkembang dari sebelumnya 41 menjadi 54 lingkungan, dari 10 menjadi 13 wilayah.
A. Nendro Saputro
Pelapor: Aprianita Ganadi