HIDUPKATOLIK.com – Maskot berbentuk boneka rusa, Mamedo, menjadi sarana katekese untuk anak-anak di Keuskupan Bogor. Mamedo akan diterjunkan ke paroki-paroki.
Menjawab persoalan minimnya pengetahuan anak tentang Gereja Katolik, Karya Kepausan Indonesia (KKI)-Komisi Karya Misioner (KKM), Keuskupan Bogor meluncurkan Mamedo. Dalam prosesnya, Mamedo akan menjadi ikon dan sahabat yang bertugas mengenalkan ajaran Katolik kepada anak. Demi efektifnya, program Mamedo, Keuskupan Bogor akan mengadakan berbagai kegiatan seperti promosi Mamedo ke paroki-paroki, membuat Mamedo dalam jumlah banyak, juga menyebar video.
Terkait gerakan dengan program Mamedo ini, HIDUP mewawancarai Uskup Bogor, Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM, di Wisma Keuskupan Bogor, Jawa Barat, Senin, 8/6. Berikut petikannya:
Apa latar belakang lahirnya Mamedo di Keuskupan Bogor?
Keprihatinan saya, bahwa umat Katolik di Keuskupan Bogor masih banyak yang kurang mengenal Kitab Suci. Hal ini terlihat pada anak-anak SD maupun SMP. Ketika saya mengunjungi sekolah, dan bertanya tentang tokoh Kitab Suci, banyak yang tidak tahu.
Sejak saya ditunjuk menjadi uskup, selama satu tahun pertama saya menganalisa masalah ini. Saya melihat, kekurangannya terletak pada ketidakseriusan penanganan katekese tentang Yesus Kristus dan Kitab Suci.
Oleh karena itu, saya menunjuk Romo Lucius Joko sebagai Direktur Diosesan (Dirdios) KKI-KKM Keuskupan Bogor. Sesuai dengan tugasnya sebagai Dirdios Keuskupan Bogor, akhirnya Romo Joko mencari jalan keluar supaya dapat memperkenalkan Yesus kepada anak-anak. Mamedo adalah salah satu caranya.
Apakah dengan program Mamedo, pendampingan Bina Iman Anak akan lebih semarak?
Saat launching saya melihat anak-anak tertarik melihat Mamedo sebagai sahabat baru mereka. Dari antusiasme ini, kiranya mereka terbuka untuk mendengarkan apa yang mau disampaikan Mamedo. Jadi, yang utama, menurut saya, katekese itu harus menarik dan atraktif. Artinya selain isi, tampilan juga harus menarik.
Menurut pengalaman saya, iman muncul dari orang yang mendengarkan pewartaan. Agar anak-anak mendengarkan, pewartaan harus menarik. Untuk mencapai kualitas iman yang baik memang dibutuhkan proses. Mamedo diharapkan menjadi awal proses itu.
Apa peran Mamedo bagi perkembangan Bina Iman Anak Keuskupan Bogor?
Lewat Mamedo, diharapkan anak-anak bisa semakin mencintai Yesus. Mamedo nantinya akan bercerita tentang Alkitab dan riwayat hidup Yesus kepada anak-anak. Setelah mendengar cerita dari Mamedo, anak-anak diharapkan dapat menceritakan kembali kisah Yesus kepada orangtua mereka. Lewat proses itu, anak-anak dididik menjadi misionaris kecil dirumahnya sendiri.
Nama Mamedo merupakan akronim dari moto tahbisan Bapa Uskup. Mengapa demikian?
Akronim Mamedo merupakan hasil permenungan Romo Joko atas moto tahbisan saya “Magnificat Anima Mea Dominum”. Moto tersebut saya ambil dari kisah pertemuan Bunda Maria dengan Elisabet. Dalam kisah itu Maria mewartakan pengalaman iman akan Allah yang berkarya dalam hidupnya.
Dengan mengambil moto tahbisan itu untuk sarana pewartaan kabar tentang Yesus, diharapkan Mamedo mampu mewartakan kebaikan Tuhan. Tokoh Mamedo, akan menceritakan karya Tuhan yang ada di Alkitab. Arahnya, setelah mendengar ini anak diharapkan dapat semakin memuji dan memuliakan Tuhan.
Dengan adanya Mamedo, apa harapan Bapa Uskup khususnya bagi anak-anak di Keuskupan Bogor?
Mamedo adalah sarana pengajaran. Tetapi yang berperan utama adalah guru Bina Iman yang berkatekese. Dalam prosesnya, dituntut mencari metode katekese yang menarik dan atraktif untuk anak. Mamedo, adalah salah satu metode itu.
Semoga dengan adanya Mamedo, guru Bina Iman dapat terbantu, terutama dalam berkatekese kepada anak.
Edward Wirawan