web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Kaum Muda dan Politik

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Dewasa ini muncul pertanyaan, mengapa orang muda Katolik dalam arti luas tidak terjun dalam dunia politik? Padahal Gereja secara serius memperhatikan pembinaan kaum muda. Itu terpotret misal, dibentuknya organisasi kaum muda dengan pelbagai nama di paroki-paroki, lengkap dengan susunan anggota pengurusnya, dicanangkan program kerja, visi dan misi. Ada juga keluhan tentang kekurangan para pembina yang bermutu. Materi pembinaan disiapkan komisi keuskupan dalam bentuk modul yang meliputi pembinaan kepribadiaan, katolisitas, kemanusiaan dan kemasyarakatan, kepemimpinan dan organisasi, intelektualitas dan profesionalitas. Akan tetapi, dari tahun ke tahun tetap saja tidak ada orang muda yang tampil bersinar dalam bidang politik. Mengapa?

Konsili Vatikan II menegaskan, bahwa kaum awam beriman tidak pernah boleh melepaskan peran serta mereka dalam kehidupan umum. Artinya, dalam banyak bidang ekonomi dan sosial, eksekutif, legislatif, administratif, dan kebudayaan yang beraneka ragam guna memajukan secara organik dan institusional kesejahteraan umum. Itu berarti pembinaan kaum muda demi keterlibatan mereka dalam bidang politik dalam arti luas. Maka, diselenggarakan kaderisasi tingkat dasar, kaderisasi tingkat menengah, hingga kaderisasi tingkat atas. Kaderisasi diadakan untuk mahasiswa, orang muda di paroki-paroki, bahkan di setiap Sekolah Katolik minimal satu tahun sekali. Demikian juga setiap kali ada World Youth Day (WYD), diutus kaum muda Katolik Indonesia untuk berpartisipasi di dalamnya. Akan tetapi belum juga muncul beberapa orang muda yang bersinar di bidang politik. Mengapa?

Agaknya kita harus fokus pada satu bidang politik praktis, yaitu kehadiran kaum muda di parlemen atau di kursi eksekutif. Itu berarti, kaum muda kita dibina untuk aktif dalam partai politik. Diberi bekal yang perlu: kemampuan berbahasa Indonesia dan Inggris, terampil public speaking, diskusi, debat, lobi, dan dialog. Tentu saja mereka diberi pendasaran yang semestinya mengenai Ajaran Sosial Gereja, agar memiliki “sensus catholicus” yang kuat.

Janganlah pembinaan terlalu umum. Kaum muda dilatih secara khusus tentang seni berpartai. Itu bisa melalui diterbitkan buku-buku sejarah popular tentang keterlibatan kaum awam Kristiani dalam partai politik sebelum kemerdekaan, sampai sekarang. Diceritakan tantangan-tantangan, suka-duka karier para tokoh politisi Kristiani pada masa lampau, keberhasilan dalam menegakkan kemerdekaan, Pancasila, UDD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Diingatkan bagaimana tokoh-tokoh awam Kristiani bersama dengan politisi beragama lain menolak gerakan separatis dan golongan-golongan yang ingin menggantikan Pancasila dengan ideologi lain. Diberi pemahaman dan latihan tentang seni memberi kritik konstruktif, tidak konfrontatif, dengan menggunakan jalur-jalur yang tepat dan cara-cara yang dipertimbangkan dengan matang.

Dalam pembinaan, kaum muda dilatih untuk mampu memberi gagasan politik, kritik membangun, tenaga, harta dan doa, bahkan nyawanya sendiri. Keterlibatan dalam politik yang benar dan sehat sesuai hati nurani adalah juga panggilan dan pengabdian kepada Tuhan. Dengan motivasi bercorak Kristiani, kaum muda masuk ke partai dan selanjutnya ke parlemen. Akan tetapi yang lebih penting adalah pendampingan personal bagi politisi Kristiani.

Di sinilah peran setiap imam, pastor paroki. Jangan pernah membiarkan politisi berjuang sendiri. Pendampingan dalam bentuk persahabatan, kunjungan keluarga, pertemuan informal bukan massal. Sejarah mencatat, banyak tokoh Kristiani berhasil dan bertahan karena didampingi dan didukung imam yang bersahabat. Sebagai moderator dalam organisasi kaum muda, tak perlu banyak bicara, tak perlu memberi saran, tapi diam saja. Nanti setelah istirahat, ketika acara makan misalnya, imam dapat memberi saran sambil bercanda tidak resmi. Kehadiran imam tanpa banyak bicara pun sudah sangat menyentuh dan bermakna. Bahkan dalam rapat organisasi, kehadiran imam sangat dibutuhkan walaupun bukan pemimpin rapat.

RD Jacobus Tarigan

ARTIKEL SEBELUMNYA
ARTIKEL SELANJUTNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles