HIDUPKATOLIK.com – Keuskupan Bogor meluncurkan maskot boneka rusa Mamedo, sahabat anak. Orangtua dan pendamping Bina Iman Anak (BIA) terbantu dalam berkatekese bagi anak mereka dan para siswa.
Mendongeng dan membacakan buku rohani menjadi salah satu cara mengenalkan ajaran Kitab Suci kepada anak-anak. Selain itu, orang tua juga bisa menjelaskan sesuatu yang ditanyakan oleh anak-anaknya. “Pendampingan iman di keluarga sebenarnya sudah dilakukan sejak anak pertama saya, Calista, masuk usia TK,” demikian dijelaskan oleh Fransiskus Heru Sukrisna kepada HIDUP di rumahnya, Selasa, 9/6. Hal seperti itu sering dilakukan bersama istrinya, Elizabeth Novianti Retno Hapsari.
Setelah Calista SD, kata Heru, ia mengenalkan Alkitab dan Yesus dengan membelikan buku-buku rohani. Kebetulan Calista memang suka membaca buku. Agar wawasan kekatolikannya bertambah, Heru suka mengantar Calista dan adiknya Alena Gracia, untuk ikut Bina Iman Anak (BIA) di Gereja Paroki St Matias Cinere, Keuskupan Bogor.
Menginjak kelas III SD, Calista mulai ikut Pelajaran Komuni Pertama dan jarang ikut BIA. Untuk menambah pengetahuan iman, Heru biasanya menjelaskan kotbah Romo secara singkat kepada Calista. Penjelasan ini kadang berlanjut menjadi diskusi di dalam mobil dalam perjalanan pulang seusai Misa. Kadang diskusi itu juga dilanjutkan di meja makan atau saat sedang santai.
Selain berdiskusi, Heru yang juga Ketua Seksi Kepemudaan Paroki St Matias Cinere (2014-2017) ini, membiasakan hidup rohani anak-anak mereka dengan doa malam bersama. Pemimpin doanya bergantian, bahkan anaknya yang bungsu Niceta Matea juga diberi kesempatan. Doa malam, biasa ditutup dengan saling memberikan berkat dengan menyilangkan tanda salib di dahi.
Proses pendampingan iman anak yang dijalankan oleh Heru tidak mengalami kendala. Untuk mencari media pendamping iman anak, Heru dan Novi juga tidak mengalami kesulitan. Jika ingin mencari lagu-lagu konser rohani,ia bisa dengan mudah menemukannya di Toko Maranatha atau Disc Tarra. Sedangkan untuk mencari buku, Heru bisa membelinya di toko buku. Yang agak susah adalah mencari video rohani untuk anak. Di pasaran, kebanyakan yang dijual video umum seperti Barney & Friends, dll.
Pada Hari Raya Pentakosta, 24/5, diluncurkan maskot rusa bernama Mamedo, sebagai sahabat anak-anak di Aula Pusat Pastoral Keuskupan Bogor, Jawa Barat. Heru juga termasuk salah satu anggota tim yang mempersiapkan acara itu. Ia diminta Direktur Diosesan Karya Kepausan Indonesia-Komisi Karya Misioner (KKIKKM) Keuskupan Bogor, Romo Lucius Joko. Tugasnya adalah membantu membuat video jingle Mamedo dan ikut mempersiapkan acara launching.Calista yang sudah dikenal sebagai penyanyi cilik untuk lagu rohani, diminta panitia untuk menyanyikan jingle Mamedo.
Heru percaya maskot Mamedo akan bisa menggelorakan pendampingan iman anak di Keuskupan Bogor. Animo anak-anak yang menyambut Mamedo saat launching luar biasa. Ia berharap Mamedo bisa dikembangkan untuk pendampingan iman anak-anaknya, juga anak yang lain. “Bagus juga kan, jika Mamedo bisa menjadi seperti sosok Barney & Friends yang menjadi idola banyak anak-anak,” katanya.
Menyemarakkan BIA
Pada saat launching Mamedo, Robertus Bellarminus Danniputra juga hadir dalam acara tersebut. Putra kedua pasangan Daniel Dan dan Yosephine Yanti Mulyani ini mewakili kelompok BIA Lingkungan St Rafael Ciomas, Paroki Katedral Bogor. Menurut Daniel, Mamedo disenangi anak-anak. “Saat launching, banyak anak-anak dengan antusias mendekatinya,” ujarnya.
Selama ini, proses pendampingan iman yang dilakukan Daniel dan Yanti di dalam keluarganya dilakukan dengan diskusi dan mengadakan doa malam bersama. Daniel juga melibatkan anak-anak dalam pelayanan hidup menggereja seperti turut serta dalam misdinar. Ia mengajak anak-anaknya ikut kegiatan di Gereja, wilayah dan lingkungan. “Kami mengenalkan Yesus bukan hanya dengan kata-kata, namun lewat praktik hidup nyata,” ujarnya.
Dalam proses pendampingan iman, Daniel dan Yanti kadang mengalami kendala. Salah satunya soal kesibukan pekerjaan. Keduanya sama-sama bekerja. Menurut Daniel, banyak orangtua yang mengalami hal yang sama seperti yang mereka alami.
Selain menyediakan waktu di dalam keluarga, Daniel dan Yanti berusaha memberikan pendampingan dengan memasukkan anak-anak mereka ke BIA. Karena menganggap hal ini penting, Daniel dan Yanti bahkan menjadikan rumahnya sebagai tempat BIA di lingkungan. Setiap Sabtu, pukul 16.30 WIB, BIA di rumah mereka digelar. Selain ada beberapa pendamping dari lingkungan, Yanti juga menyediakan diri ikut menjadi pendamping BIA. Menurut Yanti, pengenalan ajaran Alkitab dan Tuhan Yesus merupakan tugas utama orangtua. Guna membantu tugas itu, kadang pihak sekolah, lingkungan, wilayah, paroki bahkan keuskupan harus memperhatikan. “Iman anak-anak harus disiapkan karena mereka adalah masa depan Gereja,” ujar Yanti.
Yanti berharap, dengan hadirnya Mamedo di Keuskupan Bogor, maskot rusa itu bisa menjadi alat untuk semakin mendekatkan anak-anak dengan Tuhan Yesus dan bisa menyemarakkan pendampingan iman di BIA.
Anak Suka Fabel
Sementara itu, Constansia Ratri Nugroho Murti juga memiliki pendapat yang sama. Tugas utama pendidikan iman anak memang ada di pundak orangtua. Tapi lingkungan atau paroki diharapkan mendukung langkah-langkah ini. Oleh karenanya, Ratri bersedia secara sukarela menjadi pendamping BIA St Vincensius Paroki Beatae Mariae Virginis (BMV) Katedral Bogor sejak tahun 2010.
Selama lima tahun menjadi pendamping BIA, menurut Ratri, cerita fabel dan cerita kehidupan sehari-hari yang dekat dengan anak-anak termasuk yang disukai. Pendampingan menggunakan alat peraga sebagai ilustrasi, juga dengan permainan, banyak disukai anak-anak.
Ratri mengaku hadir dalam acara launching Mamedo beberapa waktu lalu. Menurut Ratri, Mamedo bisa menarik perhatian anak-anak. Kenapa? Anak-anak lebih menyukai tokoh binatang dibanding manusia. Ia berharap dengan hadirnya Mamedo, kakak-kakak pendamping BIA di Keuskupan Bogor bisa terbantu dalam mengenalkan Kitab Suci dan Tuhan Yesus kepada anak-anak BIA. “Mamedo, bentuknya lucu. Jika ia bercerita bisa membuat anak-anak lebih tertarik untuk mengikuti dan mendengarkan,” kata karyawati swasta kelahiran Bogor, 11 Maret 1986 ini mengakhiri perbincangannya.
A. Nendro Saputro
Pelapor: Aloisius Johnsis (Bogor)