HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang terkasih, saya sedang mengalami pergulatan. Dua tahun lalu, saya lulus SMA. Setelah lulus, saya sempat bekerja. Tahun ini, saya ingin kuliah di Bandung dan mengambil jurusan sesuai dengan minat saya. Namun orangtua, khususnya Mama, tidak setuju dengan jurusan yang saya pilih. Dia memaksa saya untuk mengambil jurusan yang tidak sesuai minat saya. Menurut Mama, jurusan itu lebih menjanjikan untuk masa depan.
Saya bingung, apakah saya harus mengikuti permintaan Mama, atau mengikuti keinginan saya sendiri. Di sisi lain, saya tidak mau mengecewakan orangtua dengan keputusan saya.
Mohon bimbingan pengasuh. Terima kasih.
Yola, Yogyakarta
Yola yang sedang galau, saya dapat memahami apa yang Anda rasakan saat ini. Memilih jurusan, idealnya memang harus sesuai dengan minat dan permintaan orangtua. Kenyataannya, ada remaja yang salah dalam memilih jurusan karena kurang memiliki pertimbangan matang. Misal, sekadar ikut-ikutan teman atau gengsi semata. Hal ini, biasanya mengakibatkan terjadinya kasus drop out, atau lulus dengan masa studi yang lama atau prestasinya pas-pasan. Setelah lulus pun, ia akan sulit mendapat pekerjaan yang sesuai dengan harapan maupun latar belakang ilmunya. Oleh karena itu, butuh perencanaan dan perjuangan.
Berangkat dari kasus yang Anda ungkapkan, tampaknya perlu strategi untuk memilih jurusan yang tepat. Langkah yang bisa ditempuh adalah memahami potensi diri, termasuk kapasitas inteligensi, bakat, minat dan karakteristik kepribadian. Contoh, logika berpikir, daya analisa, kemampuan berhitung, bahasa dsb. Juga berhubungan dengan faktor minat terkait dengan emosi, yaitu rasa suka atau tidak suka ketika akan melakukan suatu aktivitas.
Perlu Yola pahami, untuk menyelesaikan kuliah pada jurusan yang tidak diminati, ataupun karena keterpaksaan, tidaklah mudah. Seringkali minat muncul belakangan. Awalnya tidak berminat, lambat laun karena kenal dengan ilmunya maka timbul rasa tertarik. Tetapi, jelas bahwa melakukan aktivitas yang diminati akan menimbulkan semangat.
Faktor kepribadian, seperti rasa percaya diri, kemandirian, motivasi berprestasi, ketekunan, stabilitas emosi dan keterampilan menjalin relasi sosial juga bisa mendukung teraktualisasinya potensi berpikir. Potensi inteligensi, bakat, minat dan kepribadian dapat diungkap melalui pemeriksaan psikologis oleh psikolog.
Yola bisa mencari info lebih mendalam tentang jurusan yang Yola inginkan, juga jurusan yang disarankan Mama, termasuk prospek kerjanya. Faktor dukungan orangtua, tingkat kompetisi, biaya studi dan prospek kerja ke depan juga perlu menjadi pertimbangan. Pada prinsipnya, kita mengenyam pendidikan tinggi demi penghidupan yang lebih baik di masa depan.
Perlu juga disadari bahwa pada dasarnya orangtua memiliki harapan yang baik terhadap putra-putrinya. Namun kadang, harapannya terlalu tinggi atau tidak sejalan dengan aspirasi anak. Tak jarang pula, tanpa disadari orangtua menaruh harapan pribadi-nya yang tidak tercapai di masa lalu dan membebankannya pada anak. Contoh, orangtua menginginkan anaknya menjadi dokter, karena dulu pernah bercita-cita menjadi dokter tetapi tak terealisasi. Cita-cita itu kemudian menjadi hasrat yang terpendam. Hasrat itu lalu dibebankan kepada anaknya.
Di lain sisi, sejak kecil kita juga diajarkan untuk bersikap patuh pada orangtua sehingga berupaya memenuhi harapan orangtua dan tidak berani menolak. Kondisi seperti ini akan memunculkan rasa bersalah jika tidak mengikuti saran orangtua. Tetapi sebaliknya, jika terjadi kegagalan studi, anak bisa menyalahkan orangtua karena telah memaksanya memilih jurusan yang tidak sesuai kehendaknya.
Supaya tidak terjadi kondisi saling menyalahkan, perlu ada diskusi dengan Mama terkait pemilihan jurusan. Harapannya, Yola dapat bertanggung jawab secara penuh terhadap keputusan apapun yang diambil, termasuk menerima konsekuensinya.
Semoga saran ini bermanfaat, salam kasih dan Berkah Dalem.
Praharesti Eryani