web page hit counter
Senin, 25 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Berbahasa Roh Untuk Apa?

4.7/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Fenomena bahasa roh telah lama terdengar di kalangan umat yang aktif berkegiatan di persekutuan doa karismatik Katolik. Bahasa roh sulit dimengerti, namun bisa dirasakan dan memberi pengaruh dalam kehidupan rohani.

Andreas Endie Rahardja merasa malu setelah terpilih sebagai Ketua Wilayah Bernardus di Paroki St Yakobus Kelapa Gading, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) pada 1992. Ia malu, lantaran tak pandai berdoa, apalagi bicara tentang Kitab Suci. Ia bingung. Ia mencari tempat untuk belajar berdoa dan menggali makna Kitab Suci. Kemudian, Endie memberanikan diri mengikuti Seminar Hidup Dalam Roh (SHDR) di Wisma Kinasih Bogor, yang dipimpin Romo Yohanes Indrakusuma CSE.

Pagi itu, Endie bersama peserta SHDR yang lain berdoa. Suasana hening. Semua berdoa. Mata terpejam dan tangan mereka terentang. Di tengah doa, tiba-tiba tubuh Endie gemetar. Getaran itu dirasakan Endie dari kepala hingga kaki. Mulutnya terasa dingin. “Tapi kok hati saya terasa damai sekali,” kisah Endie.

Seorang suster mendekati Endie. Sang suster berbicara di dekat telinga Endie. Mendengar perkataan sang suster, tubuh Endie semakin gemetar seperti orang kedinginan. Spontan, mulutnya mengeluarkan kata-kata tak jelas. Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Endie. Sejurus kemudian, Endie merasakan ada seseorang yang menyentuh pundaknya. Tubuh Endie lambat laun berhenti gemetar. “Setelah itu, saya merasa semua yang mengganjal dalam hati tiba-tiba seperti lepas begitu saja. Ada kelegaan yang luar biasa,” cerita pria kelahiran Jakarta 21 September 1957 ini.

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Setelah kejadian di Wisma Kinasih itu, Endie merasakan ada perubahan dalam dirinya. Sejak saat itu, ada kerinduan dalam diri Endie untuk semakin mengenal Yesus. Ia pun mulai terlibat dalam beragam kegiatan yang diadakan komunitas Pembaharuan Karismatik Katolik Indonesia. Istri serta anak-anaknya mendukung upaya Endie.

Dalam persekutuan doa karismatik, Endie mulai mengenal tentang istilah “bahasa roh”. Mula-mula, ia heran dan ketakutan, lantaran banyak peserta persekutuan doa yang mengeluarkan bunyi-bunyian tak jelas dari mulut. Ia tak bisa mengerti ucapan mereka. Rekan-rekannya dalam persekutuan doa menyebut bahwa itulah bahasa roh. Namun seiring waktu, Endie mulai terbiasa dengan hal itu. Endie semakin merasakan bahwa ia mendapat karunia bahasa roh. Beberapa kali, ia mengalami peristiwa yang sama seperti ketika mengikuti SHDR di Wisma Kinasih. Saat berziarah ke Yerusalem pada 1997, ia juga mengalami hal yang sama. Endie pun selalu merasakan sukacita luar biasa setelah berbahasa roh.

Menurut Endie, bahasa roh tidak terkonsep dan terencana, serta bukan berasal dari pikiran, melainkan mengalir dari hati. Wakil Koordinator Badan Pelayanan Nasional Pembaharuan Karismatik Katolik Indonesia ini mengatakan, “Bahasa roh itu adalah bahasa kasih yang tidak dimengerti orang, tapi dimengerti Tuhan.”

Setelah bisa merasakan karunia bahasa roh, Endie aktif memberikan pelayanan doa dan mengajar kursus evangelisasi. “Bahasa roh telah membuat saya merasa lebih dekat dengan Tuhan, lebih mudah mendapatkan hikmat sebagai pengajar dan pewarta, serta memberikan penguatan iman,” katanya.

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Sulit dijelaskan
Seperti Endie, Gabriela Verdayanti pun mendapat karunia berbahasa roh. Verda, panggilan perempuan muda ini aktif bergelut dalam persekutuan doa karismatik Katolik. Verda mengaku mendapat karunia tersebut ketika mengikuti retret bersama rekan-rekannya peserta Sekolah Evangelisasi Pribadi (SEP). Ia memang tak bisa mengerti bunyi-bunyian yang keluar dari mulutnya. Semua itu mengalir dari lubuk hatinya. “Bahasa roh itu sulit dijelaskan dengan kata-kata,” ucap umat Paroki St Petrus dan Paulus Mangga Besar, Jakarta Barat ini.

Bagi Verda, bahasa roh sudah melekat dalam dirinya. Bahasa roh membuat Verda selalu ingin memuji dan memuliakan Tuhan. Verda merasakan, karunia berbahasa roh ini amat berpengaruh dalam kehidupannya. Ia merasa menjadi pribadi yang penuh sukacita. “Saya bersyukur dengan karunia Tuhan yang tiada tara ini. Saya merasakan sukacita mendalam atas anugerah Tuhan ini,” ujarnya.

Selain itu, karunia bahasa roh ini juga berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari Verda. Ia mengaku, setiap kali persoalan hadir dalam kehidupannya, ia lebih tenang menghadapinya. Verda juga semakin merasakan tangan-tangan Tuhan selalu hadir dan menyertai dalam setiap gerak langkah hidupnya, baik dalam duka maupun suka. “Karunia yang saya terima ini menolong saya bekerja dengan tepat kuat dalam iman, serta berani mengambil segala keputusan, sehingga hidup saya terpimpin rapi,” kata gadis yang aktif dalam persekutuan doa karismatik Katolik sejak berusia 18 tahun ini.

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Bahasa doa
Karunia bahasa roh juga dirasakan pasangan suami istri Joseph Tedjaindra-Irene Tedjaindra. Sama seperti Endie, Joseph merasakan bahasa roh ketika mengikuti Seminar Hidup Dalam Roh. Ketika acara pencurahan Roh Kudus, ayah lima anak ini merasakan dari mulutnya keluar suara-suara yang tak bisa dimengerti. Teman-temannya mengatakan bahwa ia mendapat karunia bahasa roh. “Awalnya, saya merasa tidak layak mendapatkan karunia itu,” ucap umat Paroki Maria Kusuma Karmel Meruya, Jakarta Barat ini.

Karunia itu mempengaruhi hidup pria yang aktif dalam persekutuan doa karismatik Katolik sejak 1979. Ada semangat menggebu dalam benaknya. Ia semakin aktif dalam kegiatan persekutuan doa karismatik Katolik. Hidup doanya pun kian teratur dan rutin. Ia merasakan ada satu dorongan yang amat kuat dalam dirinya untuk selalu melayani Tuhan dan sesama.

Setelah mendapatkan karunia bahasa roh, Joseph seperti memasuki babak baru dalam hidupnya. Sebelumnya, biduk rumah tangga yang ia bangun bersama Irene terancam kandas. Cekcok, caci maki, dan perselisihan mereka berdua menghiasi kehidupan keluarga. Namun setelah karunia bahasa roh itu ia rasakan, Joseph berubah menjadi pribadi yang penuh perhatian dan sabar. “Dia jadi orang yang sabar, penuh damai, dan rajin ikut Misa di gereja,” ujar Irene.

Bahasa roh, menurut Joseph, merupakan bahasa yang melampui gagasan dan ide manusia. “Bahasa roh itu bahasa doa.”

Y. Prayogo
Laporan: Takas Tua/ Odorikus Holang/ Christophorus Marimin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles